Jalan Panjang yang Bisa Diperpendek
Ini tentang Asep lagi. Tetap Asep yang itu, bukan Asep Asep yang lain.
Asep ingin bebas. Itu kehendak dari bahasa tubuhnya. Walaupun tak pernah diceritakan kehendaknya itu kepada orang lain. Sehingga seolah hanya dia dan Tuhannya saja yang tahu.
Tapi, orang akan menilai lahirnya saja. Tidak kehendak batin yang tersembunyi.
Kata kata itu pernah diluahkan Asep pada suatu Ketika di bawah pohon Belimbing. “Jangan semua kau ceritakan isi hatimu sehingga orang orang lain tahu. Itu akan membuatmu menjadi malu sendiri,” katanya.
Kata kata itu terus terngiang dan menjadi torehan tegas di dinding kamar yang penuh coretan.
Kebebasan Asep yang misteri.
Tapi, tidak selamanya yang misteri dapat bersembunyi. Ibarat kepayahan dan kelelahan dapat tergambar dari bahasa tubuh. Penat yang berlebihan atau pergantian cuaca yang pancaroba akan memberi dampak pada tubuh. Sakit. Karena, tubuh pun butuh istirahat.
Begitu pula Asep. Sikapnya dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan sendiri persoalan telah dipendamnya dalam dalam. Menjadi misteri. Meskipun, hanya satu atau dua orang yang benar benar dipercayainya untuk memendam rahasia menjadi tempat tumpuan luahan isi hatinya. Perasaan bisa dipendam. Cerita cerita dapat dirahasiakan. Tapi, tubuh tak bisa berbohong.
Analis analis psikologi melihat behavior ini. Mereka tidak bisa menebak secara betul dari isi hati setiap orang, meskipun mendapat banyak informasi dan cerita dari si empunya hati. Seorang analis psikologi masih membutuhkan behavior, tingkah laku, untuk mendapatkan kesimpulan yang akurat.
Begitu pula Asep. Serapat rapatnya memendam rahasia, tapi bahasa tubuhnya tak mampu menyangga. Kebebasan yang ingin dimilikinya tak mampu disembunyikan oleh bahasa tubuhnya. Bisa jadi, ia akan mendewasakan diri dengan kata kata bijak, tapi tubuh butuh lompatan lompatan pengalaman. Penyelesaian terkadang tidak memerlukan nasihat nasihat. Tubuh membutuhkan gerak dan improvisasi.
Meskipun, selama ini, Asep menampakkan diri seperti “ngairil”. Suka berdendang sendiri dengan gitarnya. Sering coba membahagiakan orang dengan luka di dalam hati. Tapi, tubuh tak pernah bisa berkata dusta. Gaya hidup “ngairil” belum tentu mampu menjawab keinginannya untuk bebas. Bebas dari cercaan orang lain. Bebas dari penderitaan. Dan, bebas dari pelarian pelarian sublimatif.
Kebumen, 29 Agustus 2022.