Perpustakaan ini melengkapi beberapa perpustakaan besar di kawasan Pesantren Tebuireng, seperti perpustakaan di Universitas Hasyim Asy’ari dan perpustakaan “A. Wahid Hasyim” di Tebuireng Pusat. Dalam hal koleksi kitab-kitab induk dari berbagai macam disiplin ilmu keislaman, Perpustakaan MQ Tebuireng memang sudah terbilang lumayan, tidak kalah dengan yang lainnya.
Kala itu, pada kurun 1995-2010, keberadaan perpustakaan MQ Tebuireng telah menjadi surga bagi para santri dan mahasiswa yang sedang mencari referensi atau sekadar berleha-leha membuang penat dengan menghabiskan waktu untuk mengkhatamkan buku-buku sastra atau sejarah semacam “Di Bawah Bendera Revolusi”, karya Bung Karno, atau “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, karya Buya Hamka yang fenomenal.
Sebagai induk pesantren al-Qur’an berbasis ilmu atau madrasah di Jawa Timur, perpustakaan MQ Tebuireng mengoleksi berbagai macam kitab tafsir dari yang klasik hingga kontemporer seperti “Ibnu Katsir”, “At-Thabari”, “Al-Kasyaf”, “Al-Maraghi”, “Ruhul Ma’ani fi Dzilalil Quran” hingga “Shofwatut Tafasir”.
D ibidang Hadis, terdapat kitab tujuh imam hadis terkemuka diantaranya “Shohih Al-Bukhori” dan “Shohih Muslim”, “Sunan An-Nasa’i”, “Sunan Ibnu Majah”, “Sunan At-Tirmidzi”, “Sunan Abu Daud” hingga “Musnad Ahmad” berikut kitab-kitab syarahnya.
Begitu juga dalam bidang fiqh, ushul, dan qowaid, sangat komplit, mulai dari yang klasik hingga kontemporer seperti “Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu”, karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili. Dan, masih banyak lagi koleksi beberapa kitab yang tersedia selain ketiga disiplin ilmu di atas.
Kitab-kitab “babon” tersebut sebagian besar merupakan “waqof” dari Al-Maghfurlah Hadratussyekh KHM Yusuf Masyhar; hal ini menandakan: Beliau sangat respek dan ingin agar santri-santrinya benar-benar menjadi “hamilul Qur’an lafdhan wa ma’nan” (penghapal Al-Qur’an, lisan dan maknanya).
Perpustakaan MQ Tebuireng banyak mengoleksi buku-buku keislaman berbahasa Indonesia dan berbagai corak pemikiran, antara lain buku-buku karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Ya’qub, Prof. Dr. Harun Nasution, dan K.H. Jalaluddin Rahmat (cendekiawan muslim yang baru berpulang pada 15 Pebruari 2021 ini).
Secara istimewa, berkunjung ke perpustakaan bisa dikatakan sebagai sarana hiburan bagi para santri, karena bisa membaca atau sekadar melihat-lihat gambar di ensiklopedi, koran, majalah, dan juga mendengarkan berbagai jenis musik yang diputar untuk menemani para pembaca.
Kegiatan membaca di perpustakaan merupakan sarana lain para santri MQ Tebuireng dalam melepas kepenatan dan kesibukan dari kegiatan inti, menghafal Al-Quran dan “muroja’ah”; mereka bertamasya, menelusuri mutiara-mutiara indah dari penuturan ulama-ulama dan ilmuan-ilmuan lintas zaman, terbang jauh menikmati indahnya cerita-cerita kebijaksanaan kaum-kaum terdahulu seakan-akan pernah hadir dan hidup di dalamnya, serta tak luput dari kekaguman akan indahnya syair-syair pembius jiwa.
Namun, itu tinggal kenangan. Memasuki era serba digital saat ini, fisik perpustakaan semakin lama semakin ditinggalkan, tergusur oleh perpustakaan digital. Akan tetapi, berkunjung ke perpustakaan dengan melihat deretan buku yang tertata rapi di rak, aroma kertas buku yang khas, pengunjung yang asyik membaca, adalah kesan yang tak tergantikan.
Semoga perpustakaan MQ Tebuireng tetap eksis keberadaannya dan tetap membawa manfaat bagi para pecinta ilmu di pesantren tercinta.