Beberapa waktu yang lalu ramai diperbincangkan di forum-forum tentang tulisan-tulisan di berbagai media, paparan hasil penelitian: banyak sekali di masjid-masjid instansi milik pemerintah yang dikuasai oleh faham anti NKRI.
Penyebabnya beragam, mulai dari tidak terurusnya masjid yang akhirnya ditangani oleh orang yang salah, hingga merekrut imam dan khotib yang tidak cocok dengan faham keagamaan mayoritas jama’ah.
Pegawai yang diangkat menjadi takmir masjid pun biasanya kurang faham dengan urusan ketakmiran, ditambah ketika merekrut marbot, muazin, imam, dan khotib; tidak melihat latar belakang pendidikannya, kedalaman ilmunya maupun guru-gurunya waktu dia belajar. Asal rajin membersihkan masjid, suara enak, langsung dianggap mampu menjalankan tugas dengan baik, padahal dibalik itu semua ada niat terselubung.
Bermula dari ketidaksengajaan, menjelang Ramadhan tahun 2010, Kang Irfan kebetulan bersama temannya mendapat order untuk memasang kanopi di Masjid Sabilul Jannah. Masjid milik Dinas Perhubungan LLAJ Provinsi Jawa Timur.
Ketika memasuki jadwal waktu sholat Zuhur, Kang Irfan mendapatkan masjid belum ada yang mengumandangkan azan. Melihat kondisi seperti itu, jiwa santrinya muncul seketika, maka dicarinyalah keberadaan alat pengoperasian “sound system” masjid itu. Setelah mendapatkan alat itu, mulailah Kang Irfan mengumandangkan azan Zuhur. Seusai azan dan iqomah tetap juga belum ada yang maju menjadi imam. Sembari menengok kanan dan kiri, Kang Irfan pun memberanikan diri untuk menjadi imam sholat.
Selesai sholat, sang takmir kemudian menemui Kang Irfan. Ia menawarkan kesediaan Kang Irfan untuk membantu memakmurkan masjid di jalan Menanggal VI, No. 25, Gayungan, Surabaya, itu. Dengan mempertimbangkan berbagai hal, tawaran sang takmir pun akhirnya diterima.
Kang Irfan memulai dengan ikhlas aktivitas barunya, mula-mula menjadi teknisi “sound system”, membersihkan lantai, menyapu, menjadi muazin, hingga menjadi imam, bahkan sekarang sudah berani naik mimbar sebagai khotib.
Sebagai santri Pondok Pesantren Madrasatul Quran (MQ) Tebuireng yang sedari kecil dididik dengan amaliah “Aswaja An-Nahdliyah”, Kang Irfan merasa perlu untuk menularkan ilmunya kepada para jama’ah. Iapun menyusun rencana untuk merealisasikan program-programnya. Pertama-tama yang dilakukannya adalah men-“jahr”-kan (mengeraskan suara, red) wirid selepas sholat Zuhur dan Ashar, kemudian disusul dengan mengumandangkan azan dua kali pada sholat Jum’at, menyertakan doa Qunut pada sholat Subuh, melaksanakan sholat Tarawih yang berjumlah 20 rakaat, dan amaliah-amaliah lainnya.
Demikian juga kegiatan Peringatan Hari Besar Islam seperti peringatan Nuzulul Quran dia mengadakan acara “khotmil Qur’an” yang diselenggarakan oleh para huffadh. Pada saat memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, dia mengisinya dengan pembacaan “Sholawat al-Banjari”.
Terobosan yang dilakukan selama tiga tahun pada masa awal di masjid itu, dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, Kang Irfan terus melakukan pendekatan pengurus Takmir, menegosiasi pimpinan kantor, dan memahamkan para jama’ah.
Usahanya membuahkan hasil, kini masjid tersebut menjadi masjid yang megah, penuh dengan para jama’ah dengan amaliah ala “Aswaja An-Nahdliyah”.
Kang Irfan lahir di Gresik, selepas sekolah di Madrasah Aliyah, ia kuliah di IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Pada semester dua muncul keinginan yang kuat untuk menghafal Kalamullah, sehingga akhirnya ia membuat keputusan final untuk meninggalkan kuliahnya. Niatnya diwujudkan dengan “nyantri” di MQ Tebuireng pada 1999.
Tempat favoritnya “nderes” adalah di maqbarah Kyai Hasyim, tempat favorit kebanyakan santri kala itu, karena suasana yang hening, tenang, dan damai. Belum seramai seperti sekarang. Karena setiap hari hampir “nderes” di dekat pusara Kyai Hasyim inilah spirit perjuangan sang kyai sangat menjiwai perannya selepas mondok. Kang Irfan menyelesaikan hafalan al-Qur’annya sekaligus dibaiat menjaga Kalamullah pada wisuda hafidh tanggal 1 Juli 2002.
Kang Irfan paling suka menyambung tali silaturahim dengan caranya sendiri, mengajak teman-teman alumni untuk “khotmil Qur’an” secara rutin di masjidnya. Jika kangen, dia mengundang temannya untuk menjadi khotib Jum’at di sana. Kang Irfan juga membuka usaha dengan berjualan Online bermacam-macam produk, mulai dari sepatu, kemeja, hingga obat maupun alat kesehatan. Jika yang memesan lokasi rumahnya dekat apalagi teman sendiri, ia tidak pernah menggunakan jasa pengiriman paket; dia mendatangi rumah kolega-koleganya semata-mata agar bisa tetap bersilaturahim.
Demikian Kang irfan, hatinya sangat berbunga-bunga, manakala ada teman-teman alumni MQ Tebuireng dari angkatan tahun berapapun yang dalam perjalanan ke Surabaya atau ke pulau Madura sudi dan berkenan mampir ke masjid, tempat dia mengabdi.