Indramayu-Net26.id – Perkembangan sebuah pesantren sering mengalami pasang surut, karena biasa tergantung pada satu sosok figur. Hal ini menjadi perhatian serius Buya Uki Marzuki sehingga diperlukan strategi budaya tersendiri. Sebab, hanya dengan budaya, pesantren tetap bisa bertahan dalam waktu yang tak terbatas.
Mewariskan Ilmu
Pesantren sejatinya mewariskan ilmu. Bukan aset. Namun, tidak sedikit pewaris pesantren kemudian memperebutkan aset. Hal yang tidak perlu terjadi. Semestinya, parapewaris pesantren itu rebutan ilmu. “Itu yang benar!” ungkap Buya Uki Marzuki kepada H Cecep di Balongan, Kabupaten Indramayu.
H Cecep dalam laporannya, Senin, 1/8/2022, menyebutkan banyak pesantren di Kabupaten Indramayu yang gulung tikar. Santri santrinya habis. “Pindah ke Cirebon,” jelasnya.
Buya Uki menilai karena kurangnya regenerasi yang istiqamah. Banyak keluarga kiai yang tidak fokus lagi pada pesantren. Banyak faktor, diantaranya adalah karena dunia di luar pesantren lebih menarik dari segi kehidupan ekonomi. “Munculnya terorisme karena faktor kemiskinan.” Semestinya pesantren harus diberi ruang hidup untuk mengembangkan budaya dan ekonomi. Menanggapi kesenjangan ekonomi masyarakat, pesantren harus terlibat. “Jadi, banyak pekerjaan sebetulnya yang bisa dikerjakan. Tidak melulu meributkan warisan. Warisan pesantren itu ilmu. Oleh karena itu, perlu ada gerakan sosial dalam menjaga pesantren. Di pesantrenlah budaya menjadi warisan yang tidak pernah mati dan tidak pernah habis.”
Menindaklanjuti perlindungan pesantren sebagai warisan budaya tersebut, H Cecep telah menyiapkan kader kadernya di 31 kecamatan se-Kabupaten Indramayu. Mereka akan bergabung ke dalam Majelis Mujahid NKRI. “Kita jihad melawan kemiskinan dan pembodohan,” ungkapnya, bersemangat.
Masjid sebagai Fondasi
Pendirian sebuah pesantren secara moral merujuk kepada sejarah Madinah. Manakala Rasulullah saw pertamakali mendirikan Masjid Baqi. Allah Taala di dalam surat Al Taubah ayat 108 menyebutkan;
لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
Janganlah engkau mendirikan sholat dalam masjid (bathil) itu selamanya. Karena, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih berhak engkau dirikan sholat di dalamnya. Di dalamnya terdapat lelaki lelaki yang rajin membersihkan diri. Sedangkan Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Selayak masjid, pesantren mesti dibangun di atas landasan takwa ketika agama ditegakkan. Masjid menjadi fondasi vital sebagai pusat keruhanian, studi, penempaan diri, ekonomi, dan kemaslahatan ‘ammah. Demikian pula pesantren. Pesantren itu budaya Indonesia yang menghidupkan agama.