Metode orang zaman dahulu tidak kalah hebatnya, mereka mampu menciptakan kader dan generasi yang mumpuni. Hanya saja, zaman sekarang jarang yang mempraktekkan akibat kualifikasi dan sertifikasi. Orang zaman dahulu tidak saja menyinari pikiran dengan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan, melainkan juga cahaya bagi perilaku yang belakangan disebut karakter. Berikut adalah salah satu contoh orang zaman dahulu mendidik putera-puteri dan santri-santri. Mereka tidak saja menerima melainkan mereproduksi ilmu dan pengetahuan yang sudah didapat.
—
Begini ceritanya. Ketika saya kuliah S1 di IAIN Sunan Kalijaga, saya menyantri PP Al-Munawwir, Komplek Nurussalam, Krapyak Yogyakarta. Pengasuh pondok ini adalah al-marhum al-maghfur lahu K.H. Dalhar Munawwir, putra Mbah Kyai Munawwir. Saya mengaji beberapa kitab dari beliau, antara lain Nihayat al-Zayn karya al-Nawawi al-Bantani dan Al-Adzkar al-Nawawiyah. Selain mengaji, saya ditugasi oleh beliau mengajar Ajurumiyyah kepada santri-santri putri (hampir semua teman-teman saya di IAIN). Saya matur kepada beliau, “Pak kyai, mmm saya ini belum mahir banget dengan ilmu alat. Memang sedikit paham ilmu nahwu. Apakah saya sudah pantas mengajar, Pak Kyai?” Beliau menjawab: “Dalamilah ilmu itu sambil mengajar.” “Tapiiii ….”, timbal saya. “Sudahlah, Sahiron, kamu lakukan saja,” beliau menimpali. Sambil rasa waswas, saya pun mengikuti dawuh beliau seraya mengatakan, “Inggih, Pak Kyai, insya Allah.” Saya mulai mengajar meski saat itu masih kurang percaya diri. Lama kelamaan terbiasa. Saya menggunakan metode pengajaran teori dan praktik. Teori nahwu saya terangkan, lalu dipraktikkan oleh santri2 dengan langsung membaca kitab kuning dan menerjemahkannya. Saya hanya berpikir sederhana, yakni bahwa santri Nurussalam harus bisa memahami kitab kuning dan menerbitkan karya terjemahannya. Satu pertemuan demi pertemuan berlalu dan alhamdulillah karya terjemahan tentang shalat tarawih diterbitkan oleh almarhum Pak Prodjo, dosen Fak. Tarbiyah saat itu. Paling tidak, ada dua pelajaran yang bisa saya petik: (1) Mengikuti dawuh kyai dalam hal kemajuan dan kemaslahatan, (2) Mendalami ilmu sambil mengajar, dan (3) maju bersama teman dan anak didik dalam hal berkarya. Semoga bermanfaat.
Penulis adalah Pendiri PP Baitul Hikmah dan Ketua Nawesea