Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Halaman : 320 halaman
Tebal buku : 20 cm
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2016
novel yang berjudul “HUJAN” menceritakan tentang kisah seorang gadis bernama Lail. Gadis yang saat itu berusia tiga belas tahun menjadi yatim piatu karena terjadi peristiwa dahsyat yang tidak dapat dilupakan.
Saat itu merupakan hari pertama Lail masuk sekolah setelah libur panjang. Gadis itu berangkat ke sekolah bersama ibunya, dengan menaiki kereta bawah tanah. Tepat saat kereta yang ditumpangi Lail melaju cepat, tiba-tiba kapsul kereta direm paksa. Percikan api menyembur dari roda baja. Dua belas kapsul kereta saling bertabrakan. Terbanting menghantam dinding lorong. Para penumpang terpelanting. Lampu kereta mendadak padam. Jaringan listrik terputus.
21 Mei 2042, terjadi bencana alam yang sangat mematikan. Salah satu gunung meletus, bukan hanya gunung biasa tetapi gunung Purba. Letusannya yang sangat dahsyat hingga secanggih apapun teknologi tidak ada yang bisa mencegah bencana alam yang sangat mematikan itu.
Disusul gempa yang terjadi di lorong kereta bawah tanah, petugas langsung mengevakuasi penumpang menuju tangga darurat. Para penumpang berlari-larian menghindari tanah yang perlahan menimbun. Banyak penumpang yang sudah tertimbun tanah dan tidak dapat diselamatkan.
Setelah menemukan tangga darurat, petugas merpersilahkan anak-anak menaiki terlebih dahulu bersama orang tuanya. Hanya tertinggal dua anak, salah satunya Lail. Petugas itu menyuruh anak laki-laki itu naik lebih dulu. Ia hanya sendirian saja, empat kakak nya sudah tertimbun tanah. Lail menaiki tangga setelah anak laki-laki itu, disusul dengan ibu Lail
Disaat Lail sedang menaiki tangga, tiba tiba terjadi kembali gempa susulan. Tubuh ibu Lail yang tidak seimbang jatuh bersama guguran tanah dan tertimbun. Sebelum Lail ikut jatuh, satu tangan anak laki-laki itu yang telah sampai di permukaan lebih dulu berhasil meraih tas punggung Lail. Dari seluruh penumpang kereta, hanya Lail dan anak laki-laki itu yang selamat. Lail sangat sedih membayangkan ibunya yang meninggal dalam timbunan tanah.
Sejak peristiwa itulah Lail tinggal bersama Esok. Ya anak laki-laki yang berusia lima belas tahun itu bernama Esok. Mereka berdua tinggal bersama korban lainnya di tenda pengungsian. Lail menjalani hari-hari bersama Esok. Berboncengan sepeda bersama Esok menuju tempat pengungsian lain, untuk mengantarkan keperluan kebutuhan. Mengunjungi kembali lubang terakhir kali Lail bersama ibunya. Esok menemani Lail melewati masa-masa sulitnya. Menghiburnya. Memastikan Lail sudah makan. Mengurus semua keperluannya. Sejak saat itu Lail tinggal ditemani Esok. Dimana ada Esok berarti disitu ada Lail. Begitupun sebaliknya.
Selama di tempat pengungsian, kemanapun Esok dan Lail keluar tenda, mereka berdua menggunakan sepeda merah. Sepeda yang menjadi saksi bisu awal kisah cinta Lail dan Esok bermula. Hari itu perasaan tersebut belum tumbuh. Lail masih anak perempuan yang berusia tiga belas tahun. Hingga bertahun- tahun kemudian dia baru mengerti. Lail tidak ingin hanya dianggap adik perempuan oleh Esok.
Satu tahun berlalu sejak bencana itu, kehidupan mulai menggeliat. Perlahan berjalan seperti biasa walaupun keadaan bumi belum pulih total. Mulai saat itu juga Esok dan Lail harus berpisah. Lail harus pindah ke panti sosial bersama anak-anak lainnya. Sedangkan Esok, Esok merupakan anak yang rajin, penuh semangat, dan jenius. Hingga ada keluarga yang mengangkatnya menjadi anak dan menyekolahkan nya setinggi mungkin.
Di panti sosial, Lail memiliki teman satu kamar sekaligus sahabatnya, dengan khas berambut kribo dan suara melengking, namanya Maryam. Anak perempuan yang selalu semangat juga selalu menghibur Lail disaat ia merindukan Esok.
Maryam dan Lail merupakan sahabat yang saling menyemangati satu sama lain. Mengisi waktu dengan melakukan aktivitas bersama. Maryam dan Lail mengambil kelas memasak setelah pulang sekolah, lalu kembali ke panti. mereka berdua juga mendaftar sebagi relawan sosial yang harus membantu banyak proses pemulihan. Mengikuti pelatihan di markas organisasi. Mendapatkan penugasan di sektor ringan hingga yang berat.
Pernah disuatu malam, saat Maryam dan Lail ditugaskan di sektor satu, suhu derajat begitu rendah yaitu lima derajat celsius, terjadi hujan badai, sejauh lima kilo meter mereka berani mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan penduduk di dataran rendah. Pengorbanan yang mereka berdua lakukan dan tidak akan dilupakan banyak orang.
Tentang Esok, ia juga hanya beberapa kali bertemu dengan Lail, sangat jarang sekali. Bahkan untuk menelponnya pun ia tidak punya banyak waktu. Laki-laki itu sibuk dengan belajar dan sekolah nya. Bahkan berkat ketekunannya ia berhasil menciptakan mobil terbang serta kapal. Kapal yang akan menjadi awal keputus asaan Lail.
Setelah sekian lama mereka berpisah, Esok dan Lail hanya bertemu beberapa kali saja dengan waktu yang singkat. Padahal masing-masing ada kerinduan untuk seperti dulu lagi. Selama itu pula Lail dan Esok saling jatuh cinta. Keduanya tidak ada yang mengakui dan hanya memendam perasaan masing-masing.
Bencana gunung meletus dan gempa bumi yang terjadi bertahun-tahun lalu memberikan dampak yang dahsyat. Tepat di awal kepunahan manusia terjadi, sebuah berita mengabarkan bahwa hujan tidak akan turun lagi di muka bumi. Suhu di bumi akan terus menigkat. Maka dari itulah proyek kapal yang dibuat oleh Esok merupakan kapal yang akan membawa sebagian manusia untuk bertahan hidup di luar angkasa. Kabar menyedihkan nya tidak seluruh orang dapat naik ke kapal tersebut. Esok tentu akan naik ke kapal tersebut karena ia sendiri yang merancang kapal tersebut. Ada satu tiket lagi yang dimiliki oleh Esok sebagi bonusnya. Orang tua angkat Esok memohon untuk memberikan tiket itu kepada putrinya karena ia tidak ingin melihat putrinya tersiksa di muka bumi. Lail yang mengira bahwa ia akan berpisah selamanya dengan Esok, memutuskan untuk menghapus seluruh ingatannya tentang Esok.
Di pusat terapi saraf, Lail sudah bersiap untuk menghapus semua kenangan itu. Namun itu semua adalah salah paham Lail. Esok juga memiliki perasaan yang sama seperti Lail. Ia sama sekali tidak ingin berpisah dengan Lail. Esok yang ternyata tidak ikut dalam kepergian kapal itu, langsung menuju pusat terapi saraf untuk membatalkan operasi yang dilakukan Lail.
Dengan usaha yang Esok lakukan sekuat mungkin, novel tersebut mengakhirinya dengan ending yang sangat menegangkan.
Kelebihan : Novel tersebut menggambarkan karakter tokoh yang sangat menginspirasi. Seperti Esok dan Lail, keduanya yang saling jatuh cinta namun tetap fokus pada karirnya masing-masing, melawan semua kerinduan itu. Begitu juga dengan Maryam, sahabat yang menjadi penyemangat serta selalu ceria bagaimana pun kondisinya.
Selain itu novel tersebut juga menggambarkan keadaan bumi kedepannya. Begitu canggihnya teknologi hingga membuat manusia lalai dan egois dan terjadi kepunahan manusia akibat ulahnya.
Kekurangan : Pada bagian awal novel, saat detik- detik terakhir kali Lail melihat ibunya tertimbun tanah, pembaca ikut merasakan sedih yang dialami Lail. Namun akan lebih terbayang kan oleh pembaca apabila diawalnya diceritakan bagaimana masa-masa Lail bersama ibunya sebelum kejadian gempa itu.