Bejaten-Net26.id Acara Haul KH Abdullah Umar (1895-1937 Masehi) bin KH Hasan Munawar di Desa Bejaten, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang berjalan dengan meriah. Pada Minggu, 24/7/2022, acara dihadiri oleh perwakilan putera-puteri wayah Nyai Hj Umi Fatimah, Nyai Hj Umi Naimah Bengkulu, KH Ahmad Zainal Abidin (1923-1950 Masehi) Candirejo, KH Muhammad Zainuddin Bejaten, Nyai Hj Muslikhah Bugel, KHM Zuhdi Amin Sraten, KHM Zainal Muttaqien Bejaten, KH Mahfudz Tegaron, KHM Abdillah Bejaten, dan Nyai Hj Romzatun Bejaten. Acara dipimpin langsung oleh KH Afifuddin sebagai cucu laki-laki tertua KH Abdullah Umar Bejaten.
Sedianya, prosesi acara Haul KH Abdullah Umar setiap tahun dibacakan Al Quran 30 juz bil ghaib oleh Nyai Hj Atiqoh Zen yang disimak oleh penduduk desa, bertempat di Masjid “Mujahidin”, pesantren peninggalan KH Abdullah Umar.
KH Abdullah Umar bin KH Hasan Munawar atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Sepuh wafat pada tanggal 24 Dzulhijjah 1355 Hijriyah (7 Maret 1937 Masehi) ketika lahiran puteri ragilnya, Nyai Hj Romzatun. Dari cerita tutur yang didapat dari KH Nachrowi Dalhar Watucongol, KH Abdullah Umar adalah teman menuntut ilmu selama di Mekah. Kepada KHM Mahfudz Tegaron, Mbah Dalhar pernah mgendikan, “Kakang Abdullah Umar kui kancaku nang Mekah. Aku sing cilik dewe.”
Maksud dari”sing cilik dewe” dari ungkapan Mbah Dalhar yang dikenal tidak banyak bicara itu adalah karena merasa paling yunior di antara santri-santri Nusantara yang mesantren di Kota Mekah. Pada masa itu, nama-nama besar di panggung sejarah Indonesia memang sedang giat menimba ilmu seperti Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari, KHA Wahab Chasbullah, KH Ahmad Dahlan, termasuk diantaranya adalah KH Nachrowi Dalhar.
Panggilan Mbah Sepuh kepada KH Abdullah Umar pada masa sugengnya adalah karena satu-satunya keturunan dari Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Nitinegoro (Raden Ahmad) Gogodalem yang paling sepuh. KRT Nitinegoro atau disebut juga Mbah Wali adalah yang menurunkan kiai-kiai pendiri pondok-pondok pesantren di wilayah Salatiga dan Kabupaten Semarang. Wilayah kekuasaannya pada masa itu di bawah wewenang Adipati Mangkunegara.
Mangkunegara adalah penguasa otonom setingkat raja yang membawahi wilayah-wilayah Karanganyar, Sukoharjo, Kartasura, Boyolali, Salatiga, Semarang, dan Magelang saat ini.
Pada Haul ke-85 KH Abdullah Umar tahun ini, Pengasuh Pesantren Bejaten, KH Abdul Halim, berharap akan menjadi jalinan silaturahim yang kokoh dalam membangun pendidikan dan keagamaan bagi masyarakat Desa Bejaten dan sekitarnya. Terutama, anak keturunan dari putera-puteri wayah KH Abdullah Umar yang berada di berbagai pulau di Indonesia. Dan, Pesantren Bejaten sebagai warisan akan menjadi contoh dan pusat kegiatan keluarga dan masyarakat agar lebih maju sebagaimana yang telah dirintis sejarahnya oleh para pinisepuh terdahulu.