Hadratussyekh KHM Yusuf Masyhar, pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng, memang pecinta al-Qur’an sejati. Sehingga untuk nama-nama kompleks (kamar-kamar santri), Beliau beri nama-nama sorga yang diambil dari Al-Qur’an, seperti “Maqamam Mahmuda” (sorga bagi orang-orang terpuji), “Darul Muqomah” (negeri yang kekal), “Maq’adi Shidqin” (sorga bagi orang-orang yang jujur), maupun “Munzalan Mubaroka” (sorga yang penuh keberkahan). Nama-nama itu diharapkan dapat menjadi “tafa’ul”, cerminan bagi penghuni-penghuni kamar-kamar di kompleks itu. Seperti Cak Aris, santri yang tinggal di kamar MB (Munzalan Mubaroka) 02.
Pertumbuhan dan karakter muncul secara alami. Satu persatu mendapat ujian kualifikasi diri. Mulai dari cara memimpin, menyelesaikan tugas dan laporan, serta kewajiban-kewajiban pesantren. Demikian, tempaan di dalam kamar itu diprogramkan untuk memperbaiki diri. Bagi santri yang dapat menjalani dan melintasi ujian-ujian tersebut, ia akan masuk dalam kategori santri yang bertanggung jawab terhadap diri pribadi, para guru dan kyai, serta kedua orang tuanya. Kepribadian santri-santri MQ Tebuireng memang diawali dari kehidupan mereka di kamar masing-masing. Dan, lemari adalah cerminan. Termasuk dalam tipikal seperti apa seorang santri MQ Tebuireng dapat dilihat dari lemari dan isinya. Karena lemari adalah kepribadian, maka sering setiap lemari dirazia oleh para pengurus, baik pengurus kamar, pengurus kompleks, maupun pengurus pesantren.
Lemari menyimpan banyak hal, terutama barang-barang yang diperbolehkan sampai yang terlarang seperti senjata tajam, rokok, atau pornografi.
Di bawah bimbingan seniornya, Cak Fathul Ulum Abd M , Cak Aris tumbuh menjadi sosok yang berwibawa. Pendiam, cerdas, dan tekun. Lengkap sudah.
Pendiamnya Cak Aris karena memang Beliau bicara seperlunya. Cerdas karena pernah menjuarai lomba Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ) di pesantren. Wibawa Cak Aris saya sebutkan karena beberapa hal, pertama, Beliau adalah sosok yang “bersih”-an. Sekali lagi, sangat bersih. Bahkan, kalau santri pada umumnya, jika ke kamar mandi apa adanya, tidak dengannya, tetap rapi, berkaos, dan alat mandinya pun tersusun rapi dan bersih. Isi lemarinya? Jangan ditanya, kalau ada lomba kebersihan lemari, saya jamin, Beliau juaranya.
Sebenarnya tidak terlalu lama saya berinteraksi dengannya selama di pesantren, namun konon capaian Beliau di sana sangat banyak. Mulai dari ketua kamar dan ketua kompleks (koreksi jika saya salah), pernah dijabat oleh Cak Aris. Pertanda Beliau, di balik sifatnya yang pendiam, adalah pribadi yang siap membangun sebuah organisasi.
Dan, sekarang, Beliau sedang menjabat sebagai dosen di sebuah kampus swasta, sekaligus aktif menjadi admin media sosial Ikatan Alumni Madrasatul Qur’an (IAMQ) Sidoarjo . Torehan sejarah kepribadian yang tidak biasa, karena bagi saya, saya belum mampu menirunya hingga saat ini. Sebuah capaian “majma’al bahrain”, perpaduan insan santri yang akademis dan kreatif. Semoga semakin bermanfaat buat Cak Aris Izzuddin.
Salam kader Ababil, Munzalan Mubaroka 02!
Hafalkan Al Quran, Pahami, dan Amalkan Semampunya (I)
Foto Koleksi Galeri MQ Tebuireng Usaha paramusuh Islam, khususnya kitab suci Al Quran hingga kini tak pernah padam untuk menistakan dan...
Selanjutnya