Penampilannya di podium saat tampil pada lomba pidato maupun Musabaqah Syarhil Quran (MSQ) membuat seluruh santri Pondok Pesantren Madrasatul Quran (MQ) Tebuireng terkesima, takjub hingga terpana.
Suara lantangnya menggelegar, tegas, dan jelas sebagai ciri khas. Penyampaian bahasanya sederhana membuat mudah dimengerti oleh siapapun yang mendengar pidatonya.
Banyak santri kala itu yang mengidolakannya dan sepakat: dia adalah dai masa depan yang akan merajai mimbar-mimbar podium dengan nasihat-nasihat keagamaannya.
Kang Sumargono berasal dari Kebumen. Setelah lulus SMAN 1 Karanganyar Kebumen, ia berkeinginan besar untuk mesantren dan “tholabul ilmi” ke MQ Tebuireng pada 1997. Di pesantren ini, pada era 1990-an, meskipun seorang santri sudah lulus SMP atau SMA tetap harus mengulang ke jenjang I’dadiyah (sekolah persiapan sebelum masuk ke jenjang Tsanawiyah) atau langsung ke jenjang Madrasah Tsanawiyah.
Tapi, itu bukan patokan. Standarnya adalah bisa mengikuti program-program kelas yang sudah disediakan, terutama di dalam menguasai ilmu-ilmu alat (tata bahasa Arab). Bagi santri yang sudah memiliki dasar ilmu-ilmu alat dapat mengikuti program lebih tinggi, Tsanawiyah atau Aliyah. Tentu, setelah lolos seleksi ujian penempatan kelas.
Kang Sumargono sendiri masuk ke jenjang I’dadiyah satu tahun dan Tsanawiyah tiga tahun, sebuah bekal yang cukup untuk memahami dasar-dasar ilmu keislaman. Selepas Tsanawiyah, ia mengambil program kuliah di Universitas Hasyim Asyari Tebuireng pada Program Studi Akhwalus Syakhsiyah (hukum perdata Islam).
Semasa di pesantren, selain lihai berpidato, Kang Sumargono sering mendapat job sebagai “Master of Ceremony” (MC). Ia andalan pesantren terutama pada acara khusus wisuda hafidh setelah masa Ustadz Ridho Amir dan Ustadz Miftahul Huda. Debutnya dimulai pada wisuda 1999.
Seakan-akan wisuda kurang sempurna manakala bukan Kang Sumargono yang menjadi MCnya. Ketika dia sudah kembali ke kampung halamannya, panitia wisuda masih tetap memohon kesediaannya untuk menjadi pemandu acara wisuda hingga terakhir pada wisuda tahun 2018.
Kang Sumargono kini sudah kembali ke kampung halaman. Dia benar-benar menjadi singa podium, berdakwah dari satu kampung ke kampung lainnya, mengisi ceramah di berbagai majelis taklim, menjadi idola mbak-mbak Fatayat NU, bahkan ibu-ibu Muslimat NU.
Pada pagi hari, dia mengabdikan dirinya di MTs Ma’arif Wagirpandan. Sore harinya menemani anak-anak mengaji di TPQ yang dikelolanya bersama masyarakat desa.
Kang Sumargono juga aktif di Nahdlatul Ulama dan banom-banom NU, berbagai jabatan pernah diembannya. Hingga kini, dia tercatat sebagai Rois Syuriah MWC NU Rowokele, Kabupaten Kebumen. Semoga dakwah dan Khidmatnya selalu membawa keberkahan dan memberi kesejukan kepada masyarakat.