Gambaran Sosio Historis Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari di Masa Kesempitan Ekonomi
Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang mencari harta benda yang halal agar dapat menjaga dirinya jangan menjadi peminta-minta dan berusaha demi keluarganya dan agar dapat membagi kasih sayangnya kepada tetangganya maka orang itu akan bertemu pada Allah SWT dalam keadaan wajahnya bersinar bagai rembulan purnama. Rasul juga bersabda bahwa: pedagang yang jujur akan dibayar pada hari kiamat nanti bersama pada shiddiqin dan syuhada.
Hadis Rasulullah saw tersebut dikutip oleh Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari dalam “Deklarasi Nahdlatut Tujjar” pada 1918, 103 tahun yang lalu.
Dalam realitas yang tidak menguntungkan bagi kaum papa, Hasyim Asy’ari memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Sebagai keturunan berdarah biru dan dari kalangan ningrat bisa saja Hadratussyekh memposisikan diri selayaknya seorang mandor (menir) dan priyayi (ambtnaar).
Pada masa akhir abad kesembilan belas, pulau Jawa merupakan pusat ekonomi yang maju. Dengan pendirian pabrik dan eksploitasi manusia sebagai buruh telah dapat menggenjot perekonomian dan perdagangan negara Hindia Belanda setelah terkuras habis pada perang Dipanegara. Hal ini, meskipun di tingkat parlemen di kerajaan Belanda di Eropa sedang dikampanyekan politik etis untuk membalas budi penduduk pribumi, namun praktek di lapangan, di pulau Jawa, sangat berbeda. Untuk mendapatkan hasil poduksi yang maksimal sesuai permintaan pasar Eropa yang meningkat setelah invasi Kaisar Napoleon dari Perancis di negeri Belanda, hal ini mengakibatkan perkebunan menjadi ladang utama sebagai sentra ekonomi.
Segitiga Emas Kopi Nusantara
Pabrik pabrik gula dan kopi menjadi sentra industri yang maju. Kediri, Jombang, dan Surabaya merupakan tiga kota emas dalam meningkatkan perekonomian dan kas negara Hindia Belanda. Sehingga untuk pertama kali, pesawat terbang Jombang Surabaya menjadi trend yang prestisius pada zamannya. Tak dapat dipungkiri, hal ini kemudian menjadi keprihatinan seorang ulama sekaligus priyayi yang hidup bersentuhan langsung di masyarakat. Sebagaimana kemudian diungkapkan lagi oleh Hadratussyekh di dalam “Deklarasi Nahdlatut Tujjar” tersebut:
Setelah kita melihat merosotnya bangsa dan anak negeri kita, serta kecilnya perhatian dan kepedulian mereka terhadap syariat Islam yang dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah penuntut ilmu. Pudarnya bermacam-macam ikatan dan sebagian mereka telah membebaskan diri menjadi orang bebas sehingga tidak bisa melaksanakan shalat berjamaah. Di lain pihak sekolah Belanda penuh sesak, sedang mereka sama sekali tidak menghargai umat beragama. Padahal di tangan mereka ada kemegahan, kecendikiawanan, dan kekuasaan di segala penjuru, di darat, laut dan setiap pelosok.
Gambaran kemajuan ekonomi tidak disertai dengan kemajuan kesehatan spiritual masyarakat buruh dan petani di tiga tempat tersebut. Sehingga sumber sumber kemaksiatan muncul begitu saja dan mengabaikan syariat Islam di lingkungan masyarakat.
Dengan demikian, selayak sebagai pelopor kemajuan, Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari mengajak segenap penduduk pribumi, para guru guru agama dan kalangan terpelajar, untuk bahu membahu membangun kebersamaan dalam bentuk kongsi dagang dan koperasi. Hanya dengan kebersamaan dan menguasai perdagangan itu, masyarakat buruh dan petani dapat mencukupi dan mendapat posisi yang layak dalam membangun keluarga, tetangga, dan masyarakat umum.