KH Said Aqil Siroj atau singkatnya dipanggil Kiai Said, Kang Said, Buya Said, atau SAS memiliki banyak keistimewaan yang dapat dibagi dalam beberapa macam karakter dan latar belakang diantaranya adalah:
Garis Keturunan
- Lahir dari bibit unggul. Kiai Said adalah cucu dari Kiai Muhammad Said Pesantren Gedongan. Ayahnya, Kiai Siroj, adalah menantu Mbah Kiai Harun, pendiri Pesantren Kempek. Kedua pesantren tersebut berada di Cirebon.
- Keturunan Sunan Gunungjati. Tidak saja secara genetik (silsilah dan garis keturunan), dari aspek kepribadian pun, Kiai Said mewarisi keteladanan Sunan Gunungjati dalam hal “ingsun nitip tajug lan fakir miskin”. Konsisten pada pesantren dan orang-orang papa. Kiai Said mendirikan Pondok Pesantren Luhur Ats Tsaqafah Jakarta.
- Keponakan KH Idris Kamali (menantu Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari). KH Idris Kamali adalah sepupu ibu Kiai Said, Afifah binti Harun bin Abdul Jalil. KH. Idris adalah putera Kiai Kamali bin Abdul Jalil. Kiai Abdul Jalil berasal dari Ndoro, Pekalongan. Pergi ke Kedondong, Cirebon, untuk mendirikan pesantren. Kiai Abdul Jalil punya dua orang putera, Kiai Kamali dan Kiai Harun. Kiai Said dalam beberapa kesempatan sering menyaksikan karomah dan haliah yang tidak biasa uwaknya, KH Idris Kamali seperti menghatamkan kitab Al Risalah di makam Imam Al Syafii.
Pendidikan
- Berguru thariqah langsung kepada KH Mustaqim pendiri Pondok Pesantren PETA (Pesulukan Tarekat Agung) Tulungagung. Sebagaimana diketahui KH Mustaqim adalah seorang mursyid tiga thariqah sekaligus (Al Syadziliyah, Al Qadiriyah, dan Al Naqsyabandiyah)
- Terdidik secara salaf. Kiai Said termasuk kiai sarung, karena sejak kecil sudah mengaji kepada ayahnya sendiri. Kiai Said kemudian mesantren di Lirboyo Kediri kepada KH Mahrus Aly dan KH Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
- Kuliah di sarang Wahabi saat jaya-jayanya. Sejak Putera mahkota Muhammad bin Salman memiliki peran besar di Kerajaan Saudi, aliran Wahabi-Salafi mulai kehilangan panggung. Pada masa Kiai Said kuliah di Ummul Qurra, Wahabi-Salafi, aliran keras yang suka membid’ahkan dan memberi stempel sesat terhadap sesama umat Islam ini sedang mengalami masa kejayaan.
- Lulusan terbaik di bidang ilmu tasawuf. Selama menempuh program S2 dan S3 di Ummul Qurra, Kiai Said mendalami ilmu warisan dari Sunan Gunungjati, tasawuf. Melalui koridor disiplin thariqah Al Syadziliyah yang diamalkannya, tasawuf menjadi mudah dimengerti sehingga mendapat pengakuan dari gurubesar (profesor) tasawuf Indonesia, Profesor Harun Nasution.
- Menyaksikan secara langsung kewalian Gus Dur di Mekah. Kiai Said termasuk orang yang beruntung dan diberi keistimewaan bersama Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid). Kisahnya sudah populer, ketika Gus Dur ke Mekah disertasi oleh Kiai Said untuk mencari seorang wali yang sedang iktikaf.
- Diramalkan Gus Dur akan menjadi Ketua Umum PBNU di usia 54 tahun menggantikan KH Hasyim Muzadi.
Managemen Organisasi
- “The 500 Most Influential Muslims”, dinobatkan oleh Royal Islamic Strategic Studies Center di Yordania sebagai orang muslim paling berpengaruh ke-20 di dunia.
- Memimpin organisasi muslim terbesar di dunia, NU, selama 11 tahun (2010-2021). Kiai Said melakukan perbaikan-perbaikan manajerial organisasi dengan memperkuat basis pendidikan perguruan tinggi.
Kecerdasan Intelektual
- Kiai Said dikenal cerdas dan alim. Ia termasuk “tsiqah”, kuat ingatan. Ia banyak hafal nama-nama silsilah dan tokoh-tokoh sejarah yang langka dan jarang dibahas umum.
- Menguasai banyak kitab-kitab referensi dan otoritatif seperti Tafsir Al Thabari yang mengurai ayat-ayat Al Quran dari sudut sain.
- Hafal Al Quran dan syair-syair Arab dengan sempurna dan fasih.
Pergaulan yang Luas
- Sebagai sosok yang mewariskan kepemimpinan Gus Dur, Kiai Said banyak menjalin hubungan kerja (muamalah) dengan kalangan muslim dan nonmuslim, baik di dalam maupun luar negeri.
- Ringan kaki untuk mendatangi undangan dan berziarah ke tempat-tempat yang jauh; ringan tangan untuk membantu orang-orang yang kesulitan.
Tetap Dicintai Meskipun Dibenci
- Hormat kepada sesepuh dan sayang kepada yang lebih muda.
- Orang lain bisa melihat kekurangan-kekurangan pada diri Kiai Said, tapi dirinya tidak pernah hirau pada pujian maupun cacian, bahkan fitnahan.