Jombang-Net26.id Tebuireng zaman sekarang sudah bisa dikatakan sebagai Kota Santri. Keramaiannya bisa melebihi Kota Jombang sebagai ibukota Kabupaten. Tebuireng memang sebuah pedukuhan (dusun) di bawah wewenang wilayah Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Di Tebuireng, terdapat pesantren-pesantren besar dengan jumlah santri ribuan, Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari, Universitas Keislaman Hasyim Asy’ari, Pusat Studi Keislaman Hasyim Asy’ari, serta Maqbarah Masyayikh Pesantren Tebuireng yang tak pernah sepi pengunjung. Pada siang dan malam, Tebuireng selalu hidup oleh aktivitas-aktivitas pengajian, zikir dan doa, serta beragam transaksi perekonomian. Di Tebuireng, bertaburan tempat-tempat penginapan, warung-warung makan, dan hotel. Sehingga memudahkan para peziarah dan pelajar yang hendak sekadar berwisata atau serius menimba ilmu dalam suasana keruhanian yang khusyuk. Di samping, aman, nyaman, tentram, dan juga penduduk yang ramah.
Atas dorongan tokoh masyarakat dan pemuka agama Desa Nglaban, serta motivasi dan dukungan dari para pengasuh pesantren di lingkungan Pesantren Tebuireng, seperti KH Mahrus, KH Kamaluddin, KH Ja’far Shodiq dari Nganjuk, dan yang utama KH Abdul Hadi Yusuf (pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng), maka tepat pada tanggal 21 Oktober 2020, Pesantren Tahfidz An-Nawawi Nglaban didirikan.
Berbekal dari pengalaman belajar dan mengajar di Pondok Pesantren Madrasatul Quran, KHM Fuad Taufiq, santri asal dari Kabupaten Lamongan, berhasil menyelenggarakan tiga sistem pendidikan diantaranya Taman Pendidikan Al Quran (TPQ/TPA), Program Takhassus (menghapal Al Quran), serta Madrasah Diniyah.
Hal ini terbilang cukup sukses, karena baru dua tahun berdiri.
Pada awalnya, jumlah santri yang dibina oleh KHM Fuad Taufiq berjumlah sekitar lima orang. Uniknya, mereka berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura, dan bahkan Sumatera.
Karena tidak pernah menduga akan menerima “titipan” anak asuh serta fasilitas yang masih sangat minim, maka santri-santri baru yang hendak mesantren ditempatkan di kamar belakang kediaman KHM Fuad Taufiq.
Berita KHM Fuad Taufiq telah menerima santri untuk dibina, ternyata menyebar luas dengan cepat. Melihat jumlah santri yang tinggal di Pondok Pesantren Tahfidz An-Nawawi terus bertambah, maka diperlukan penambahan-penambahan sarana kamar mandi, kamar tempat tinggal, serta ruang serba guna sebagai pusat kegiatan santri.
Konsekuensi dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka beberapa bagian rumah harus diubah untuk keperluan para santri dan membangun musholla di belakang rumah sebagai pusat kegiatan santri, baik sholat berjama’ah, mengaji kitab kuning, serta Al Quran.
Demikian, dalam tempo dua tahun sejak menerima santri pertama, perkembangan jumlah santri cukup membanggakan banyak kalangan. Pada 2022, jumlah santri yang menetap di Pesantren Tahfidz An-Nawawi sudah mencapai 65 orang santri.