• Terbaru
  • Populer

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (1)

9 Maret 2021

Redefinisi Pesantren sebagai Subkultur

21 Agustus 2023
Tabir Misteri Peringatan Kemerdekaan Indonesia

Tabir Misteri Peringatan Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2023

Bagaimana Tirakat di Musim Sulit

15 Agustus 2023

Antara Kepintaran dan Adab dalam Sistem Pendidikan

12 Agustus 2023

Lompatan Besar Mendalami Tafsir Al Quran

5 Agustus 2023

Pondok Pesantren Darul Ulum Sembada Beras 

2 Agustus 2023

Prasasti Cunggrang, Penanda Lahirnya Kabupaten Pasuruan

1 Agustus 2023

Gerai dan Pesona Kopi Abah

1 Agustus 2023

Taman Pendidikan Al Quran Ahmad Baidlowi

1 Agustus 2023

Pada Siklus Pemberdayaan yang Semestinya

31 Juli 2023

Namun Sayangnya, Budaya Bukan Sebatas Pakaian Tradisional

31 Juli 2023

Kebahagiaan Harus Berjalan Wajar

30 Juli 2023
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Jumat, 22 September 2023
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Pendidikan dan Wisata

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (1)

Redaksi Ditulis oleh Redaksi
9 Maret 2021
dalam Pendidikan dan Wisata
A A
298
VIEWS

Masih sedikit santri-santri yang memiliki kepedulian terhadap sejarahnya sendiri. Karena, memang kebanyakan tidak mengerti tentang sejarah itu sendiri. Padahal, sejarah berseliweran di sekitar mereka, bahkan mereka sendiri adalah sejarah itu sendiri. Misal, santri-santri dari pesantren tokoh-tokoh terkenal seperti Mbah Maemun Zubeir, Gus Mus (KHA Mustofa Bisri), K.H. Salahuddin Wahid, dan lain-lain, tidak sadar jika mereka berada di dalam pusaran sejarah. Dan, seberapa banyak mereka menghimpun data dan dokumen yang bernilai sejarah dari tokoh-tokoh tersebut? Meskipun belakangan sudah mulai bermunculan nama-nama seperti K.H. Agus Sunyoto, K.H. Ahmad Baso, dan Gus Zainul Milal Bizawie. Namun, mereka masih melakukan penggalian sejarah hampir sama dengan sejarawan-sejarawan pada umumnya melalui standar-standar historiografi dan akademis.

Sedikit perlu dikemukakan, apa pengertian sejarah bagi seorang santri? Sejarah tidak bisa terlepas dari ruang dan waktu. Pada dasarnya, kalangan santri lebih banyak dan lebih dekat kepada sejarah. Namun, sejarah yang dimengerti oleh mereka kebanyakan sejarah normatif: sejarah nabi-nabi, sahabat-sahabat, dan ulama-ulama terkemuka. Pada tataran akademis pun lebih cenderung pada sejarah kritik teks seperti istilah yang sering digunakan adalah “Naqd al-Nash”, kritik Syarah dan kritik Matan. Penguasaan sejarah bagi seorang santri masih sangat minim, kalaupun ada hanya menyentuh aspek Asbab al-Nuzul suatu ayat dan Asbab al-Wurud suatu hadis. Sedikit yang menyinggung khazanah-khazanah sejarah seperti “al-Thabaqat”. Padahal, rerata seorang ilmuwan dan mufassir muslim memiliki pengetahuan sejarah yang matang seperti Syekh Al-Tabhari dan Syekh Al-Zamakhsyari.

ArtikelLainnya

KHA Syakir Ridlwan Lc, MHI, Dr. KHA Musta’in Syafi’ie, M. Ag, KH Abdul Hadi Yusuf, S.H, KH Abdul Hakim Mahfudz, KH Abdul Ghoffar Yusuf

Hafalkan Al Quran, Pahami, dan Amalkan Semampunya (I)

20 September 2022
259

Di Balik Omong Kosong Tentang Peradaban

31 Agustus 2022
235

Lemahnya Pesantren di Muka Sekolah Sekolah Umum

30 Agustus 2022
219

Guru yang Tak Lagi Mencerdaskan Muridnya?

17 Agustus 2022
218

Di Indonesia, kata sejarah lebih dikenal, diambil dari kata bahasa Arab, “syajarah”, yang berarti pohon. Sebagaimana pohon memiliki akar, batang, cabang, ranting, buah dan daun. Dalam dimensi waktu memiliki keterikatan masa lalu, kini, dan yang akan datang. Keseluruhannya adalah sejarah. Dengan kata lain, sejarah bukan hanya cerita-cerita masa lalu saja. Tapi, melibatkan masa kekinian dan yang akan datang. Kata sejarah dapat diperbandingkan pula dengan kata historis yang diambil dari kata bahasa Inggris. Kata historis yang dapat diartikan sebagai “He Stories” atau “His Story'”. Cerita dia atau cerita milik si empunya cerita, mereka yang menang. Cerita mereka yang kalah tidak bisa dikatakan sebagai sejarah seperti Babad Pesisiran, cerita-cerita sastra, dan lain sebagainya. Cerita demikian telah dianggap sampah. Kitab tafsir “Al-Kassyaf” karya Syekh Al-Zamakhsyari ditolak karena mengandung banyak cerita-cerita Israliyat. Tanpa melihat metode dan studi pendekatan susastra, kitab tafsir “Al-Kassyaf” tersebut tetap akan ditolak.

Genealogi sejarawan santri bisa dipatok dan didasarkan pada mereka, kalangan santri, yang menulis tentang sejarah kesantrian. Tentang dunia mereka sendiri. Ruang lingkup mereka meliputi dunia kesantrian dalam pengertian lebih luas. Menurut pendapat Gus Mus, santri adalah kalangan yang hidup di surau-surau, langgar-langgar, dan masjid-masjid. Tidak terbatas pada pondok pesantren saja. Aboebakar Atjeh misalnya menulis buku biografi Sejarah Hidup KHA Wahid Hasjim dan Karangan yang Tersiar (terbit perdana pada 1957), K.H. Saifuddin Zuhri menulis buku otobiografi Guruku Orang-orang dari Pesantren (terbit perdana pada 1974), Prof. Nourouzzaman Shiddiqi menulis buku Jeram-jeram Peradaban Muslim sebagai manifesto “sejarah muslim”, bukan “sejarah Islam” (terbit perdana pada 1996),, dan M. Nurcholish Madjid menulis buku Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (terbit perdana 1997).

Sebetulnya, ada tiga model kajian sejarah yang dapat ditelusuri oleh seorang peminat sejarah: sejarah akademik, sejarah oral, dan gabungan keduanya. Istilah akademik dan oral di sini lebih diorientasikan kepada pengkategorian saja, pada prakteknya memang diperlukan sebuah verifikasi dan kritik keabsahan/kesahihan. Sebab, terkadang sejarah juga berangkat dari sejarah oral atau mitologi. Para sejarawan pada umumnya memang ketat pada disiplin-disiplin historiografi yang bersandar pada artefak-artefak dan dokumen-dokumen sebagai landasan fakta-fakta sejarah. Mereka cenderung mengabaikan imajinasi sosial dan membiarkan ruang kosong sejarah tetap melompong. Siapa yang kuat data dan faktanya, dialah pemilik otoritas. Maka, tidak heran, jika sejarah yang berdasarkan dari sumber-sumber babad, sanad silsilah, atau ingatan masyarakat tidak dianggap penting. Kalau ingin belajar sejarah, berangkatlah ke Eropa, karena sumber-sumbernya di sana! Sebab, manuskrip-manuskrip kuna sudah diboyong ke sana semua.

Sartono Kartodirdjo (1921-2007) adalah “yang memelopori sebuah pendekatan yang menolak histiografi dengan perspektif kolonial sentris. Ia melihat sejarah lebih dari perspektif lokal. Perspektif Indonesia sentris yang menempatkan orang kita sendiri sebagai pelaku utama, bukan pemerintah Hindia Belanda. Disertasinya: Pemberontakan Petani Banten 1888 (The Peasant Revolt of Banten in 1888) adalah suatu magnum opus yang mencerminkan hal itu.” Demikian tulis Seno Joko Suyono dalam “100 Tahun Sartono Yang Sepi” (2021). Bisa jadi, Sartono adalah sejarawan (Katolik) pertama yang mendasarkan penulisan sejarah dalam perspektif diri sendiri. Berikutnya, dapat pula dibaca tulisan-tulisan esai Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid) yang sarat dengan sejarah dalam perspektif dirinya sendiri. Pun, sastrawan Pramoedya Ananta Toer (PAT) yang menafsirkan sejarah ke dalam bentuk fiksi novel.

Demikian, diharapkan ke depan, Bung Rijal Mumazziq Z dapat menjadi pelopor “Madrasah Sejarah” di Indonesia dan kalangan santri khususnya. Sehingga dalam rintisan sejarah santri tidak dilakukan olehnya sendirian, karena medannya yang sangat lebar dan luas.

(Bersambung).

Penulis: Goesd

Editor: Goesd

 

Editor: Bagus Dilla
Artikel sebelumnya

Bisikan Nusantara, Merajut Kebhinekaan Melalui Budaya (2)

Artikel berikutnya

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (2)

Redaksi

Redaksi

Artikel Lainnya

Profil Pondok Pesantren Khoirul Huda Sagalaherang

5 Agustus 2022
298

Pamandian air panas wisata Curugagung Sagalaherang Sagalaherang, kecamatan di Utara Subang, memiliki panorama alam yang indah. Keasriannya dapat dinikmati oleh parapelancong...

Selanjutnya

Pendidikan Pesantren: Ketika Dunia Tak Lagi Fakultatif

11 Juli 2022
296

Jauh-jauh hari, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, 1940-2009) menyebut pesantren sebagai "subkultur". Artinya, pesantren memiliki nomenklatur tersendiri sehingga membentuk miniatur budaya....

Selanjutnya

Kisah Singkat Motivasi Nderes dari Nyai Hanum Michmadhana

23 Juni 2022
355

Banyak santri yang tidak memahami arti murajaah atau nderes (bahasa Jawa). Apalagi kalau sudah menginjak status "penghapal" Al Quran. Sungguh berat...

Selanjutnya

Gus Eko Priyanto: Santri Milenial, Generasi Legends

23 Juni 2022
283

Keterbelakangan informasi, sosial, maupun budaya yang dulu dilekatkan kepada kalangan santri sepertinya hari ini sudah tidak lagi relevan. Mengingat, kemajuan ilmu...

Selanjutnya

Ponpes Al Furqon Dibangun di Atas Pondasi yang Kokoh

22 Juni 2022
256

Ada banyak nama lembaga pendidikan dan pesantren di Indonesia yang menggunakan nama Al Furqon. Namun, tiap lembaga tersebut sudah pasti memiliki...

Selanjutnya

Pak Ud: Sosok yang Sadar Literasi di Tebuireng

3 Juni 2022
341

Era tahun 1980-1990an adalah masa-masa puncak polemik pemikiran antara Pak Ud (KHM Yusuf Hasyim, 1929-2007) dan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid,...

Selanjutnya

KH Jumali Ruslan: Generasi Kiai Ahli Fiqh di Tebuireng

26 Mei 2022
504

Satu ungkapan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, 1940-2009) menyatakan: seorang ahli fiqh biasanya tidak mengajarkan kitab-kitab besar, tapi kitab-kitab kecil. Seorang...

Selanjutnya

Kang Nasir, Santri Tunanetra Penghafal Al Quran

26 Mei 2022
294

Lelaki itu, meskipun dengan tertatih dan meraba-raba, mencari posisi nyaman untuk mendaras Al Quran. Ia sudah hafal seluk beluk pojokan komplek...

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (2)

Kang Sumargono, Sang Singa Podium dari Kebumen

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Pengunjung

  • 57,810

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply