Bahwa mencintai Allah adalah dengan mencintai kemanusiaan. Dan, mencintai perlu menghadirkan hati untuk yang dicintai.
Indonesia dalam Pusaran Sejarah Ideologis
Indonesia sudah saatnya melakukan deideologi sejarah. Khususnya, konflik yang ditimbulkan dari hasil konspirasi antara SI Merah yang dipimpin oleh Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet (1883-1942) dan SI Putih yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto (1882-1934).
Secara Ideologis, SI Merah yang belakangan melahirkan kelompok ekstrim kiri dan SI Putih melahirkan kelompok ektrim kanan. Ekstrim kiri melahirkan kelompok komunis dengan cita-cita negara komunis-militernya, sementara ekstrim kanan melahirkan kelompok Islamis dengan cita-cita negara agamis-militer. Kedua-duanya mengutamakan militer di atas supremasi sipil. Dan, kedua-duanya tidak baik.
Sementara ini, negara-negara komunis satu persatu rontok dan tidak laku dalam sejarah, sementara negara Islam yang dicita-citakan tidak pernah terwujud dalam sejarah umat Islam, terutama pascakenabian Muhammad Saw dan Al Khulafa Al Rasyidun.
Pada ranah sastra dan sejarah, wacana Islam dan Komunis terus berlanjut, selain pada ramah politik praktis.
Propaganda melalui sastra dan sejarah masih tampak hingga sekarang. Meskipun secara politik praktis Komunisme di Indonesia sudah dilarang, namun Islamisme masih terus berkembang. Di era informasi ini, Taufik Ismail (sastra Islamisme) masih menggelorakan wacana isu antikomunis. Dan, sebaliknya.
Pancasila sebagai Ideologi Kebangsaan
Kebangsaan atau nasionalisme telah menjadi bumerang baru bagi negara-negara Barat yang berpaham imperialisme (kekaisaran) internasional. Terutama, setelah Vladimir Putin berhasil melakukan operasi khusus terhadap Ukraina. Tujuan Putin ke Ukraina bukan untuk mengurangi nasionalisme Ukraina, melainkan Demiliterisasi dan Denaziisme yang dilancarkan oleh Pakta Militer NATO ke Timur.
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila tidak lahir dari satu ajaran agama tertentu, tidak pula pada ideologi tertentu. Sebab, Pancasila adalah ideologi itu sendiri yang sudah disepakati oleh semua suku dan agama yang ada di Indonesia untuk dijadikan sebagai dasar berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana Pútin yang didukung oleh Nasionalisme Kanan menghendaki negara Rusia yang berkeadilan. Tidak dalam bentuk tekanan dan interferensi imperialisme global Barat.
Indonesia memiliki dasar negara Pancasila yang juga sama memiliki nilai dasar “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Sudah saatnya Indonesia melampaui masa-masa ideologi secara lebih realistis, menerima Pancasila sebagai satu-satunya ideologi pemersatu. Tantangan sekarang dan mendatang adalah teknologi yang akan mengikis habis peran-peran ideologi. Sebagaimana diucapkan oleh Bung Karno, “Indonesia akan maju apabila sudah mampu menguasai teknologi nuklir dan langit (ruang angkasa)”. Kedaulatan nuklir dan langit harus mandiri dan terjaga, tidak dalam kontrol satelit hasil sewa.
Dengan demikian, cinta Allah akan terwujud apabila mencintai makhluk-makhluknya.
Cirebon, 14 April 2022.