Kedudukan setiap kaum muslimin adalah sebagai hamba yang mulia, yang senantiasa mendapat perhatian dan perkenan dari Allah Ta’ala. Sehingga menjadi kewajiban pula untuk selalu berikhtiar dan memandang baik terhadap semua ketentuan AllahNya. Doa merupakan wahana bagi setiap kaum muslimin di dalam menyampaikan “proposal” hajat dan keinginannya, namun ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan, apalagi di dalam kondisi dan suasana yang kini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Berdoa adalah perintah. Orang yang tidak mau berdoa adalah orang yang sombong. Maka, perintah itu telah disebutkan di dalam Al-Quran surat Al-Mu’min ayat 60 sebagai berikut.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Manusia pada dasarnya adalah makhluk tidak berdaya. Karena, itulah kita butuh untuk berdoa. Pada saat manusia melangitkan doa, dia sedang menaruh harapan dengan keyakinan akan terkabulnya doa. Tapi, dia tidak bisa memastikan karena kepastian atau pepasten (bahasa Jawa) hanya milik Tuhan. Ada tiga lapis tahapan saat kita berdoa: harapan, keyakinan, dan kepastian. Manusia hanya bisa mengakses sampai pada lapis kedua yakni keyakinan. Keyakinan atas terkabulnya sebuah doa. Sementara lapisan ketiga, kepastian, adalah hak prerogatif Allah Ta’ala. Mutlak wilayahnya Allah. Manusia tidak bisa memasukinya. Karena itu, saat berdoa, jangan sampai saking yakinnya lalu memastikan. Jangan sampai apa yang kita yakini, dianggap sebuah kepastian. Kita hanya bisa memohon dan meyakini tapi tidak bisa memastikan.
Kadang ada orang bilang, saya setiap hari baca Al-Quran, dekat dengan Allah, tidak menjaga prokes tidak apa-apa. Karena, saya dekat kepada Allah Ta’ala, tidak mungkin saya terpapar Corona.
Saya setiap saat baca shalawat, dekat dengan Rasulullah saw, kekasih Allah, pasti dijauhkan dari wabah Covid-19. Jangan begitu, nanti kita bisa kepleset, keladuk dan kebablasen.
Karenanya, setiap saat kita perlu memverifikasi keadaan batin kita, apakah kita sering terjatuh ke dalam kondisi seperti itu.
Semoga kita selalu dibimbing oleh-Nya. Amin.