Ada banyak kelompok dan organisasi kemudian mengklaim diri sebagai Ahlussunah wal Jama’ah, satu kelompok yang selamat seperti telah disitir hadis Rasulullah saw.
Di Indonesia, Ahlussunah wal Jama’ah menjadi ideologi atau akidah dasar organisasi terbesar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Reaktualisasi Sejarah
Ada ribuan hadis Rasulullah saw yang telah berhasil ditulis dan didokumentasikan oleh ulama-ulama salaf al shalih. Mulai dari kitab-kitab besar seperti Al Muwattha yang ditulis oleh Imam Anas bin Malik, Sahih Al Bukhari yang ditulis oleh Imam Al Bukhari, Sahih Muslim yang ditulis oleh Imam Muslim, Sunan Al Nasai yang ditulis oleh Imam Al Nasai, Sunan Ibnu Majah yang ditulis Imam Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud, Sunan Al Turmuzi yang ditulis oleh Imam Al Turmuzi; dan kitab-kitab kecil lainnya. Namun, hanya satu hadis Rasulullah saw yang berhasil digunakan untuk mempersatukan umat Islam yang diriwayatkan oleh Imam Al Thabrani sebagaimana berikut;
افترقت اليهود على إحدى أو اثنتين وسبعين فرقة ، وافترقت النصارى على إحدى أو اثنتين وسبعين فرقة ، وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة، الناجية منها واحدة والباقون هلكى. قيل: ومن الناجية ؟ قال: أهل السنة والجماعة. قيل: وما السنة والجماعة؟ قال: ما انا عليه اليوم و أصحابه
Orang-orang Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (kaum muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka. Ditanyakan “Siapakah yang selamat itu?” Rasulullah saw menjawab, “Ahlussunah wal Jama’ah.” Dan, kemudian ditanyakan lagi, “Apakah Ahlussunah wal Jama’ah itu?” Rasulullah saw menjawab, “Apa yang aku berada di atasnya hari ini dan beserta parasahabatku (diajarkan oleh Rasulullah saw dan diamalkan beserta para sahabat).
Di dalam risalahnya, Ziyadah Al Ta’liqat, Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari mendefinisikan;
أما أهل السنة فهم أهل التفسير و الحديث و الفقه فإنهم المهتدون المتمسكون بسنة النبي صلى الله عليه وسلم والخلفاء بعده الراشدين وهم الطاءفة الناجية قالوا وقد اجتمعت اليوم في مذاهب أربعة الحنفيون والشافعيون و المالكيون والحنبليون
Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh pada sunah Nabi dan sunah Al Khulafa Al Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat. Ulama mengatakan, “Sungguh kelompok tersaebut sekarang ini terhimpun dalam mazhab yang empat yaitu mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali.”
Dari definisi tersebut, Hadratussyekh mengambil kesimpulan dari disiplin keilmuan yang sudah terbagi-bagi sesuai dalam kelompok (fan) masing-masing. Bukan dalam pengertian sejarah yang hidup.
Tekstualis Menggiring kepada Ekstrim
Di Indonesia, satu-satunya organisasi yang mengaku berakidah Ahlussunah wal Jama’ah adalah Nahdlatul Ulama, kemudian diikuti oleh Muhammadiyah.
Dalam pengertian sejarah yang hidup, Hadratussyekh melihat aspek-aspek historis atau kesejarahan yang ditulis olehnya dalam Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah;
ثم إنه حدث في عام ألف وثلاثمائة وثلاثين أحزاب متنوعة، وآراء متدافعة، واقوال متضاربة، ورجال متجاذبة. (حضرة الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة،
Kemudian pada tahun 1330 H, muncul beragam kelompok dengan paham yang berlawanan, pendapat yang berseberangan, dan orang-orang yang berselisih paham.
Kitab tersebut menjelaskan: umat Islam di tanah Jawa pada mulanya menganut paham yang sama, Imam Al Syafi’i atau Mazhab Syafi’i dalam bidang Fiqih, Imam Al Asy’ari dalam bidang Ushul Al Din, dan Imam Al Ghazali serta Imam Abu Al Hasan Al Syadzili dalam bidang Tasawuf.
Sejak 1330 Hijriyah (1912 Masehi) tersebut mulai bermunculan paham-paham baru serta pemikiran-pemikiran yang berlawanan dengan yang telah dianut oleh mayoritas umat Islam di dunia, terutama kemunculan ideologi Wahabi-Salafi yang digunakan oleh Muhammad ibn Al Saud sebagai alat untuk mendirikan Kerajaan Saudi Arabia, menggantikan Syarif Husein bin Ali (1854-1931 Masehi), penguasa Hijaz dari Dinasti Hasyimi.
Latar belakang sejarah Ahlussunah wal Jama’ah di Timur Tengah tidak digunakan secara sistematis dalam pola gerakan sosial, terutama pada masa Kekaisaran Usmaniyah, meskipun mayoritas umat Islam adalah penganut akidah dan pengamal Ahlu Al Sunnah wa Al Jama’ah. Ahlussunah wal Jama’ah menjadi kajian-kajian serius di dalam mazhab-mazhab fiqh, terutama Mazhab Empat: Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali.
Moderatisme Ahlussunah wal Jama’ah terbangun karena muncul friksi-friksi akidah ekstrim seperti Syi’ah, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Muktazilah, Khawarij, dan terakhir Wahabi-Salafi-Nyunnah yang didukung oleh Inggris di Saudi Arabia.
Pada masa lalu, banyak orang-orang Nusantara yang menimba ilmu secara serius di Kota Mekah sebelum Muhammad ibn Saud naik ke tampuk kekuasaan. Namun, karena gelagat politik kurang sehat, Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari oleh paragurunya disuruh pulang ke Jawa untuk membentengi Nusantara dari pengaruh paham ekstrim Wahabi-Salafi-Nyunnah.
Kelompok Wahabi-Salafi-Nyunnah ini selalu mempropagandakan antibid’ah, kembali kepada Al Quran dan Sunnah, dan ideologi Islam atau khilafah secara tekstual.