Sekitar tahun 1999, alumni Pesantren Madrasatul Quran (MQ Tebuireng) sudah ada yang menginjakkan kakinya untuk berdakwah dan bermukim di Batam, beliau adalah H Ridho Amir, alumni senior yang sempat menjadi pengurus pesantren, pembina Al-Quran, sekaligus guru di MQ Tebuireng. Beliau biasa kami sapa dengan panggilan Bang Ridho, berasal dari Jakarta, kakak dari Abang Kiai Husny Mubarok Amir
Selang beberapa tahun setelahnya yakni tahun 2012 terdapat alumni yang mengikuti jejak beliau, alumni tersebut bernama Ridlun Artol yang berasal dari Bangkalan.
Berawal dari amanah sang pengasuh pesantren yakni KH Abdul Hadi Yusuf kepadanya untuk menjadi imam shalat tarawih di sebuah masjid yang ada di kota Batam.
Amanah sang kyai tersebut ia terima setelah meminta izin kepada orang tuanya, ia berangkat sendirian ke Batam untuk mencoba pengalaman baru menjadi imam disana, tugas itu ia selesaikan hingga akhir Ramadhan, selepas melaksanakan tugas ia kembali beraktifitas di pesantren seperti sedia kala.
Pengurus Takmir dan para jama’ah begitu jatuh cinta dengannya ketika menjadi imam di masjid tersebut, setahun kemudian tawaran untuk menjadi imampun datang dari mereka, namun ia belum bisa menerima tawaran tersebut karena ia ingin mengabdi di pesantren dengan menjadi pembina Al-Qur’an dan kebetulan juga dirinya masih tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Tahun berikutnya tawaran datang lagi, kali ini ia menerima karena awalnya ia anggap hanya menjadi imam tarawih saja, selepas menyelesaikan tugas sebagai imam para pengurus takmir memohon dengan sangat kepadanya untuk tidak pulang dan tetap di Batam, setelah memohon restu ke pengasuh pesantren dan orang tua, ia akhirnya mantab bermukim di sana hingga sekarang.
Aktivitasnya kini tidak sebatas menjadi imam masjid, ia kerap mengisi kajian di beberapa majlis taklim baik di masjid, instansi pemerintahan maupun di kampus-kampus, sebelum pandemi ia kerap bolak-balik Batam-Singapura untuk menjadi imam di Masjid Sultan Singapore dan mengisi kajian di Masjid Al Falah Orchard Road Singapura, Masjid ini terletak di tengah kota dan diapit gedung-gedung, mall dan pertokoan yang serba tinggi.
Pemuda murah senyum ini juga menjadi dosen di sebuah Universitas yakni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Galileo Batam.
Berdakwah di Batam tidaklah mudah, seringkali ia harus memberikan materi kepada masyarakat yang berbeda secara tradisi keagamaan dengan dirinya tetapi dengan bekal ilmu yang di dapat waktu mesantren, ia bisa mengatasi segala rintangan, ditunjang dengan penyampaiannya yang bergaya anak muda.
Ridlun Artol mesantren di MQ Tebuireng setelah lulus sekolah tingkat dasar, menjadi santri adalah tradisi turun temurun di keluarga besarnya.
Abahnya bernama H Abdullah Faqih adalah teman karib Almarhum KH Tamhid Turmudzi ulama Al Quran yang masyhur di Kota Bangkalan juga sebagai Pengasuh PP Al Asror yang termasuk salah satu alumni MQ Tebuireng, berkat arahan beliau Ridlun Arton akhirnya mesantren di MQ Tebuireng.
Berkat bimbingan para pembina Al-Qur’an antara lain Ustadz Saiful Hijar dan Ustadz Masyhudin ia bisa menyelesaikan hafalan Al Qurannya tahun 2010 dan diwisuda Hafidz pada edisi ke-22, ia juga kerap tampil di event Musabaqah dari tingkat kabupaten hingga nasional.
Kiprahnya di Batam tidak lepas dari sentuhan H. Ridho Amir, yang membimbing dan mengarahkan dirinya dari awal hingga hari ini, beliau ia akui berperan besar sebagai guru dan pembimbing sekaligus ia anggap seperti orang tuanya sendiri di Batam.
Saudara ipar Ustadz Nabil Al-Maqtusi ini masih sangat belia, perjalanan mensyiarkan agama Islam masih panjang, kini ia selalu berdo’a dan berharap kelak ingin mempunyai pendamping hidup yang senafas dengan dirinya untuk menemaninya mensyiarkan agama Allah.