Kita tidak tahu akan sampai kapan manusia memperbaiki diri. Dengan bahasa sebagai cermin, wajah manusia tampak dari tutur katanya. Bahasa adalah gambaran jiwa yang membedakan antara satu dengan yang lain.
Demikian, tutur kata lembut berikut dari penyair yang selalu berjalan. (Redaksi).
Jadi
Jalan menuju kota masih jauh, aku petik setangkai pohon cerme di ladangmu sebagai tanda dan ingatan. Buah nan ranum, hitam memerah, begitu manis dan romantis, yang kini masih saja terbayang.
Jalan menuju kota masih jauh, aku petik sebait kata di ladangmu sebagai prakata dan harapan. Diksi nan harum, kalam menyibak, begitu ritmis dan mistis, yang kini masih saja terlayang.
7/6/2022
Perbincangan sore
Ya
Seperti keinginan membaca ruang dan waktu.
Sore ini adalah cengkrama angin dari laut utara yang berlahan menghembus sejenak napas agar tak kembali terlupa. Ada keteraturan yang senantiasa di seperdetik tak kita perbincangkan. Hanyalah rasa untuk saling ada lalu bersama-sama mengarungi dan berbagi pada ruang keber(ter)sambungan.
Kupandangi ombak yang selalu menepi.
11/6/2022
Literasi, Sejarah , dan Ludruk Tuban
Malam tak semakin kelam karena waktu membagi perbincangan menjadi sebuah cerita klasik dari laku literasi, sejarah, dan budaya. Diawali dari literasi baca tulis hingga budaya entah nanti finansial bahkan digital. Kecakapan literasi itu terus berkembang dan saling melengkapi. Terlebih muncul rasa kepedulian akan lika liku sejarah dan tradisi budaya (kearifan lokal).
Usang, sekarang, dan besok adalah “historical issues” berulang-ulang digumamkan dalam setiap diskusi.
Teoritis, akademis, religis, mistis menyatu dalam kemasan argumen di batas awang-awang. Kenyataannya hanya sekilas cuplikan-cuplikan.
Sudah selayaknya praktik baik menjadi laku literasi yang lebih besar di dalam membentuk sebuah ruang baru untuk selalu berkomunikasi, berkolaborasi, dan bersinergi agar design besar sesegera mungkin terwujud.
Sejarah akan mencatat
Ludruk menjadi sejarah ketika awal keberadaannya memberi ruang kesadaran bagi masyarakat unruk kembali teringat. Hampir puluhan tahun pertunjukkan ludruk tak tergelar. Dan malam ini aku kembali menilas balik.
18/6/2022
Ngopi Silaturahim
Mampirlah walau sesaat agar rindu tak begitu saja menghilang. Rindu adalah tanda di mana komunikasi terhenti. Sebagaimana rasa pahit yang melekat pada secangkir kopi lalu kaubiarkan begitu saja tanpa kata.
Aku tak akan pernah lelah bertandang membagi waktu lalu membuka cengkrama tentang hari ini, esok, atau lusa.
Mengapa?
Karena rasa tak akan pernah hadir bilamana tak saling bertatap meskipun hanya sekadar berharap
Ngopi sebagai jalan rindu tersambung, sedangkan pahit adalah ruang di mana kata kembali memulai.
19/6/2022