Guruji is the “Divine Light”, came to bless and enlighten humanity. Guruji was born in his mortal avatar as Gurukul at 1970, in Center Java.
***
Menurut Guruji, sejarah ritual manusia di bumi ada tiga macam. Pertama, mantra; kedua, Yoga; dan ketiga, Persembahan.
Sebelum Nabi Muhammad lahir, antara ketiganya berjalan sendiri-sendiri secara parsial. Kepada kelompok mantra, mereka diwariskan kitab-kitab suci. Dari kitab suci itu ada yang diwiridkan, dibaca secara berulang-ulang. Dari Yoga, mereka diwariskan tapabrata, puasa, dan sejenisnya yang berkaitan dengan olahkanuragan. Kepada kelompok persembahan, mereka diwariskan untuk melakukan sesembahan sesuatu sebagaimana Qabil dan Habil, sapi pada masa Nabi Musa, manusia pada masa Nabi Ismail (ini terus berlangsung hingga masa Nabi Muhammad).
Kelompok mantra membuka majelis Sanggha seperti pada kalangan Buddha dengan biara, serta tempat-tempat ibadah lainnya.
Kelompok Yogya, biasanya mereka melakukan olahkanuragan di bukit-bukit dan gunung-gunung secara sendiri-sendiri. Sementara sesembahan biasa dilakukan di tempat umum.
Sejalan dengan perjalanan sejarah, antara mantra dan yoga disatukan pada masa Nabi Muhammad melalui sholat. Bagi yang sungguh-sungguh, bukan hanya kekhusyukan, tapi mi’raj. Mampu berkontemplasi, meninggalkan raganya menuju alam ilahiah. Ada yang bilang, mi’raj itu sama dengan moksa sesuai dengan keyakinannya.
Lalu, Bang Mus bertanya, “Di mana posisi berpikir sebagai salah proses yang merubah wujud dunia?”
Dengan terkekeh, Guruji menggores tali gitarnya, jreng!
***
Mas Eko Sang Einstein, tangannya mulai menarik sebatang Samsu dari bungkus yang tergeletak, sembari bersiul-siul.
Aziz yang hendak mandi sore itu matanya mengintip-intip dari balik kaca jendela yang tertutup koran. Di pundaknya tersampir handuk kecil, putih yang sudah mulai pudar. Ia menyandarkan punggungnya di tembok sambil sesekali melirik ke kamar Pakno.
Kamar mandi di samping kamar Guruji, pintunya tertutup. Damyati dan Firman sedang berlomba , menyiram tubuh. Sementara Kosasih Sabeni sepertinya belum pulang kuliah di Uncok.
“Ngene, Zis,” ujar Guruji yang merasa dimata-matai seperti menyentak kuping, “fungsi kitab suci itu mengikat semua pikiran liar manusia. Tapi, kitab suci itu juga ada cerita pembuatannya.” Di depan Guruji, Mas Eko sudah menyedot Samsu di tangannya, sambil sesekali menyeruput kopi satu mug berwarna cokelat. Keduanya biasa join satu gelas kalau urusan minum kopi. Sesekali Mas Eko membolak-balik buku terjemahan, Eche Homo dan Sabda Zarathustra.
Aziz yang ketahuan merasa memata-matai beranjak maju, lalu duduk di muka pintu sambil melongo seperti biasanya.
Tiba-tiba, Asep datang menyeruduk. Tidak berbaju dengan balutan handuk di badannya. Ketika melihat kamar mandi masih ada orangnya dan Aziz duduk di muka pintu kamar, Asep memutar balik langkahnya. Lalu, duduk di kursi depan kamar, di bawah pohon belimbing. Ia tertawa, terpingkal-pingkal. Memegang perutnya.
Aziz melirik cuek, sambil menunggu untaian kata-kata dari Guruji selanjutnya.
Tapi, Guruji tidak melanjutkan kata-katanya. Ia malah memetik gitar, mengalihkan perhatian Mas Eko.
***
Hari itu, Guruji berkata kepada Bang Mus yang sedang duduk di kursi kos Garuda yang sering bocor kala musim hujan. “Ngene lo, Mus, tak ceritani tentang sejarah pembukuan.”
Bang Mus yang baru tiba langsung mencopot jaketnya, lalu duduk pula di kursi yang dibatasi oleh meja bundar. Bang Mus lalu mengeluarkan sebungkus rokok 76 kretek andalan. Dari mulutnya mengepul asap tebal. Ia asyik memainkan jarinya. “Pembukuan opo, Kang, aku urung enthuk proyekan,” sambat Bang Mus.
Guruji tertawa, cengengesan. “Hehehe, kene tak ceritani!” Lalu, tangannya meraih sebatang rokok 76 kretek dari bungkus yang sama.
Hari itu, Guruji bersinau kepada Bang Mus. “Ngene lo, Mus, pembukuan sing tak maksud,” ujarnya sembari menyedot dalam-dalam kretek 76 di tangannya.
Bang Mus manthuk-manthuk, mireng ake.
“Kabeh-kabeh sekabehane iku dibukokno. Sholat maktubah artine dibukokno. Poso iku yo dibukokno, “Kutiba ngalaikumus shiyam”, terus sak piturute Kalam Suci yo dibukokno. Mugi yo diarani Al Kitab amergo dibukokno. Lha, ceritane dibukokno kui ono sejaarahe. Ono sing mbukokno.
Wis tak Maghriban sik selak dientheni jama’ah.” Guruji berlalu meninggalkan Bang Mus setelah mematikan rokoknya di asbak.
Cirebon, 24 Maret 2022.