Di antara sahabat yang paling rajin dan setia adalah dirinya, Ta’yinul Birri Bagus Nugroho. Putera Susulan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kepribadian yang langka dimiliki oleh banyak kalangan, mengabdi tanpa pamrih.
Di antara sahabat-sahabat yang sukses berproses, selain Dr. Almarhum Alfatih Suryadilaga, (Doktor by processed) Mustofa Acep, Dr. K.H. Fahrur Rozi, dan Abu Rois Sang Juragan Nadi Pustaka, dan Zulmanni Sang Novelis, Den Bagus Ta’yinul Birri adalah yang paling agresif. Jika yang lain berpedoman “alon-alon asal klakon”, namun tidak baginya. Ia aktif turun ke bawah, menyapa masyarakat dan “stakeholder”.
Den Bagus Ta’yinul Birri memang tipe orang yang tertib. Ia rajin bebersih. Motor kesayangannya selalu mengkilap sedap dipandang mata. Sejak dari kamar, ia sudah mewangi, membuat betah orang-orang di dekatnya. Begitu pula dalam hal administrasi, ia sudah rajin dan terlatih kerja-kerja birokrasi. Maka, tidak heran, jika kemudian Den Bagus Ta’yinul Birri bisa diterima sebagai pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) pada Kementerian Agama RI. Semasa di KUA, Den Bagus Ta’yinul Birri banyak dikenal oleh tokoh-tokoh masyarakat, ulama, dan ibu-ibu di kampung. Tak jarang, tugasnya merangkap sebagai “naib” untuk memimpin doa dalam sebuah ritual dan hajatan.
Sebelum bertugas di Jakarta, Den Bagus Ta’yinul Birri menjabat di beberapa kepala kantor. Terakhir, di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Berkat agresivitasnya, karirnya begitu cepat menembus awan. Hal yang jarang diperhitungkan orang.
Saban Sabtu dan Minggu, Den Bagus Ta’yinul Birri menyempatkan diri pulang ke kampung halaman. Tempat keluarganya tinggal. Di kampung itu, ia masih “semrawung” menghidupi kegiatan kepemudaan pada Gerakan Pemuda Ansor. Turut urun rembug dalam kepengurusan hingga mendapat berkah doa dari para sesepuh.
Di dalam pesannya kepada sahabat-sahabat GP Ansor yang baru selesai Konferancab Bringin; “Tunai sudah tugasku, monggo dilanjutkan sahabat Muntaha dan jajaranya nanti. Pesanku: ‘Sahabatku, apapun yang telah kau lakukan ga perlu diingat-ingat secara serius, karena itu akan membuatmu kecewa..Akan ada orang yang ‘nebeng’, merasa iki berkat aku, nak ora aku ora mungkin iso ataw apapun dari yang nanti engkau lakukan, bahkan jasamu nanti akan dilupakan dan dibelokkan; atau diganti orang baru yang berperan juga ‘nembe mawon’; Itu sdh biasa.
Yang kedua akan ada orang yang memanfaatkanmu demi nama dan tujuannya dan setelah berhasil kau akan ditinggalkannya. Jangan khawatir, tata ‘niat’ semata untuk tetap berkhidmat di organisasi demi agama, bangsa, negara, dan keluarga.”
Penulis: Goesd
Editor: Goesd