Rawat tubuh dan jiwamu dengan plesir, biarkan tubuh dan jiwamu memandangi pesisir, lihat keindahan alam semesta agar ilham masuk dalam sir, semakin banyak mata dan hatimu memandang alam kabir.
Semoga saja engkau sebagai alam shogir akan selalu bertakbir, merasakan kedahsyatan sang Pencipta yang Maha Kabir, tubuh dan jiwamu akan selalu bergetar dalam zikir, memaknai setiap perjalanan hidup dengan memaksimalkan alat berpikir.
Kita pun semakin yakin bahwa diri ini begitu fakir, bahkan terselip pengakuan bahwa kita ini kurang pikir dan zikir, apalagi terhadap kaum fakir kita juga masih terbilang kikir.
Dengan melakukan rehat tubuh dan jiwa lewat plesir, kita coba untuk selalu memperbarui hidup agar tidak kafir, betapa banyak kenikmatan hidup diberikan Tuhan tapi kita masih nyinyir, karenanya kita perlu meraparasi dan merawat tubuh dan jiwa dengan plesir.
Perjalanan bisa ditempuh tanpa harus menunggu tajir, yang jelas bawa separuh jiwamu sebagai batir untuk bersama -sama menjadi musafir, konon menurut para sesepuh hidup ini hanya sekadar mampir, sudah sewajarnya harus dimaksimalkan biar tidak jadi barang afkir.
Dalam perjalanan bisa saja merasakan angin yang semilir, tapi tidak menutup kemungkinan akan mencium bau anyir, semua itu datang silih berganti bagaikan bergilir, asal jangan sampai plesir untuk mencari selir, sekali lagi rawat tubuh dan jiwamu melalui plesir.
Lihatlah sekelilingmu banyak orang pandir dan kentir, orientasi hidupnya hanya mengandalkan berita dan konten sumir, menceritakan hidupnya melalui media online biar menjadi lebih tajir, seakan akan hidupnya hanya mengumpulkan cuan kayak kasir.
Kalau jaman penjajahan dulu biar bisa di panggil tuan Menir, sekali lagi mari kita rawat tubuh dan jiwa via plesir, kita maksimalkan panca indera dan jiwa kita biar menjadi petir, mengagetkan dan menyadarkan kita yang masih tersihir.
Mencari kenikmatan dunia semata abai dengan pemilik Takdir, padahal kita hidup di dunia tanpa pernah terpikir, semua ini pemberian dan karunia Sang Maha Hadir.
Mari kita rawat tubuh dan jiwa kita melalui plesir, kalau lagu kanak-kanak dulu pergi ke kota naik delman di samping pak kusir, yang sering dijadikan kambing hitam dan disebut sebagai acara debat kusir.
Apalagi kini banyak berita jelas malah berubah samar di balik tabir, padahal semua hal misteri akan berakhir, maka sepantasnya kita mulai mencari tempat parkir, menata kembali hidup agar tidak sumir, jujur, dan bohong masih dikendalikan melalui bibir, padahal kita akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan di hari akhir.
Mari kita rawat tubuh dan jiwa kita melalui plesir, agar kita bisa menempuh hidup bahagia dari awal sampai akhir, dengan terus menundukkan diri dan bersujud kepada Yang Awal dan Akhir.