Tidak ada yang baik-baik saja setelah fase “kehilangan” itu terjadi. Karena tidak seorangpun, yang bisa menduga kapan perpisahan dan kehilangan akan terjadi.
Tak ada yang baik-baik saja, dari dua hati berjalan bersama kini harus saling melupakan dan kehilangan dirinya.
Semesta akan menamparmu dengan tidak sopan, tanpa bertanya kau siap atau tidak.
Kehilangan itu mutlak, meski bibirmu mengelak untuk menolak.
Karena tidak ada yang bisa menyangkal, nggak bisa untuk mempertahankan. Karena kehilangan salah satu cara Tuhan untuk membuat kita kuat dan bertahan.
Dan kita juga tak bisa mendesak Tuhan untuk mempersatukan kita, mungkin maksud Tuhan kamu dan dirinya di pertemukan untuk menjadi pembelajaran hidup, bukan teman hidup.
Tapi tak mengapa. Sebab, kehilangan seseorang tak hanya tentang rapuh tetapi juga memberikan kita kesempatan untuk tumbuh.
Kehilangan adalah salah satu bagian dalam hidup yang tidak pernah semua orang inginkan, sebab kehilangan seringkali harus kita hadapi tanpa persiapan apa-apa.
Semakin dewasa semakin mewajarkan hal-hal kepergian dan kehilangan.
Kehilangannya bukan lagi untuk dicari, dipaksakan dan disesali, hanya saja yaudahlah lagian sudah terbiasa dengan hal begituan.
Hanya membiasakan yang mulanya ada menjadi tiada. Sederhana sebenarnya, hanya harus dibiasakan. Lama-lama kalau sudah biasa, sudah kering air mata, akan ceria lagi seperti biasa hanya soal waktu saja.
Tidak ada luka yang bisa mengintip, karena telahku sembunyikan rapat-rapat. segala kerusakan, tenang saja. aku sedang belajar membiasakan diri.
Mencintai seseorang tidak hanya berbekal seberapa tekad mempertahankannya, namun juga keluasan ruang untuk menerima duka-lukanya.
Ikhlas tentang bagaimana kita belajar merelakan, menerima kenyataan bahwa yang terjadi merupakan sebuah proses pendewasaan dan sebagai bagian dari perjalanan.