Kerajaan atau kekaisaran Roma terbagi pada dua fase. Fase Roma Barat yang berpusat di Kota Roma (Italia sekarang) dan fase Roma Timur yang berpusat di Kota Konstantinopel (Turki sekarang).
Pemeluk-pemeluk Agama Tertindas
Sebuah pemahaman dapat menindas antara yang satu dengan yang lain. Hal ini bisa terjadi di agama apa saja.
Pada awalnya, pemahaman agama suku-bangsa Yahudi menindas pemeluk agama Kristiani, hal ini terjadi pada awal abad ke-1 Masehi. Ketika suku-bangsa Al Qibtiyah misalnya dikejar-kejar oleh suku-bangsa Yahudi melalui kuasa Kekaisaran Roma. Demikian pula, karena eksklusivitas suku-bangsa Yahudi-merasa suku-bangsa unggulan-tertindas pula oleh pemeluk-pemeluk agama Kristiani yang sudah meraih tampuk kekuasaan di Roma. Melalui Roma, umat Kristiani kemudian menyebar ke Barat dan ke Timur Eropa.
Pertanyaan kemudian, apakah penyerbuan Kekaisaran Romawi ke Kartago dan Iskandariah (Mesir) juga dilatarbelakangi oleh problem-problem agama?
Sejarah Roma
Di dalam kitab suci Al Quran, sebutan “Kristen” atau kekristenan secara umum memang tidak ada. Al Quran lebih sering menyebut kata “Nasrani” yang diambil dari kata “nasrun”, berarti “penolong”. Lebih tepatnya, penolong Nabi Isa As dari kesengsaraan-kesengsaraan fitnah. Kelompok Nasrun ini merupakan 12 orang dari suku-bangsa “Al Hawariyun”. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al Shaf ayat 14.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْٓا اَنْصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيّٖنَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗقَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ فَاٰمَنَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَكَفَرَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ ۚفَاَيَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (hamba) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada suku-bangsa Al Hawariyun “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk berlindung kepada) Allah?” Kaum Al Hawariyun itupun menjawab “Kamilah penolong-penolong (hamba) Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Namun demikian, kelompok Nasrun atau Nasrani ini malah sering diidentikkan dengan kelompok Kristus yang berkonotasi pada kekristenan atau Kristen. Entah, siapa yang pertama membuat penyamaan makna antara Nasrani dan Kristiani ini, padahal memiliki konotasi makna yang berbeda. Sebab, kata Nasrun tersebut lebih berkonotasi pada pembelaan secara fisik dan harga diri dari penindasan-penindasan, bukan “penegakan teologis” sebagaimana yang dilakukan oleh iman Kristen (Kristus).
Legenda Roma menyebutkan asal usul dua orang bersaudara kembar bernama Romulus dan Remus sebagai cikal bakal suku-bangsa Romawi. Tapi, legenda lebih mendekati dari mitologi Yunani dan Romawi yang menyebutkan Aineias, seorang pahlawan Troya, anak dari Ankhises dan Afrodit. Ankhises adalah sepupu kedua dari raja Troya, Priamos. Dia-dibantu oleh Afrodit-berhasil menyelamatkan diri setelah Kota Troya dihancurkan oleh Yunani. Berikutnya, Aineias menjadi lakon penting dari mitologi Yunani maupun Romawi yang masuk dalam drama-drama legendaris.
Sayangnya, jika membaca sejarah filsafat yang bermula dari Yunani, maka jarang sekali disentuh aspek agama dan keyakinan suku-bangsa tersebut. Agama sering dinisbatkan ketika filsafat telah mengalami kemunduran. Dan, moral menjadi pijakan bersama tanpa ada pesan khusus melalui firman-firman. Dan, sejak dari sini, antara iman dan filsafat, antara rasa dan akal, menjadi sentra kutub perbedaan cara pandang umat manusia di planet bumi. Meskipun keduanya sama-sama lahir dari penindasan sejarah. Dapat dibaca misalnya dari hidup seorang filosof seperti Socrates (470-399 sebelum Masehi) yang mati menenggak racun dan rasul-rasul yang dimusuhi oleh kaum-kaum mereka sendiri. Tersebut, pada 139 sebelum Masehi, Pretor Hispanus mengeluarkan dekrit pengusiran semua orang Yahudi yang bukan warga negara Italia.
Hukum-hukum Roma
Kebudayaan Romawi berdiri di atas hukum-hukum sosial. Sosiolog Barat menyebutnya “social contract”. Hukum lahir karena ada kesepakatan umum antar suku-bangsa yang hidup di daratan Eropa. Mereka terdiri dari campuran suku-suku-bangsa Latin, Etruskan, dan Sabini yang sudah ada sejak 14.000 tahun sebelum Masehi. Kepercayaan-kepercayaan mereka terhadap mitologi nenek moyang menjadi sebab sejarawan menyebut Era Mitologi. Sejarah Romawi berdiri diawali dari tahun 753 sebelum Masehi.
Kehadiran agama Yahudi dan Kristen di Roma telah memberi warna tersendiri dari segi susastra dan hukum di Eropa. Secara resmi, suku-bangsa Yahudi masuk ke Eropa setelah Kaisar Pompey menyerbu Yudea pada 63 tahun sebelum Masehi meskipun jauh sebelum Kekaisaran Romawi berdiri sudah ada suku-bangsa Yahudi yang bermigrasi dari Iskandariah, Mesir.
Suku-bangsa/agama Yahudi secara resmi masuk ke Yunani (tinggal di pulau-pulau Kreta dan Aegea) pada awal abad ke-3 sebelum Masehi. Tapi, sudah tercatat di Yunani sejak 300-250 sebelum Masehi di pulau Rhodes. Sejarah berbalik setelah ekspansi Alexander Agung ke Timur Tengah sehingga suku-bangsa Yahudi mulai hijrah ke wilayah Mediterania Timur, Syria dan sekitarnya.
Ketika susastra telah menjadi bagian penting bagi kehidupan suku-bangsa Romawi, maka budaya Kristen secara perlahan menjadi identik. Identitas ini turut membentuk kemajuan filsafat, seni, dan sains. Dari susastra, tercipta hukum-hukum konsili, serta cerita orang-orang Kudus, martir (korban penindasan), serta Paus yang diangkat dari suku-bangsa Eropa sendiri. Semua Paus, mulai dari 741 sampai 2013, berasal dari suku-bangsa Eropa.
Eropa menjadi pusat budaya dan agama Kristen, terutama di Rusia (Kristen Timur, kelanjutan Konstantinopel) yang memiliki populasi terbanyak. Dari budaya Romawi, kemudian berkembang aksara dan angka Latin (Romawi) yang telah mengalami perkembangan di berbagai pelosok dunia.