Saya dapat kiriman cuma cuma buku yang berjudul “Pekeling” dari penulisnya Kiai Iing Rohimin, Indramayu.
Buku setebal 500 an halaman ini, sesuai judulnya, berisi tulisan tulisan Mas Kiai Iing, yang mengelingkan (mengingatkan) kita agar tetap eling, eling dengan ajaran agama, eling sebagai warga negara dan eling sebagai anak bangsa dan anggota masyarakat, agar kita bisa memahami, bersikap dan berperilaku bukan hanya sesuai agama, tetapi sesuai dengan konteks kita bernegara dan bersama sebagai satu bangsa dan masyarakat
Buku yang asalnya adalah tulisan tulisan mas Kiai Iing, yang disebarkan ke berbagai grup WA tiap dini hari, pada awalnya layaknya nasihat atau kuliah pagi gratis bagi para peserra grup grup WA. Meski begitu, narasi yang disampaikan mengalir dan tidak menggurui. Singkat namun padat, kadang mengutip ayat dan atau hadis, dan kadang juga qaul (pandangan) ulama, dengan penjelasan singkat, renyah, dan sesuai dengan hal aktual yang sedang berkembang di masyarakat.
Tulisan Pekeling Kiai Iing, Ini jelas bisa jadi bacaan alternatif, di banding dan di tengah banyaknya informasi keagamaan di WA, yang kadang tidak jelas sumber rujukannya, ditambahi dan dibumbui dengan hoaks dan kadang informasi yang banyak tersebar itu juga bernada kebencian dan bahkan paham keagamaan ekstrem. Nah, Pekeling Kiai Iing ini jadi semacam informasi tandingan dari wacana atau narasi yang kurang sehat tersebut.
Yang dilakukan Mas Kiai Iing, dengan menyempatkan waktu tiap dini hari, untuk selalu Istiqomah, menulis nasihat baik dan menyebarkannya ke khalayak, itu sebenarnya merupakan kelakuan (amalan) atau tradisi yang juga dilakukan oleh para ulama. Misalnya saja Syekh Wahbah Zuhaili, penulis tafsir al-Munir (16 jilid) dan penulis kitab “Al Fiqhul Islamiy wa Adillatuhu”, selain beliau menulis kitab kitab tafsir dan fiqih yang tebal tebal itu, dan ditengah kesibukannya mengajar dan melayani umat, Syekh Wahbah Zuhaili, juga menyempatkan memberi nasihat nasihat pendek kepada umat Islam, dengan disebarkan melalui radio. Nasihat nasihat yang ia sampaikan melalui radio itu kemudian dibukukan dan menjadi kitab tafsir yang dicetak dalam tiga jilid. Kalau tafsir Al-Munir nya Wahbah yang belasan jilid adalah tafsir tahlili yang panjang lebar, dan ini untuk konsumsi para intelektual, akademisi dan ustadz, sementara tafsir Wahbah yang tiga jilid ini yang merupakan kumpulan ceramah ceramah pendek beliau ini adalah tafsir Ijmali, yang ringkas dan untuk konsumsi khalayak pada umumnya.
Semoga mas Kiai Iing yang melakukan apa yang dilakukan Syekh Wahbah Zuahili ini, panjang umur, sehat wal afiat, dan terus memiliki kekuatan untuk menebar kebaikan dan kerahmatan.
Mas Kiai Iing, terimakasih yah bukunya.