Kandanghaur-Net26.id – “Rumbah Darinih, pedesee puuuoool…,” demikian, ungkap salah satu kru Net26.id yang sengaja berwisata ke Kabupaten Subang dari Kota Cirebon. Mulutnya seperti berapi api setelah menghabiskan sepiring Rumbah. Penganan pecel sayur ala Subang.
Memang, benar kata pepatah, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Setiap daerah di negeri tercinta ini memiliki ciri khas, antara satu dengan lain tidak sama. Perbedaan demografis telah melahirkan ikon yang menjadi ciri khas sebuah daerah, baik tatanan sosial, budaya, dan kuliner. Setiap daerah identik dengan ciri khas dengan kuliner masing-masing, semisal Cirebon identik dengan Empal Gentong, Nasi Jamblang dan Sega Lengko. Surabaya terkenal dengan kenikmatan Rujak Cingur, Sega Rawon, dan Kupang. Lamongan terkenal dengan soto atau pecel lelenya, dan berbagai daerah di Nusantara.
Maka, belum afdol, jika kita melewati kota Indramayu dan belum mencicipi kuliner khas kota tersebut. Sajian kuliner yang terdiri dari sayur kangkung dengan racikan bumbu yang sangat Istimewa karena terbuat dari petis (terasi ikan). Penganan ini akan memanjakan lidah kita saat menyantapnya, apalagi dinikmati dengan cita rasa yang pedas. Wwoww…….luar biasa. Rumbah namanya. Masakan khas kuliner Indramayu. Penganan Rumbah sebaiknya ditemani dengan gorengan untuk meredakan rasa pedasnya.
Saat berkunjung ke Indramayu, di sebuah warung yang terletak tepat di belakang Kantor Kuwu (Kepala Desa) Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, sembari menikmati Rumbah, kami ngobrol ringan dengan pemilik warung, Ibu Hj Darinih.
Menurut keterangan beliau, warung tersebut sudah 32 tahun menjual Rumbah. Dirintis oleh ibunya dari tahun 1990. Rumbah diracik dan dihidangkan oleh keterampilan tangan ibunya. Dan, keterampilan itu menurun kepadanya.
Untuk singgah di Warung Darinih harus pandai pandai memilih waktu, sebab mulai dari pagi hingga sore senantiasa ramai. Tapi, tidak sedikit yang memesan melalui layanan online. Maka, siap siap mengantri panjang.
Warung Rumbah Darinih begitu populer dan ngangenin bagi pelancong pelancong ke Kandanghaur atau bagi mereka yang melintasi jalur Pantura non-Tol. Mereka bisa melepas klangenan wajib mereka.
Bagi Hj Darinih, setiap usaha itu harus dihayati. Banyak orang zaman sekarang gampang beralih profesi karena dianggap tidak menguntungkan. Padahal, setiap usaha itu butuh proses. Kalau mau dibilang capek, ya sangat capek. Tapi, dengan penghayatan, berapa tahun pun harus dilalui. Orang orang bisa melihat suksesnya saja seperti saya sekarang, tapi mereka tidak melihat berapa tahun sudah dilalui. Terang Hj Darinih.