Konsep geopolitik lebih tepat untuk dikumandangkan daripada konsep negara untuk menjelaskan kehadiran Islam (Hadarat Al Islam) pada kancah budaya dan politik. Karena, kenegaraan lebih mementingkan aspek administrasi dan syarat sebuah pemerintahan daripada wilayah-wilayah dalam pengertian tradisional yang dikuasai oleh klan atau suku-bangsa tertentu. Dan, aspek ini menjadi sangat “debatable”.
Berikut ini daftar beberapa kerajaan, kekaisaran, kedinastian, kesultanan, keimaman, keamiran di seluruh dunia setelah masa demokrasi Al Khulafa Al Rasyidun selesai.
Dinasti Umayyah (661-750 Masehi)
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah (602-680 Masehi) bin Abi Sofyan di Damaskus setelah berhasil menggulingkan Kekhalifahan/Keimaman Sayidina Ali (559-661 Masehi) bin Abi Thalib di Kufah. Terutama, setelah Sayidina Hasan (624-670 Masehi) bin Ali meletakkan jabatannya sebagai penerus Sayidina Ali.
Dorongan persaingan dan pertikaian antarsuku-bangsa memang tak tampak jelas dalam sejarah peradaban muslim. Seringkali, sejarah ditulis berdasarkan paham dan perbedaan pendapat. Sehingga yang muncul adalah perang ideologi sebagaimana ideologi-ideologi Khawarij, Syiah, dan Sunni yang dikenal. Padahal, latar belakang kesukuan dan kebangsaan juga menjadi salah satu sebab pertikaian tersebut terjadi. Meskipun dalam sejarah Dinasti Umayyah tampak kompak untuk menenangkan persaingan melawan Sayidina Ali, namun secara internal pun tak dapat dihindarkan. Sebagaimana anak keturunan Marwan bin Al Hakam (623-685 Masehi) dan Muawiyah bin Abi Sofyan. Marwan bin Al Hakam bin Abi Al ‘Ash (disebut juga Marwan I) adalah pemuka Dinasti Umayyah keempat yang berkuasa antara 684–685 Masehi. Ia berkuasa, menggantikan pemuka-pemuka dari garis keturunan Ibnu Sofyan.
Menurut sejarawan, Kekuasaan Dinasti Umayyah meliputi wilayah Jazirah Arab, Mesir, dan sekitarnya;. Pada masa Dinasti Umayyah ini, armada militer maju dan berkembang pesat, menguasai perairan Laut Tengah.
Dinasti Abbasiyah (750-1258 Masehi)
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al Saffah (721-754) ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al Abbas. Pada masa Dinasti Abbasiyah, kota Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia, karena filsafat Timur dan Barat (Yunani) bertemu dengan didukung oleh kemajuan bahasa Arab sebagai Logos dunia.
Dinasti Buwaihi (934-1055 Masehi)
Gejolak politik yang terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah tidak berlangsung nyaman. Dorongan itu muncul dari kalangan Dinasti Buwaihiyah yang berpengaruh kuat setelah garis keturunan Abbas melemah dalam mengendalikan roda pemerintahan di Baghdad. Jadi, sebab-sebab kejatuhan kota Baghdad pada 1258 bukan semata oleh kekuatan Hulagu semata, melainkan juga persaingan internal sesama umat Islam sendiri.
Dinasti Buwaihi merujuk kepada keturunan Abu Syuja Buwaih, seorang pemimpin tentara bayaran, dari Dailam. Dinasti ini berasal dari tiga bersaudara (Ali, Hasan, dan Ahmad), anak-anak Abu Syuja Buwaihi.
Tiga putera Abu Syuja berhasil menguasai Persia bagian barat dan baratdaya.
Dinasti Buwaih memegang kendali atas pemerintahan Dinasti Bani Abbas ketika Khalifah Al Mustakfi (berkuasa antara tahun 944-946 Masehi) menerima Ahmad bin Abi Syuja Buwaih sebagai Amir Al Umara (pemimpin serikat keemiran) di Baghdad.
Kendati Dinasti Buwaih telah menancapkan pengaruh di Baghdad dengan pendirian gedung Dar Al Mamlukah, namun pusat pergerakan mereka masih berada di Syiraz.
Pada masa Dinasti Buwaih berkuasa, khalifah-khalifah dari garis keturunan Dinasti Abbas sudah tidak berdaya lagi. Otomatis, parapimpinan militer, paramenteri, serta pimpinan keemiran diisi dari kalangan terdekat Dinasti Buwaih.
Pada masa pengaruh Dinasti Buwaih ini, ilmuwan-ilmuwan besar bermunculan seperti Al Farabi (wafat 950 Masehi), Ibn Sina (980-1037 Masehi), Al Farghani, Abdurrahman Al Shufi (wafat 986 Masehi), Ibn Maskawaih (wafat 1030 Masehi), Abu Al Ala Al Ma’arri (973-1057 M), dan kelompok Ikhwan Al Shafa. Jasa Dinasti Buwaih juga tidak sedikit dalam pembangunan kanal-kanal, masjid-masjid, rumah sakit, dan beberapa fasilitas umum lainnya. Hal demikian diimbangi pula dengan perkembangan ekonomi, pertanian, perdagangan, dan industri, terutama industri permadani.