Program SD INPRES dan “Wajar Sembilan Tahun” era Orde Baru agaknya cukup berhasil dalam membangun pendidikan di Indonesia. Sehingga pada masa itu, semua penduduk Indonesia diwajibkan mengikuti pembelajaran di sekolah selama sembilan tahun minimal. Wajar adalah singkatan dari wajib belajar.
Pada masa Orde Lama, Pemerintah Republik Indonesia (PRI) selain masih sibuk menghalau penjajah Sekutu yang hendak menguasai kembali pengaruhnya di Asia Tenggara, juga masih menggalang kekuatan untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI dari satu perjanjian ke perjanjian lainnya terus melakukan negosiasi yang kompleks. Maka, tidak heran, jika kemudian banyak terjadi konflik antaranak bangsa. Hal ini tentu diliputi oleh berbagai kepentingan-kepentingan seperti internasionalisme-imperialisme ideologi (liberalisme vis a vis komunisme), nasionalisasi aset, merebut wilayah, bahkan kedewasaan dalam berbangsa dan bernegara. Konflik berbagai kepentingan ini masih terus berlangsung hingga akhir masa Orde Baru ketika instabilitas nasional kian terancam seperti polemik Papua, Aceh, dan lepasnya Timor Timur (Timor Leste).
Membaca sejarah artinya mengukur ulang kedewasaan. Konflik dari waktu ke waktu tidak mungkin dapat dihindari, kecuali dimenej. Setiap pemimpin mulai dari Presiden Soekarno, hingga Presiden Joko Widodo memiliki pola dan corak tersendiri di dalam mengelola konflik ini. Pun, di tengah program-program pembangunan berkelanjutan.
30 Tahun Indonesia Merdeka adalah buku empat jilid yang diterbitkan pada masa Orde Baru. Semacam buku putih. Buku ini menceritakan tegaknya NKRI dari masa ke masa selama rentang 30 tahun. Buku ini menjadi bacaan wajib di setiap SD INPRES yang dibangun oleh pemerintah. Dengan tujuan untuk mengenalkan visi dan misi pembangunan serta kesadaran berbangsa dan bernegara pada waktu itu. Dengan kata lain, siswa-didik sejak dini sudah dikenalkan pada sejarah negara (NKRI) yang bermula dari Proklamasi 17 Agustus 1945.
Era Reformasi sering dikatakan sebagai era keterbukaan dan kebebasan dari belenggu ideologi, menyusul runtuhnya Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991. Keruntuhan ini menyebabkan ideologi komunis yang tertutup mulai kembali kepada jatidiri bangsa. Negara Rusia sebagai suku-bangsa Rusia, begitu pula negara China dengan republiknya. Hampir tidak ada kekuatan negara totaliter seperti Komunisme-Leninisme, kecuali beberapa seperti Kores Utara. Dengan keterbukaan era Reformasi, secara otomatis, pengetahuan pun kian terbuka, tidak menafikan sejarah NKRI. Berbagai metode alternatif dengan temuan-temuan data baru diupayakan pembacaan ulang terhadap sejarah NKRI mulai dari akarnya yang paling dalam seperti sejarah Nusantara. Meskipun ortodoksi cara baca Orde Baru masih cukup mewarnai cara pandang generasinya. Dengan kata lain, cara baca “bias Orde Baru” masih cukup dominan meskipun sudah tidak relevan lagi. Harus ada sejarah alternatif!
Cirebon, 23 Maret 2022.