Banyak ulama-ulama asal Cirebon yang tersebar di Indonesia, terutama di Jawa Timur, seperti KH Mahrus Ali Lirboyo, KH Idris Kamali di Tebuireng, dan KH Syansuri Badawi. Selain dikenal “alim al-‘allamah”, kiai-kiai asal Cirebon tersebut juga dikenal “sakti mandraguna”. Hal ini menjadi maklum karena Cirebon merupakan pusat kebudayaan santri sejak masa Islam mulai menjadi agama mayoritas umat Islam di Nusantara.
Relasi Cirebon sebagai pusat kebudayaan terjalin dengan baik melalui jalur-jalur kota pelabuhan yang ramai seperti Demak, Jepara, Tuban, Madura, Mojoagung, Maluku, Lampung, Palembang, dan Pasai.
Tokoh sentral dari Cirebon yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia adalah Sunan Gunungjati Syarif Hidayatullah, meskipun terdapat pula tokoh-tokoh besar lain seperti Syekh Nurjati, Syekh Dzatul Kahfi, Syekh Bayanillah, atau Syekh Magelung Sakti. Kesemua nama tersebut menjadi legenda di masyarakat Cirebon di samping terdapat nama-nama “petilasan” seperti petilasan Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, dan lain sebagainya.
Anak keturunan Sunan Gunungjati berkembang di Jawa Timur. Hal ini dapat dilacak melalui keberadaan makam Sayid Sulaiman Mojoagung, Mbah Ud Pagerwojo Sidoarjo, Pesantren Dresmo dan Sidogiri, hingga Pesantren Tebuireng sendiri. Maka, tidak heran, jika kemudian penulis Babad Cirebon menyebut Sunan Gunungjati sebagai “Wali Kutub Punjul Sebuana”. Artinya, kemasyhuran Sunan Gunungjati tidak dapat disangkal lagi kebesaran namanya.
KH Syansuri Badawi adalah salah satu santri Hadratussyekh KHM Hasyim Asyári yang “älim al-államah”. Spesialisasinya pada bidang ilmu ushul fiqh. Dia satu angkatan dengan KH Adlan Ali, pendiri Pondok Pesantren Puteri Walisongo Cukir, dan KHM Yusuf Masyhar, pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng. Dia tokoh yang disegani pada masanya.
Karir politik KH Syansuri Badawi berpuncak pada perannya di DPR RI, melalui Partai Persatuan Pembangunan. Dari segi kegorganisasian, KH Syansuri Badawi adalah pendiri PP Pagarnusa, organisasi otonom NU yang membidangi olah kanuragan pencaksilat. KH Syansuri Badawi juga aktif di PBNU dan penulis aktif. Tidak sedikit tulisan-tulisan karyanya yang tersebar di majalah “Pesantren” dan “Tebuireng”. Dengan demikian, bisa dibilang, jika KH Syansuri pada dasarnya memiliki bakat multitalenta berkat pengetahuannya yang luas.
Kisah menarik dan lucu yang sering diceritakan olehnya pada setiap sela pengajian adalah ketika ia diserbu oleh pasukan Belanda. Konon, berkat kesaktiannya, ia dapat bersembunyi di dalam sebuah botol. Pun, ketika berkunjung ke Negara Jepang dalam satu tugasnya, ia disambut oleh seorang gadis Jepang nan cantik. Karena gemas melihat wajah dan perawakan KH Syansuri Badawi yang imut seperti orang Jepang itu, sang gadis pun menciuminya.
Kendati demikian, KH Syansuri Badawi adalah sosok alim yang tidak ada tandingnya. Ia tokoh yang tegas dalam setiap pertemuan sidang di DPR RI. Ia seorang orator yang memiliki hujjah yang kuat sehingga mampu melemahkan lawan bicaranya. Kendati pula ia sangat sibuk di Jakarta, KH Syansuri Badawi senantiasa menomorsatukan kegiatannya di Pesantren Tebuireng. Dia rutin pergi pulang Jakarta-Jombang hanya sekadar untuk mengisi pendidikan dan pengajaran di pesantren yang sangat dicintainya itu. Terutama, pada setiap bulan Ramadhan, KH Syansuri Badawi istiqamah menghatamkan Kitab Sahih Bukhari dan Muslim di masjid utama Pesantren Tebuireng yang diikuti oleh ulama-ulama dari seantero Indonesia. Berikut adalah ijazah istighosah yang diwariskan olehnya kepada santri-santri yang hendak mengamalkannya. Menurut sebagian pendapat, diyakini istighosah ini didapat langsung dari Hadratussyekh KHM Hasyim Asyári.
Cirebon, 13 Maret 2022.
Mu’jiz: Muhammad Sakdillah dari Sohibul Ijazah Mochammad Saiful Bachri Surabaya (khadim KH Syansuri Badawi).