• Terbaru
  • Populer

Bayi-bayi Tumbuh

14 Maret 2022

Redefinisi Pesantren sebagai Subkultur

21 Agustus 2023
Tabir Misteri Peringatan Kemerdekaan Indonesia

Tabir Misteri Peringatan Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2023

Bagaimana Tirakat di Musim Sulit

15 Agustus 2023

Antara Kepintaran dan Adab dalam Sistem Pendidikan

12 Agustus 2023

Lompatan Besar Mendalami Tafsir Al Quran

5 Agustus 2023

Pondok Pesantren Darul Ulum Sembada Beras 

2 Agustus 2023

Prasasti Cunggrang, Penanda Lahirnya Kabupaten Pasuruan

1 Agustus 2023

Gerai dan Pesona Kopi Abah

1 Agustus 2023

Taman Pendidikan Al Quran Ahmad Baidlowi

1 Agustus 2023

Pada Siklus Pemberdayaan yang Semestinya

31 Juli 2023

Namun Sayangnya, Budaya Bukan Sebatas Pakaian Tradisional

31 Juli 2023

Kebahagiaan Harus Berjalan Wajar

30 Juli 2023
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 21 September 2023
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Sejarah dan Sastra

Bayi-bayi Tumbuh

Redaksi Ditulis oleh Redaksi
14 Maret 2022
dalam Sejarah dan Sastra
A A
224
VIEWS

Masa-masa ketika kita masih bayi adalah masa-masa kesucian sekaligus kepolosan. Gerak-gerik kita waktu itu sama sekali tidak tersentuh oleh dosa-dosa. Juga tidak berkelindan dengan pahala. Karena di saat-saat yang lazimnya sangat membahagiakan bagi orang-orang tua itu kita belum terbebani sedikit pun oleh taklif dalam agama Islam.

Di masa-masa itu gerakan-gerakan kita adalah gerakan-gerakan kemalaikatan yang terlaksana secara otomatis. Begitu alamiah. Begitu sederhana. Waktu itu kita terlampau lugu untuk berurusan dengan pilihan-pilihan. Tidak ada asumsi, pun tidak ada persepsi pada diri kita. Episode nasib baru dimulai. Lembaran umur baru dibuka.

ArtikelLainnya

Ketika Perlu Membaca Novel Tanpa Pengantar

21 November 2022
235

Masa Kegelapan Datang Diganti dengan Perang

15 November 2022
210

Sastra dan Pusat Peradaban di Nusantara

5 November 2022
213

Membaca Serat Gatoloco Secara Lebih Obyektif

23 Oktober 2022
251

Hal yang paling menakjubkan di masa-masa itu adalah adanya rasa penasaran dan perhatian yang begitu kuat terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Semua jadi menarik. Semua jadi menyenangkan.

Kita memang tidak bisa mengingat dengan baik masa-masa yang masih orisinal itu. Akan tetapi kalau kita dengan seksama mengamati bayi-bayi yang kita jumpai, dulu pastilah kita tidak jauh berbeda dengan mereka.

Seandainya rasa penasaran dan perhatian terhadap segala sesuatu itu tetap terbetot pada diri kita walaupun kita sudah meninggalkan masa-masa bayi jauh di waktu-waktu silam, tentu kita akan tetap saja bergairah mengamati segala sesuatu yang kita hadapi. “Paradigma” bayi sungguh penting untuk sebisa mungkin dipertahankan pada fase-fase umur setelahnya.

Dan karena kita sudah tidak lagi hidup di masa-masa bayi, maka secara ideal dapat dipastikan bahwa kita sudah tidak lagi tertarik terhadap aneka rupa dan berbagai macam bentuk. Akan tetapi ketertarikan dan perhatian kita itu mesti lebih tertuju kepada dimensi-dimensi spiritual yang bertahta di balik setiap rupa dan bentuk, di balik segala penciptaan dan kehendak Tuhan terhadap semesta.

Kini, ketertarikan dan perhatian itu mesti kita fokuskan pada kreasi-kreasi Allah Ta’ala pada diri kita sendiri, juga pada berbagai macam makhlukNya di luar diri kita. Sebab, bukankah diri ini merupakan jalan terbentang yang menuju kepada hadiratNya? Bukankah pula segala sesuatu yang berada di luar diri secara hakiki merupakan “pengantar” yang mengindikasikan “alamatNya”?

Kita bisa merenungkan diri sendiri secara mendalam. Bagaimana kita bisa menjadi wujud? Dari mana sebenarnya kita ini datang? Di manakah asal-usul kita yang hakiki? Bagaimana bisa kita datang ke panggung dunia yang serba gaduh, penuh cingcong dan fana ini?

Sama sekali kita ternyata tidak terlibat dalam lika-liku proses wujud kita yang sekarang sedang kita rasakan dan nikmati ini. Seujung rambut pun tidak terlibat. Sungguh, betul-betul merupakan makhluk yang baru kita ini.

Seutas firman Allah Ta’ala mengungkapkan kepada kita tentang fase gua garba hakiki di mana di dalamnya kita tidak saja bukanlah apa-apa atau siapa-siapa, tapi sama sekali tidak ada sebutannya karena betul-betul belum mengalami wujud: “Sungguh, telah datang kepada manusia suatu masa dari bentangan waktu di mana mereka belum menyandang sebutan sama sekali,” (QS. Al-Insan: 1).

Dalam kitab tafsir sufistiknya yang sangat spektakuler, Syaikh Muhyiddin Ibn ‘Arabi (1165-1240) mengungkapkan bahwa jauh sebelum manusia mengejawantah dan mengalami wujud mereka sesungguhnya hanyalah merupakan “konsep” yang meringkuk di dalam samudra ketakterhinggan ilmu Allah Ta’ala. Akan tetapi karena belum menjadi bagian dari realitas, belum bisa dijamah dan ditelaah secara empiris, mereka sama sekali belum tersentuh oleh sebutan. Tidak ada idiom “manusia, orang, aku, engkau, dia, kita, kami, mereka, kamu dan kalian.”

Terhadap “konsep” dalam samudra ilmu Ilahi itulah “kun fayakun” hadiratNya diberlakukan dengan sejumlah proses dan tahapan untuk mewujudkan manusia yang konkret yang terdiri dari dimensi lahir dan batin sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Dengan pemahaman yang demikian, menyaksikan diri dan sesama sesungguhnya berarti menyelami kedalaman samudra ilmu Ilahi. Karena konsepnya jelas bahwa al-‘ilmu tabi’un lil ma’lum/ ilmu itu pasti sesuai dengan obyeknya. Artinya adalah bahwa “konsep” Allah Ta’ala tentang manusia sebelum munculnya manusia pastilah tidak melenceng dari realitas manusia yang menjadi pemandu perjalanan dan sejarah hidup ini.

Sungguh sangat menakjubkan kreasi Ilahi yang bernama manusia itu. Telinganya dilubangi oleh Allah, lalu bisa mendengar. Matanya dicekungkan sedikit, lalu bisa melihat. Diciptakanlah otak dan di “dalamnya” disemayamkan kemampuan untuk berpikir yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk yang lain. Diciptakanlah hati dan diberi kesanggupan yang sangat luar biasa sehingga ia bahkan sanggup menampung hadiratNya.

Takjub terhadap kemahaanNya di dalam membaca dan merenungi diri sendiri adalah membuka-buka kitab keilahian yang akan menunjukkan kepada kita berbagai macam jalan yang akan mengantarkan kita kepada “alamat” Allah Ta’ala.

Jika cahaya dan spektrum keilahian telah menyala pada diri kita, maka apa saja yang berada di luar diri secara otomatis akan menjadi aneka panorama kehadiran hadiratNya. Sungguh, sangat mengagumkan sekaligus menyenangkan. Wuallahu a’lamu bish-shawab.

______________

Keterangan foto: saat kami ziarah ke salah satu guru rohani, KH. Muhammad Zuhri, di Kajen Pati.

Penulis: Kuswaidi Syafiie
Editor: Bagus Dilla
Tag/kata kunci: Bayi
Artikel sebelumnya

Rentang dan Cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia

Artikel berikutnya

Syekh Ahmad bin Ismail Al Kurani

Redaksi

Redaksi

Artikel Lainnya

Ketika Ritual Seks Dilakukan di Kuburan

23 Oktober 2022
259

Hubungan Seks adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dalam prokreasi selain makan, merasa, dan berpikir. Namun, jarang menjadi perhatian sosial, bahkan...

Selanjutnya

Historiografi Nir-Sistematika Tasawuf

18 Oktober 2022
206

Kalangan sejarawan Indonesia sering mengambil data data faktual dalam menyajikan narasi sejarahnya. Dengan kata lain, tidak ada sejarah tanpa disertai bukti...

Selanjutnya

Kanjuruhan dan Raja Raja Jawa (I)

4 Oktober 2022
232

Kerajaan Kanjuruhan dan Raja Raja Jawa memiliki sejarah yang unik. Dari satu sisi, Kanjuruhan dan Raja Raja Jawa terpisah secara genetik,...

Selanjutnya

Cara Pesantren Memakmurkan Diri

14 September 2022
219

Sejarah pesantren di Indonesia sama tuanya sejarah desa. Secara eksplisit, kehidupan di desa sudah tergambar dari naskah tua, Negarakertagama, karangan Mpu...

Selanjutnya

Menyingkap Kewalian Nabi Khidir as (Bagian Dua)

4 September 2022
275

Kasus pelanggaran HAM sangat sering terjadi, sehingga memelihara jiwa (hifdh al nafs) di dalam Islam menjadi salah satu tujuan Syariah (Maqashid...

Selanjutnya

Menyingkap Kewalian Nabi Khidir as (Bagian Satu)

3 September 2022
287

Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada nabi nabi dan rasul rasul Allah yang lain, kedekatan Nabi Khidir as dengan parawaliyullah banyak...

Selanjutnya

Ketika Kau Sok Kenal dan Sok Dekat kepada Allah

2 September 2022
332

Dalam sebuah mimpinya, seorang waliyullah bernama Al Nafari mendapat Firman dari Allah: وعزتى وجلالى، ما أنا عين ما عرفه وأما أنا...

Selanjutnya

Catatan Ulang: Perihal Ketoprak Rainha De Japora

2 September 2022
233

Ketoprak adalah jenis seni-drama yang hidup di wilayah Mataraman, selain Ludruk yang berkembang di wilayah Jawa Timur (Jombang sampai Surabaya). Yang...

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Syekh Ahmad bin Ismail Al Kurani

Budaya Islam Rusia

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Pengunjung

  • 57,784

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply