Padamu Aku Belajar
Ada orang yang baru menyadari eksistensi dirinya setelah menjadi tua. Ada yang sejak dini sudah disadarkan pada ketuaannya. Ada yang juga sama sekali tidak menyadari sama sekali hingga akhir hayatnya.
Eksistensi seperti jatidiri. Seperti pertanyaan anak anak muda. Anak muda yang mencari eksistensi atau jatidirinya!
Aneh memang kalau pertanyaan pertanyaan mencari eksistensi hanya ditujukan kepada anak anak muda semata. Sementara orang orang tua yang merasa sudah mapan, sudah banyak makan asam garam kegetiran dunia, merasa sudah mendapatkan eksistensi dan kesejatian hidup. Maka, kata kata bijak puisi kadang muncul ungkapan, “Jangan gunakan bahasa menggurui!”
Lalu, siapakah yang telah melarang menggurui itu? Bukankah setiap orang bisa menjadi guru meskipun ia masih anak kecil? Anak anak kecil yang merengek dan sakit misalnya telah mengajarkan orang orang tua untuk belajar baik dalam memperlakukan mereka. Ketika anak anak yang kekurangan sedang membutuhkan perhatian dan pujian. Orang orang tua juga belum sepenuhnya merasa lebih baik atau merasa lebih tahu dari anak anak mereka. Karena, mereka pun belajar pula dari kesalahan kesalahan dari anak anak mereka.
Setelah orang orang tua itu mengenal anak anak mereka. Mereka pun dituntut untuk mengenal banyak hal. Tentang istrinya. Tentang temannya. Tentang koleganya. Tentang diri dan Tuhannya. Tak pernah bisa berhenti dan akan berhenti.
Semua hal bisa menjadi guru. Memperbanyak tahu dari hal hal kecil. Mengenali objek yang tidak sekejap, melainkan membutuhkan proses untuk tahu. Meneliti satu hal bisa berbulan bulan, bahkan bertahun tahun untuk tahu.
Saat ini, orang orang sangat bangga dengan kemajuan teknologi. Dari ujung mana pun, dia akan dapat cepat tahu. Tentang berita berita di bumi atau di langit. Dapat dengan mudah dicari. Berkomunikasi dari satu ujung ke ujung yang lain. Di puncak gunung atau di tengah tengah lautan. Saling memberitakan dan memberi kabar kabar kabar baru. Tapi, tidak sedikit yang berpikir tentang hakikat kemudahan kemudahan teknologi itu. Dari balik peristiwa peristiwa yang diberitakan. Semua tetap tidak utuh. Tidak semua yang tersaji di internet menggambarkan keutuhan. Entah, namanya situasi apalagi ekspresi. Manusia tetap membutuhkan ketekunan untuk tahu pada satu hal.
Kebumen, 29 Agustus 2022.