Jarak antara rumah Sang Maestro lagu-lagu Jawa kontemporer, campursari, Didi Kempot, dan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, KH Amin Abdul Hamid, hanya dibatasi oleh sungai kecil. Tidak jauh. Kalau ada tujuan hendak sowan kepada Mursyid Thoriqoh Al Syadziliyah Al Dimyatiyah yang berpusat di Desa Tegalrejo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, tersebut pasti akan melalui persemayaman terakhir Sang Maestro.
Wafatnya Sang Maestro, Didi Kempot, memang telah menghentak banyak hati dan perasaan orang-orang Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, Hongkong, Vietnam, Jepang, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Mesir, atau bahkan Suriname dan Amerika.
Sejak lagu dan musik dangdut mulai meluas di mancanegara, secara otomatis lagu-lagu campursari turut terdongkrak popularitasnya di dunia. Dari dangdut, Indonesia dikenal.
Bagi KH Amin Abdul Hamid yang sudah sering melawat ke luar negeri, lagu-lagu Didi Kempot sering menjadi teman dalam perantauan. Ketika jauh dari sanak saudara dan kampung halaman. Didi Kempot memang paling pandai meracik lagu dengan menyertakan idiom-idiom dan diksi-diksi lokal sehingga siapapun yang mendengarkan lagu-lagunya dapat dipastikan langsung terenyuh, larut dalam suasana seperti stasiun, terminal, pasar, atau kota-kota kenangan dalam “Sewu Kuto”.
KH Amin Abdul Hamid yang sekarang lebih banyak beraktivitas di kampung halamannya masih dapat merasakan getaran-getaran lagu yang merasuk sukma itu. Ia sangat menikmati di antara kesunyian kampung.
Tapi, dari sudut kesunyian itulah, KH Amin Abdul Hamid dapat merasakan kehadiran Sang Maestro yang tak pernah pergi. Terutama, bila hari Minggu, makam Sang Maestro akan sangat ramai dikunjungi oleh banyak orang yang datang dari jauh.
KH Amin Abdul Hamid mendapat banyak kenangan dan pengalaman dari lagu-lagu Sang Maestro, bukan saja tentang kampung halaman yang penuh kenangan, melainkan juga kecintaan kepada Sang Ilahi.
Baginya, Sang Maestro telah memberi banyak kabar dan berita kepada orang banyak. Seperti paranabi yang membawa berita-berita keselamatan. Sang Maestro tanpa lelah selalu mengingatkan saudara-saudaranya setanah air melalui lagu “Ojo Mudik” misalnya. Masih musim pandemi, mari bersabar, patuhi protokol kesehatan!
KH Amin Abdul Hamid merasa bangga ada sosok figur yang mewakili daerahnya, dikenal luas masyarakat. Dari daerah itu, jiwa-jiwa masyarakat desa cukup terwakili melalui lirik-lirik lagu Sang Maestro. Jadi, banyak bahasa dan ungkapan yang seharusnya bisa dimengerti. Patah hati pasti melanda setiap orang, entah dalam bentuk dan rupa seperti apa? Namun yang jelas, kekecewaan bisa saja muncul sebagai bagian dari keinginan yang tak tercapai. Oleh karena itu, semua harus bisa disyukuri. Semua orang bisa bersyukur manakala mendapat anugerah dan kenikmatan, namun sedikit yang bersyukur manakala diterpa bala dan bencana. Pun, ujian sabar bagi orang yang tertimpa bala bencana, itu sudah biasa. Tapi, sabar ketika menerima anugerah kenikmatan, itu luar biasa. Sebab, banyak orang yang lalai ketika sedang mendapat nikmat, lalu lupa bersyukur dan memperbanyak sholat.
Dengan demikian, Almarhum Didi Kempot telah menanamkan nilai-nilai yang tinggi serta mudah dipahami oleh khalayak ramai. Dengan bahasa sederhana, Sang Maestro telah menyapa dengan bahasa yang mudah dimengerti. Orang-orang yang menjadi pecinta dan penikmat lagu-lagunya secara tidak sadar telah dinasehati dan diajak menuju kebaikan.
Cirebon, 6 Mei 2022.