Teringat dulu, empat tahun silam. Ketika tiba ziarah ke makam Sunan Muria dapat sajian makan Ingkung. Dan, malam ini, mendapat sajian tempe Mendoan dari Syekh Anom Sidakarsa, Kebumen.
Malam ini, Jum’at, 19 Pebruari 2021, aku sengaja mengikuti panggilan untuk berziarah ke Petanahan. Wilayah Selatan kota Kebumen. Dalam kondisi tubuh yang kurang fit karena cuaca dingin dari guyuran hujan beberapa hari berlalu. Namun, malam ini, meskipun mendung dan sempat turun hujan, telah memberi ruang dan kesempatan untuk ziarah. Tidak seperti malam sebelumnya yang diguyur hujan deras sehingga untuk keluar rumah pun menjadi malas.
Aku habiskan waktu cukup lama sekitar setengah jam untuk bermuwajahah di maqbarah Syekh Anom yang tak kukenal. Padahal, sudah sering ke Kebumen. Tak ada cerita yang mencolok terdengar. Tak ada yang memberitahu harus ke mana. Pokoknya, aku diminta ziarah ke sana, ke Petanahan.
Ternyata, Syekh Anom Sida Karsa adalah keturunan Demak. Ia dikenal sebagai waliyullah oleh masyarakat Kebumen. Memang, tak banyak yang tahu asal usulnya. Namun, di maqbarah itu ramai oleh pengunjung yang berziarah untuk sekadar membaca tahlil dan berdoa.
Jika ditelusuri, keterangan silsilah Syekh Anom masih keturunan ke-5 dari raja Demak, Sultan Fatah. Nama kecil Syekh Anom adalah “Dullah Sidiq”. Dia hidup sezaman dengan Hamengku Buwono IV, Raja Yogyakarta.
Konon, ia memang keturunan ningrat, namun lebih suka mengasingkan diri untuk tinggal di desa yang jauh dari keramaian.
Dia mendirikan masjid sebagai tempat mengajar dan memberi pendidikan pada masyarakat desa Grogolbeningsari. Di dekat masjid, sekarang, sudah terdapat bangunan Madrasah Diniyah. Suasana warung yang ramai selayak makam-makam wali di Jawa. Persis pasar malam dan tidak kesulitan untuk sekadar mengamankan motor di parkiran dan mengudap tempe mendoan pengusir rasa lapar. Ada suguhan lain yang bisa dinikmati seperti kopi, lontong nasi, dan wedang Ronde.
Jika ditelusuri, silsilah Syekh Anom bersambung kepada Sultan Patah. Menurut Muhyidin, Juru Kunci Makam, silsilah Syekh Anom adalah dari Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) – Raden Patah – Sultan Trenggono – Sunan Prawoto – Pangeran Kediri – Pangeran Sudarmo – Pangeran Anom atau Syekh Anom Sidakarsa. Hal ini tidak mengherankan di Kebumen, karena masih ada beberapa makam sepuh lainnya seperti Syekh Baribin yang juga keturunan dari Brawijaya VI. Apakah masih ada sangkut pautnya dengan Syekh Anom agaknya perlu penelitian yang lebih mendetil.
Diketahui, Syekh Anom datang ke Kebumen karena mengasingkan diri dari Kediri dan berguru kepada Syekh Abdul Kafi Awwal Al-Husseini. Ulama sepuh “minal habaib” yang mendirikan pesantren tua di Somalangu. Kepindahan Syekh Anom dari Kediri dan kiprahnya selama di Kebumen memang perlu diungkap agar menjadi perhatian peziarah-peziarah dan para pecinta sastra sejarah.
Jika ada minat untuk berziarah ke Makam Syekh Anom Sidakarsa, maka singgah saja ke desa Grogolbeningsari, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 12 kilometer dari Pusat Kota Kebumen atau sekitar 6 km dari Pantai Petanahan, Kebumen.