• Terbaru
  • Populer

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (2)

10 Maret 2021

Redefinisi Pesantren sebagai Subkultur

21 Agustus 2023
Tabir Misteri Peringatan Kemerdekaan Indonesia

Tabir Misteri Peringatan Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2023

Bagaimana Tirakat di Musim Sulit

15 Agustus 2023

Antara Kepintaran dan Adab dalam Sistem Pendidikan

12 Agustus 2023

Lompatan Besar Mendalami Tafsir Al Quran

5 Agustus 2023

Pondok Pesantren Darul Ulum Sembada Beras 

2 Agustus 2023

Prasasti Cunggrang, Penanda Lahirnya Kabupaten Pasuruan

1 Agustus 2023

Gerai dan Pesona Kopi Abah

1 Agustus 2023

Taman Pendidikan Al Quran Ahmad Baidlowi

1 Agustus 2023

Pada Siklus Pemberdayaan yang Semestinya

31 Juli 2023

Namun Sayangnya, Budaya Bukan Sebatas Pakaian Tradisional

31 Juli 2023

Kebahagiaan Harus Berjalan Wajar

30 Juli 2023
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 21 September 2023
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Pendidikan dan Wisata

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (2)

Redaksi Ditulis oleh Redaksi
10 Maret 2021
dalam Pendidikan dan Wisata
A A
300
VIEWS

Siapa yang tidak kenal dengan Beliau? Tokoh muda yang meroket dengan tulisan-tulisannya yang memikat para pembaca. Yang selalu menempatkan satu pukulan “jabs” ringan di perut untuk mengajak tertawa bersama. Setelah sebelumnya dari awal, narasi digiring dalam sebuah keseriusan.

Namun bagiku, Bung Rijal adalah seorang petarung di alam bawah sadar. Ia bagaikan pengayuh sampan yang terjun ke kedalaman laut untuk memungut mutiara-mutiara. Di samping memang dasar dirinya sudah menguasai teknik-teknik beladiri ala Terate Setia Hati. Hal ini dapat disimak dari catatan-catatan ringkasnya pada perjalanan ke pulau bersejarah di bagian timur Indonesia, Banda Neira. Ibukota koloni Eropa sebelum Batavia dan Singapura. Banda Neira sempat menjadi ibukota negara Hindia Belanda pula setelah VOC bangkrut dan akhirnya dipusatkan di Batavia.

ArtikelLainnya

KHA Syakir Ridlwan Lc, MHI, Dr. KHA Musta’in Syafi’ie, M. Ag, KH Abdul Hadi Yusuf, S.H, KH Abdul Hakim Mahfudz, KH Abdul Ghoffar Yusuf

Hafalkan Al Quran, Pahami, dan Amalkan Semampunya (I)

20 September 2022
259

Di Balik Omong Kosong Tentang Peradaban

31 Agustus 2022
235

Lemahnya Pesantren di Muka Sekolah Sekolah Umum

30 Agustus 2022
219

Guru yang Tak Lagi Mencerdaskan Muridnya?

17 Agustus 2022
218

“Tulisan ini merupakan awal dari oleh-oleh saya pelesir sejarah di Banda Neira, Maluku. Saya, mewakili INAIFAS Kencong Jember bersama beberapa lembaga lain terlibat dalam Ekspedisi Banda Neira, selama 5 hari (4-8 Maret),” tulis Bung Rijal dalam memoar “Catatan Ekspedisi Banda Neira”.

Pada bagian pertama, Bung Rijal menulis tentang “Humor Retjeh Pendiri Bangsa di Banda Neira” yang dikutipnya dari beberapa humor karya Des Alwi, Sejarah Banda Naira (Pustaka Bayan: 2007).

Banda Neira menurut Bung Rijal berada di Maluku Tengah di sebuah pulau kecil dengan sejarah besar. Sejak abad ke-17, Banda Neira adalah “Mooi Indie” dan menjadi rebutan antara (Spanyol, red.), Portugis, Belanda, dan Inggris melalui perusahaan dagang bersenjata masing-masing untuk memonopoli penjualan biji Pala, rempah berharga di Eropa.

Hingga pada akhirnya, VOC, perusahaan kongsi dagang Belanda, berhasil secara penuh menguasai Kepulauan Banda Neira dan mendirikan benteng-benteng pertahanan, pulau tersebut pun menjadi titik strategis bagi perdagangan dan militer Belanda.

Tak heran, jika kemudian Banda Neira difungsikan untuk mengasingkan para pangeran dan sultan dari berbagai kerajaan di Nusantara ke pulau ini. Termasuk, Iwa Kusumasumantri, Tjipto Mangunkusumo, Hatta, dan Syahrir. Para penggerak kemerdekaan Republik Indonesia. “Dua nama terakhir ini baru masuk Banda setelah mengalami masa pembuangan di Boven Digul. Mereka mendarat pada 1936,” tulis Bung Rijal, seolah sedang menertawakan diri sendiri ketika menulis kisah tentang Bung Hatta berserta 16 peti buku yang dibeli dari Den Haag, Belanda.

“Kau mau jualan buku?” Pertanyaan yang mengingatkanku ketika sekali berjumpa Bung Rijal di depan pintu Makam Gus Dur pada Muktamar NU ke-33 2015 di Jombang.

“Buku-buku itu pula yang menemani hari-harinya saat dibuang ke Boven Digul. Jadi kita bisa membayangkan, bertapa repotnya Hatta mengangkut buku-bukunya ini saat dipindah dari Boven Digul ke Banda Neira,” tulis Bung Rijal, sembari mengingat kenangan masa-masa “perjuangan” dulu.

Pada bagian kedua, Bung Rijal menulis tentang kenalan barunya (bukan Yaki-yaki) dengan subtema: “Rizal Bahalwan: Menjaga Warisan Masa Lalu Untuk Masa Kini”.

Indonesia bagian timur memang bagaikan surga. Ikan-ikan lautnya terasa lebih segar dan gurih. Maka, wajar, jika Bung Rijal jatuh cinta. Kalau tidak, percuma bangsa-bangsa Eropa berebut datang ke sana. “Selama tiga hari di Banda Neira, Maluku Tengah, saya jatuh cinta. Pada alamnya, keramahan penduduknya, serta pada jejak sejarahnya,” tulisnya (8/3) dalam akun Facebook Rijal Mumazziq Z.

Namun yang jelas, boleh jatuh cinta dalam kapasitas sebagai pelancong atau peneliti sejarah di Indonesia bagian timur. Bukan sebagai kuli buah Pala atau berjualan buku. Karena, akan sangat susah untuk sekadar menyapa dan tertawa seperti tergambar pada masa Pemerintahan Belanda.

“Di setiap sudut pulau kecil ini, pada setiap jengkalnya, bisa disusun menjadi narasi sejarah. Pada komposisi penduduknya, seni arsitektur rumah, kantor, dan masjid, reruntuhan benteng, bahkan hingga meriam Belanda yang tercecer di pinggir jalan dan di kebun warga.”

Keragaman budaya yang dimiliki oleh Banda Neira tidaklah mengherankan. Sebagai bekas ibukota negara Hindia Belanda tentu secara administratif telah menerima kedatangan tamu dari berbagai suku bangsa di dunia. Penduduk Banda Neira terdiri dari beragam unsur yang membentuk unsur baru kebudayaan. Unsur-unsur genetika yang menyertai darah dan tubuh mereka bisa berasal dari Jawa, Melayu, Buton, Bugis, Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda, dan China. “…Tumbukan berbagai etnis dari Nusantara dan Eropa ini yang melahirkan identitas sebagai “Orang Banda”. Multietnis yang selama berabad-abad saling kawin mawin dan beranak pinak lantas mengidentifikasi diri sebagai sesama putra putri Banda Neira. Di awal kemerdekaan, bahkan masyarakat Banda mengangkat seorang keturunan Belanda, yang memilih menjadi bagian dari orang Indonesia, sebagai pemimpin administratif…,” demikian tulis Bung Rijal. Hal ini mengingatkan pada aspek “nation-state” yang dibangun tidak menutup kemungkinan adanya jarak pribumi dan non pribumi sebagaimana disuarakan oleh Ernest Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudhi (1879-1950) pendiri “National Indische Partij”. Partai politik pertama yang didirikan pada masa negara Hindia Belanda. Kenyataan ini telah memberikan kesadaran: perbedaan suku bangsa sudah selesai di Indonesia.

Dengan demikian, untuk membangkitkan kesadaran suatu bangsa dan kalangan santri khususnya memang harus menguasai detail-detail sejarah. Di satu sisi, sejarah memang dapat membangkitkan memori yang memuat alam bawah sadar seseorang atau suatu bangsa atas jadi diri dan asal usulnya. Sementara di sisi yang lain, sejarah dapat dijadikan sebagai kritik kekinian dan mendatang, baik kritik diri ataupun kritik eskternal seperti keragaman adalah keniscayaan.

Cirebon, 10 Maret 2021.

Penulis: Goesd

Editor: Goesd

Editor: Bagus Dilla
Artikel sebelumnya

Rijal Mumazziq Z, Santri Turun Gunung (1)

Artikel berikutnya

Kang Sumargono, Sang Singa Podium dari Kebumen

Redaksi

Redaksi

Artikel Lainnya

Profil Pondok Pesantren Khoirul Huda Sagalaherang

5 Agustus 2022
298

Pamandian air panas wisata Curugagung Sagalaherang Sagalaherang, kecamatan di Utara Subang, memiliki panorama alam yang indah. Keasriannya dapat dinikmati oleh parapelancong...

Selanjutnya

Pendidikan Pesantren: Ketika Dunia Tak Lagi Fakultatif

11 Juli 2022
296

Jauh-jauh hari, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, 1940-2009) menyebut pesantren sebagai "subkultur". Artinya, pesantren memiliki nomenklatur tersendiri sehingga membentuk miniatur budaya....

Selanjutnya

Kisah Singkat Motivasi Nderes dari Nyai Hanum Michmadhana

23 Juni 2022
354

Banyak santri yang tidak memahami arti murajaah atau nderes (bahasa Jawa). Apalagi kalau sudah menginjak status "penghapal" Al Quran. Sungguh berat...

Selanjutnya

Gus Eko Priyanto: Santri Milenial, Generasi Legends

23 Juni 2022
283

Keterbelakangan informasi, sosial, maupun budaya yang dulu dilekatkan kepada kalangan santri sepertinya hari ini sudah tidak lagi relevan. Mengingat, kemajuan ilmu...

Selanjutnya

Ponpes Al Furqon Dibangun di Atas Pondasi yang Kokoh

22 Juni 2022
256

Ada banyak nama lembaga pendidikan dan pesantren di Indonesia yang menggunakan nama Al Furqon. Namun, tiap lembaga tersebut sudah pasti memiliki...

Selanjutnya

Pak Ud: Sosok yang Sadar Literasi di Tebuireng

3 Juni 2022
341

Era tahun 1980-1990an adalah masa-masa puncak polemik pemikiran antara Pak Ud (KHM Yusuf Hasyim, 1929-2007) dan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid,...

Selanjutnya

KH Jumali Ruslan: Generasi Kiai Ahli Fiqh di Tebuireng

26 Mei 2022
504

Satu ungkapan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, 1940-2009) menyatakan: seorang ahli fiqh biasanya tidak mengajarkan kitab-kitab besar, tapi kitab-kitab kecil. Seorang...

Selanjutnya

Kang Nasir, Santri Tunanetra Penghafal Al Quran

26 Mei 2022
294

Lelaki itu, meskipun dengan tertatih dan meraba-raba, mencari posisi nyaman untuk mendaras Al Quran. Ia sudah hafal seluk beluk pojokan komplek...

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Kang Sumargono, Sang Singa Podium dari Kebumen

Kembali kepada Diri Itu Perlu dalam Berkorelasi (1)

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Pengunjung

  • 57,785

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply