Ada yang tidak suka masa lalu. Baginya, masa lalu sudah berlalu. Tidak perlu diingat lagi. Tataplah sekarang dan masa depan!
Tpi, tidak sedikit yang ingin mengulang masa lalu yang penuh romantisme. Baginya, masa lalu adalah keindahan. Ketika kemakmuran didapat. Bahkan, Bung Karno berkata, “Jangan sekali kali melupakan sejarah!” Banyak yang menafsirkan sejarah menurut Bung Karno ini adalah masa lalu. Tentang cerita dan asal usul.
Tapi, sejarah bukanlah tentang masa lalu. Sejarah adalah dulu dan sekarang. Masa depan sejarah ditentukan sejak dari sekarang. Karena, manusia adalah makhluk sejarah.
Kesejarahan manusia menuntut tentang jatidiri. Dan, jatidiri bukan seperti pendapat anak anak muda yang sekadar ingin eksis di mata banyak orang.
Kesejarahan manusia adalah tentang “jati” dan “diri”. Siapakah si jati dan siapa pula sang diri? Untuk tahu dan mengenal jatidiri, seseorang sering kembali kepada masa lalu. Tempat pertama dia berasal.
Mengenal diri itu tidak mudah karena sering dirahasiakan. Tidak semua orang dapat dan mau menjelaskan. Keterangannya tidak mudah dipahami, meskipun berlembar lembar ayat suci dan kitab kitab peninggalan masa lalu. Seseorang harus mengalami sendiri dan mencari, “Dimanakah si jati dan sang diri berada?”
Sebagian tenggelam ke dalam rasa kesendirian. Menatap realitas adalah pada dirinya sendiri. Pada tubuh dan usianya yang kian menua. Pada perubahan perubahan yang tak dapat dihindari. Rambut memutih dan gigi geligi yang tak lengkap lagi. Tapi, diri juga tidak pula diketahui.
Sebagian lagi tetap dalam aktivitas aktivitas yang tak berhenti. Realitas adalah sang diri itu sendiri. Bagi mereka, tidak akan didapat sang diri apabila tidak melakukan aktivitas aktivitas. Dengan kata lain, aktivitas adalah sang diri.
Pada saatnya, harus tenggelam dan mematikan diri. Masa lalu itu memang tidak ada. Karena, sang diri bersifat abadi. Ia tidak dapat dijumpai hanya dalam pikiran pikiran yang masih terbayang bayang oleh nafsu. Oleh si jati. Si jati dan sang diri harus bertemu sehingga menemukan masa lalu, kini, dan akan datang sebagai sebuah keabadian. Hidup hanyalah mimpi.