Dulu, kupikir kedewasaan seseorang berdampingan dengan usia, oh ternyata tidak. Usia diatas 20 tahun, belum tentu dewasa. Ternyata, kedewasaan seseorang berjalan berdampingan dengan problematika kehidupan.
Seiring berjalannya waktu kita akan bertemu dengan hal yang cukup rumit, sulit, pelik, yang akan membuat kita merasa. Huh … “Hidup ini penuh derita!” tapi dari hal yang semacam itulah justru kita akan bertumbuh.
Sebab, di dunia ini ada banyak kejutan yang perlu melewati proses “menyakitkan” terlebih dahulu agar terlihat keindahannya.
Bagian terpenting bukanlah seberapa banyak mengalami kegagalan yang akan kita terima. Tapi, seberapa keras kita akan berjuang untuk hidup kita.
Kita punya andil. Salah menaruh harap, salah memprioritaskan, salah meletakkan perasaan, salah menempatkan ekspektasi, dan salah-salah lainnya yang tak tertuang disini.
Namun, maksudku bukanlah hendak seluruhnya menyalahkan kepada diri sendiri.
Kamu, sih, yang sudah begini-begitu jadi saja kecewa, coba seharusnya begini, mungkin tidak akan kecewa. Udah dibilangin, kan.
Tidak, tidak.
Tak apa, kamu terluka, tak apa kamu kecewa, semua orang tak luput dari kesalahan dan semua orang pernah membuat kesalahan.
Maksudku, kamu harus menyadari bahwa saat ini kamu sedang terluka, yang selanjutnya untuk menjadi bahan pertimbangan agar tak melakukan hal yang serupa. Kita tidak akan tahu langkah itu hasil akhirnya membuahkan bahagia atau kecewa.
Jadi, aku ingin kamu menikmati masa keadaan saat ini. Bahwa luka adalah bagian proses, untuk melangkah selanjutnya adalah mengobati.
Dibalik rasa sakit, ada jalan pendewasaan. Bagiku, hidup memberiku banyak ketakutan. Memberi kerinduan bersama dengan kesedihan.
“Bintang akan terlihat ketika gelap.
Kayu gaharu mengeluarkan harum saat dibakar. Permata berkilau saat ditempa”.
Someday, di fase paling akhir dalam perjuangan, tapi bukan karena lelah atau ingin menyerah. Hanya sadar bahwa pasrah pada pemilik skenario semesta adalah cara terbaik untuk berdamai pada hidup. Bahwa cinta bukan perihal memaksakan. Namun kadang juga tentang melepaskan, merelakan.
Perjalanan hidup tak selalu indah namun hati yang tegar bagai batu karang, mengubah derita menjadi bahagia. Tak apa hatinya terluka, air matanya menetes. Kuat-kuat ya, sebentar lagi, God must have prepared the best for you.