“Syahadah”itu apa? Menyaksikan. Saksi. Menyaksikan “fi Al rafiq Al A’la”, ya Allah, dah luar biasa ini. Duh, saya sendiri bisa ngomong, cuma bisa ngomong. Tapi, belum-belum-belum sampai ini. Musyahadah itu apa? Seakan-akan Allah itu bersama kita terus.
فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ
Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. (QS. Al Baqarah: 115).
ۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۗ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadiid : 4]. Jadi, di mana kamu menghadap, kamu melihat Allah. Itu namanya sudah “musyahadah”. Melihat apa saja yang kelihatan Allah. Dan, selalu merasa Allah itu bersama kita itu loh. Seperti waktu kita pacaranlah. Contohnya gitulah, yang gampanglah. Karena, kita selalu istiqamah, selalu kontinyu dengan zikir, dengan tenang, dengan penuh khusyuk, thuma’ninah. Insya Allah akan selalu berada, akan selalu “maána”. Namanya musyahadah “maíyyah”, saya bersama. Kalau sudah musyahadah nantinya akan “kasyaf”. Kasyaf itu apa? Terbuka tabir. Terbuka hijab. Bukan hanya ini, ya? Tiga-tiganya.
Kasyaf itu apa? Terbukanya hijab. Terbukanya tirai antara kita dengan Allah, antara kita dan Wujud yang Mutlak itu. Nah, kemudian, zikir itu apa? Zikir itu, redaksinya bagaimana? “La ilaha illallah”. Itu, kan? La ilaha illallah ini masih zikir yang sebenarnya masih harus dirinci lagi, masih perlu rincian. Pertama kali, tingkatan zikir La ilaha illallah itu, artinya “La maqshuda illallah”, tidak ada yang saya tuju kecuali Allah. La maqshud illallah, tidak ada yang saya tuju kecuali Allah. Itu arti daripada La ilaha illallah. Ini namanya “Zikrul Asma”. Zikir Asma. Contohnya, contohnya, kalau kita ingin banyak rezekinya, baca “Ya Razzaq Ya Karim”, “Ya Razzaq Ya Karim”. Ketika kita mau bunyikan atau mau ucapkan Ya Razzaq, kan, kecenderungan kita, kan, harta, rezeki yang halal. Memang nggak papa, sih, nggak papa, saya minta rezeki, memang harus kita minta. Rezeki yang halal, dagang maju, usaha maju; itu, kan, “Ya Razzaq Ya Karim”, “Ya Razzaq Ya Karim”, sekian (kali)! Itu namanya masih zikir Äsma. Boleh, bagus! Tapi, kita minta kepada Allah, tapi ada tendensi, masih tendensius itu. Yang diminta masih, ya itulah, kalau mau pangkatnya naik, Ya Muiz Ya Muiz Ya Muiz Ya Aziz Ya Muiz Ya Aziz atau, pak, besok sudah ditunjuk itu. Dapat tiban itu. Itu! Nggak papa-nggak papa, boleh. Boleh! Nggak-nggak, boleh. Asal minta kepada Allah, loh ya? Minta kepada Allah ini. Minta keduniaan, minta kemuliaan, minta kedudukan yang baik, yang wajar, tapi minta kepada Allah, loh ya? Nggak papa, bagus! Atau, ada orang lain, deh. Ada orang yang datang kepada saya, “Saya besok mau dicalonkan jadi RT, mudah-mudahan saya terpilih.” Ya sudah, baca! Baca, ya, Ya Aziz Ya Muiz itu! Nggak papa minta kepada Allah, tapi dalam arti “La maqshuda illallah”. Tidak ada yang dituju kecuali Allah. Ini nama zikirnya, Zikr Al Asma. Maunya apa maunya? Mau rezeki, Ya Razzaq. Mau terbuka, mau cerdas otaknya, Ya Fattah Ya ‘Alim. Mau disenangi oleh masyarakat, Ya Wadud Ya Lathif. Ya Wadud Ya Lathif, 313 misalkan. Atau, kalau mau? Kalau ibu agak sedang rewel-rewel dikit, kalau mau masuk ke rumah, baca “Ya Wadud” 76 kali. Kalau bila perlu dimasukkan di gula. Dan, gulanya supaya dimakan. Ya sudah nanti malam sudah tidak akan rewel lagi. Betul-betul-betul, saya tidak berbohong. Artinya apa? Ada. Ilmu seperti itu ada. Walaupun saya…, betul, Ya Wadud Ya Wadud Ya Wadud 76 kali. Nah, terus disemburkan di gula atau apa? Kira-kira, terminnya ibu ndak rewel lagi, sudah. Artinya, ada ilmu seperti itu loh, ada. Zikir namanya Asma. Walaupun ucapannya La ilaha illallah, tapi kalau kita masih punya kepentingan, kita namanya masih yang kita zikiri dulu, kita sebut namanya masih Asma Allah. Wa qila (dikatakan), yang masih punya hubungan dengan kita, ya rezeki, ilmu, pangkat, keselamatan, kasih sayang, cinta. Itu, semua masih punya kepentingan, kan? Dari Asma Allah, Asma Al Husna yang 99 itu loh? Nah, jadi, walaupun yang kita ucapkan “La ilaha illallah”, kalau masih dalam level “La maqshuda illallah”, ini masih zikir Asma namanya. Walaupun kita ndak usah Ya Razzaq Ya Karim, deh, La Ilaha illallah, tapi kalau masih punya kepentingan, namanya masih pangkat, level, Zikr Al Asma. Zikir namaNya. Sebab, nama-nama Allah itulah masih punya relasi dengan kita, punya relasi dengan alam semesta ini. (Bersambung).