• Terbaru
  • Populer

Cerita Mbah Man dan “Pendelenge” Kiai Mustaqim Tulungagung

16 Februari 2021

KHM Yusuf Hasyim: Pahlawan Pembaharu Pendidikan Pesantren

30 Maret 2025

Dunia Itu Mudah Jangan Dipersulit

10 Februari 2025

H Dadang Juhata Kesatria dari Kuningan Jawa Barat

10 Februari 2025

Komunitas sebagai Medan Kerja dan Belajar

7 Februari 2025

Pengaruh Media Massa dalam Menciptakan Citra Positif

4 Desember 2024

Petunjuk dan Mukjizat Al Quran (1)

24 Oktober 2024

Launching Kedai Abah Zhen di Sentra Kuliner Battembat

6 September 2024

Mewaspadai Tipudaya Mall dan Maal di Dunia

5 Juli 2024

Pesantren Pelopor Al Quran yang Dimadrasahkan

28 Juni 2024

Pesantren Sukunsari Cirebon Qurban Kambing

20 Juni 2024

Water Closed Masjid yang Terbuka 24 Jam

20 Juni 2024

Calon Gubernur Banten Kunjungi Sesepuh Cirebon

1 Juni 2024
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 22 Mei 2025
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Sejarah dan Sastra

Cerita Mbah Man dan “Pendelenge” Kiai Mustaqim Tulungagung

Moh Syaiful Imron Ditulis oleh Moh Syaiful Imron
16 Februari 2021
dalam Sejarah dan Sastra
A A
751
VIEWS

Cerita ini disampaikan oleh Abah Imron, santri pesantren yang aktif pada kedalaman tarekat PETA di Tulungagung, Jawa Timur. PETA atau Pesulukan Thoriqoh Agung tersebut didirikan oleh Syekh Mustaqim bin Muhammad Husein (1901-1970) sebagai pusat penyebaran tiga tarekat besar: Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, Naqsyabandiyah, dan Syadziliyah di bagian selatan timur pulau Jawa. Tarekat jalur Syekh Abdul Mustaqim ini kini telah menyebar luas ke berbagai tempat dan daerah, baik di pulau Jawa sendiri maupun luar Jawa.


Keinginanku hendak datang ke lapak Beliau sudah lama terpendam. Tapi, masih terhalang karena faktor cuaca yang tak mendukung, hampir tiap malam Kota Surabaya diguyur hujan.

ArtikelLainnya

Coretan Fajar dalam Literasinya: Semua yang Ada Bukanlah Tuhan

20 Mei 2024
225

Sejarah Pendirian NU untuk Merespon Situasi Global

15 Mei 2024
154

Apa Untungnya Menjadi Seorang Penulis?

14 Mei 2024
141

Hidup bukan tentang Kegagalan

23 April 2024
409

Seperti anak yang kangen pada dongeng orang-orang terdahulu, aku pun merasa terobsesi khususnya pada kisah spiritual Mbah Man.

Sebenarnya kemarin-kemarin ada keinginan untuk ber-“pod cast” dengan Beliau lalu di-“upload” di channel youtube #AbahImron, tapi ternyata “headset” tertinggal di rumah.

Mbah Man membuka kisahnya, “Aku biyen tahu ngalami eroh sembarang kalir termasuk alam jin.” (Aku dulu pernah mengalami tahu segala hal termasuk alam jin).

Suatu hari, ada temannya di Gresik bercerita pada Mbah Man kalau tiap malam selalu diperlihatkan sebuah peti yang berisi lantakan emas dan berlian di sebuah rumah. Tidak hanya sekali diperlihatkan, bahkan setiap hari ditampakkan.

Sang teman tadi bilang kepada Mbah Man, “Lek, iki, kok, ngetoi terus, opo iki?” (Paman, ini, kok, tampak terus, apa ini?).

Mbah Man pun kemudian beriyadah dan memang benar di sana tersimpan peti yang berisi perhiasan, tapi ini milik penghuni Pantai Selatan.

Di lubuk hati Mbah Man terlihat kemilau harta dunia seakan ingin sekali memilikinya. Tiba pada suatu hari, ritual dan misi penarikan pun dijalankan hingga sampai sedikit melupakan kebiasaan yang sudah dilaksanakan secara rutin, khususiyah Kamis malam.

Dan, malam itu, Mbah Man berangkat khususiyah agak terlambat. Ia berjumpa dengan Mbah Man (Kedung Rukem) dan langsung ditegur, “Lapo telat? terusno yo opo seng mbok lakoni, lali koen ambek PETA?” (Kenapa telat? Teruskan apa yang engkau kerjakan, kau lupa pada PETA?).
Seakan Mbah Man (Kedung Rukem) tahu yang sedang dijalani oleh Mbah Man.

Mbah Man bercerita, kalau melaksanakan Thoriqoh Syaziliyah Pondok PETA iku biasane ‘ga di wawo ambek dunyo’ tapi ga popo pokok sek diwawo ambek Gusti Allah. dungo ae. (Kalau melaksanakan thoriqoh Syadziliyah Pondok PETA itu biasanya tidak diberi kemudahan dunia, tapi tidak apa-apa asal diberi kemudahan Gusti Allah. Berdoa saja).

“Ya Allah Paringi Sabar lan Kuat” Lillahi Ta’ala. (Ya Allah berilah kesabaran dan kuat karenaMu). Al-Fatihah.


Mbah Man adalah sapaan akrab Bapak Suparman. Orang yang biasa mengisi hari-hari kami.

Dia, santri Pondok Pesantren Pesulukan Thoriqoh Agung (PETA) Tulungagung. Kerja hariannya menjual Tahu Tek di sekitaran Bendul Merisi. Tiap malam, setiap bakda Isya, dia biasa mangkal di depan “Warung Kopi Podo Mampir”, milik kami.

Mbah Man adalah imam “khususiyah” titik Kedondong di Surabaya. Dalam rehat setelah melayani penjual di pertemuan kemarin, saya tanya awal mula dirinya nyantri di PETA.

Ia bercerita, sebelum masuk ke PETA, Beliau terlebih dahulu pernah mesantren di pondok Ashshidiqiyah Yai Tar, Jombang. Ia beberapa tahun mengamalkan wiridan yang diajarkan oleh pesantren Ashshidiqiyah itu hingga bersama beberapa temannya sempat berkeling ke musholla-musholla atau masjid-mashid untuk mengajak bersama-sama mengenal Allah.

Sampai akhirnya di suatu hari bertemulah Beliau dengan Pak De Chasbullah, Wonokromo, teman Mbah Man dari Kedungrukem.

‌Pak De Chasbullah ini telah lebih dahulu nyantri di PETA yang pada masa itu masih diasuh oleh Kyai Mustaqim. Ketika melihat Mbah Man yang membaca wirid panjang sekali, Pak De Chasbullah pun nyeletuk, ‘Wiridmu, kok, cek dowone? Wes ngene ae, mene melok aku nak Tulungagung.” Awal sebuah perkenalan antara Mbah Man dan pondok PETA.

Singkat cerita, Mbah Man akhirnya mengamalkan ijazah yang diberikan oleh pondok PETA, berupa sholawat Ashfa’. Seperti biasa, keimanan seseorang itu terkadang bertambah, terkadang berkurang, kerena kesibukannya dalam bekerja.

Mbah Man lama tidak mengamalkan wirid sholawat Ashfa’ itu sehingga dalam suatu riyadah tiba-tiba seakan-akan tubuhnya terangkat ke atas. Seperti terbang tinggi dan terus meninggi dalam penglihatannya. Hingga akhirnya, ia seperti diturunkan di daerah Wonokromo. Mbah Man seperti diingatkan oleh Pak De Chasbullah agar jangan melupakan atau tidak mengamalkan wiridan yang telah diberikan oleh pondok PETA itu. Sejak kejadian itu, sesibuk apapun Mbah Man pasti mengamalkan sholawat Ashfa’itu.


Diceritakan dari Mbah Man, santri PETA yang menjalankan usaha dagang Tahu Tek di Surabaya; waktu Kyai Mustaqim meninggal dunia, Mbah Man tak dapat turut “hormat”, mengantarkan jenazah ke pembaringan terakhirnya, karena kesibukan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkannya. Menjelang 7 hari dari kepergian sang kyai, barulah Mbah Man bisa datang ke Tulungagung.

Seperti biasa bagi kami sebelum melaksanakan “khususiyah”, kami “jandon'” (bicara apa saja), “ngalor ngidul”, kadang tentang pekerjaan masing-masing, keluarga, bahkan ritual riyadah yang sudah dijalani.

Mbah Man bercerita, pernah suatu kali, Kyai Mustaqim “dawuh”, “Sesok, kuburan muridku sak pendelenge moto lan sak jerone bumi” (besok, kuburan muridku sejauh pandangan mata dan sedalam bumi).

Dalam hatinya, Mbah Man ‘ngerentek’, ragu, “Mosok iyo?”; melihat pada masa itu tidak seberapa banyak murid yang ada di PETA. Tiba waktu “khususiyah”, di perjalanan, tiba-tiba ia dperlihatkan sehampar tanah yang luas sekali, banyak pohon Kamboja di sana dan ada sosok sang Kyai, Kyai Mustaqim yang sedang berdiri seakan menjawab keraguan Mbah Man atas “dawuh” sang kyai.

Sejak kejadian itu, apapun yang diperintahkan atau dawuh-dawuh yang datang dari mursyid PETA, Mbah Man “sami’na wa atho’na”. Mbah Man kemudian melanjutkan ceritanya tentang sosok Pakde Chasbullah.

Pakde pernah suatu kali diperintah oleh Kyai Djalil (mursyid pengganti Kyai Mustaqim), “Chas, ngamaro nak Rumah Sakit dr. Soetomo.” (Chas, masuklah ke Rumah Sakit dr Soetomo).

Pakde sempat bingung waktu itu, “Aku ga loro ga opo, kok, dikon ngamar nak omah sakit?” (Aku tidak sakit, tidak merasakan apapun, kok, disuruh masuk rumah sakit?). Tapi, karena perintah dari sang mursyid, pantang baginya, murid PETA, tidak melaksanaknnya.

Singkat cerita, Pakde Chasbullah mendapat tempat di RS dr. Soetomo, diperiksa oleh seorang dokter yang selain pintar masalah kedokteran juga mempunyai kelebihan, istilahnya “waskita”.

Sang dokter bilang, “Selama saya menangani pasien tidak pernah menjumpai seperti apa yang saya lihat di tubuh ‘njenengan’, ada guratan warna warni dalam hati pean memanjang sampai ke langit.”

Pakde Chasbullah diam saja atas pernyataan sang dokter. terpikirkan olehnya, “Oooh, ini mungkin ‘sirri’ atau rahasia dari ‘dawuh’ agar membiasakan zikir Allah Allah dalam hati.”

“Terima kasih Mbah Man atas ceritanya. Semoga sehat selalu, dilancarkan usaha tahu Teknya dan semoga ada dari keturunanmu yang mengikuti jejak langkah kabajikan ini!” pungkas Abah Imron.

Editor: Bagus Dilla
Tag/kata kunci: Moch Syaiful Imron
Artikel sebelumnya

Trio Hafiz Lamongan (Turhan Badri, Ali Manshur, dan Nuril Huda)

Artikel berikutnya

Kang Jalal, Gus Ishom, dan Ustadz Idrus Ramli

Moh Syaiful Imron

Moh Syaiful Imron

Penulis tinggal di Surabaya

Artikel Lainnya

Turut Berdukacita Kewafatan Rara Gendis Danerek

23 April 2024
259

KAU BEGITU DEKAT Rara Danerek Dan awan menyelubungi perjalanan terasa jauh, tetapi dekat untaian doa dan bebungaan menemani waktu yang tersisa...

Selanjutnya

Pelangi di Awal Cakrawala (Bagian Kedua)

21 April 2024
167

“Gunakan waktu sekolah untuk belajar,”  ucap salah satu guru saya ketika pidato di upacara hari Senin waktu itu. Saat bolos, saya selalu berpikir akan ucapan bernada...

Selanjutnya

Pelangi di Awal Cakrawala (Bagian Pertama)

19 April 2024
261

Nama saya Fajar Sidik. Lahir pada tanggal 16 Mei 2005. Fajar adalah nama panggilanku dan saya lahir dari keluarga yang sangat...

Selanjutnya

Wanita Serigala dan Wanita Elang Bagian-2

25 Januari 2024
153

Di dalam rumah kayu, tergeletak seseorang yang tengah mendengkur halus. Nafasnya teratur dengan punggung yang tenang. Tubuh itu tak bergerak sama...

Selanjutnya

Wanita Serigala dan Wanita Elang Bagian-1

24 Januari 2024
155

Huma itu lantang dan tampak bersih dari rerumputan. Tidak terlalu lebar luasnya. Daun daun pepohonan tumbuh liar. Hujan baru saja reda...

Selanjutnya

Pati Rasa dalam Menghadapi Kenyataan

14 Januari 2024
160

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meraih cita cita dan cinta. Namun, selalu saja mendapat kegagalan. Orang yang sering mendapat kegagalan, hatinya...

Selanjutnya

Ketika Kuda Besi kembali Dipacu

16 November 2023
155

Laki-laki itu menyusuri jalan tanpa tahu kemana. Keluar dan bergerak hanyalah pilihannya saat itu. Puluhan beban liar di pikirannya seakan ingin...

Selanjutnya

Menjadi Seorang Dienald di Tengah Arus Perubahan

8 Juli 2023
180

Sebagai jiwa yang memiliki spirit kebudayaan, Muhammad Dinal Maryadi (lebih sering disebut Dienald), termasuk beruntung. Dia memiliki kesempatan emas selama perjalanan...

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Kang Jalal, Gus Ishom, dan Ustadz Idrus Ramli

Rencana dan Fakta Wakadol (Manakala Membangkitkan Usaha)

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
terlama
terbaru paling banyak dipilih
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply