Di tengah hiruk dunia digital dan virtual saat ini, menulis sudah menjadi kebutuhan individual. Kerja-kerja menulis bukan lagi menjadi kebutuhan personal, melainkan sebuah kolektivitas. Belum lama ini dapat disaksikan bagaimana kerja-kerja busser menggiring dan membentuk opini untuk menguasai imajinasi kolektif demi kekuasaan tertentu. Ketika kesadaran kolektif menjadi hilang. Pun, ketika dunia visual semakin marak, baik yang kecil-kecil dan singkat hingga yang serius dan berat. Baik yang mengundang hiburan dan tawa maupun mengajak kening berkerut memikirkannya. Ada yang pada awalnya coba-coba, kemudian menjadi hobi yang berharga. Bagi yang belum terbiasa, demikian terasa amat berat.
Oleh karena itu, pihak Manajemen Jemur Adventure Park membentuk program gratis menulis bagi pemula-pemula yang ingin menggambarkan idenya menjadi bentuk. Setiap orang memiliki cita-cita, namun bila tak tertulis dan terbentuk akan sulit direkapitulasi dan ditentukan arah tujuannya. “Sebaik-baiknya ide adalah yang tertulis,” demikian, pendapat Yuslim Fauzi. Meskipun arah pelaksanaannya tidak dalam seketika, namun setidaknya masih melekat dalam catatan-catatan yang kelak suatu saat dapat terlaksana, mewujud, dan menjelma. Setiap orang dapat menuliskan cita-citanya sendiri.
Dewasa ini, angka produksi kian menurun seturut maraknya dunia digital dan visual. Komunikasi terbangun berdasar ide-ide yang dikendalikan oleh orang lain, si pembuat opini. Opini yang menentukan tujuan di masa sekarang dan yang akan datang. Tanpa opini, kepercayaan tidak akan hadir. Namun, kerja-kerja opini memerlukan sebuah kolektivitas. Tidak sendiri. Opini memerlukan teman diskusi yang intensif agar ide atau gagasan dapat berjalan dinamis dari dua arah atau lebih. Kolektivitas akan menjamin kerjasama produktif di saat terjadinya kelangkaan produksi. Dengan kata lain, apakah produksi masih dibutuhkan manakala sudah terlanjur marak digitalisasi?
Bila dibandingkan saat ini, angka produksi dengan angka promosi, masih jauh lebih banyak angka promosi dibandingkan dengan angka produksi. Karena, media jauh lebih berkontribusi daripada produksi. Satu produksi tanaman Porang umpamanya, jauh lebih banyak ceritanya daripada lahan yang ditanami Porang. Artinya, kerja-kerja produksi telah beralih kepada produktivitas kata atau wacana. Hal ini sangat baik disambut selama menjadi kerangka aku bagi produktivitas. Pada awalnya adalah wacana bila kemudian menjadi produksi. Membangkitkan kreativitas wacana dengan mengumpulkan data-data primer dan akurat turut menentukan masa depan. Ijazah dapat diabaikan dan dikalahkan oleh kreativitas dan kolektivitas.