Kegilaan telah mendapat tempat tersendiri pada wacana susastra Arab. Kisah Laila Majnun adalah yang paling fenomenal dan dikenal. Dari kegilaan ini sebenarnya telah menarik minat filsafat untuk membicarakannya. Dari pembicaraan itu, maka muncullah ilmu-ilmu khusus tentang kejiwaan seperti Psikiater, Psikoanalisis, dan Psikologi. Kegilaan dapat diteliti dari aspek-aspek luar melalui uji klinis. Begitu pula, dari aspek inheren, dapat dilihat dari aspek kejiwaan hingga pengaruhnya pada sejarah.
Dari aspek kejiwaan, kegilaan dapat diteliti sebab-sebabnya; faktor apa yang mempengaruhinya? Secara umum, kegilaan adalah gejala-gejala umum yang melanda instabilitas masyarakat.
Ada masa-masa tenang karena keteraturan dan hukum-hukum yang dapat ditegakkan. Namun, ada pula fase ketika masyarakat tidak mampu mengendalikan diri hingga terjerumus pada kekacauan.
Dari aspek psikis pula, kegilaan dapat melanda kaum sufi yang benar-benar tenggelam dan merasuk ke dalam alam pikiran dan perasaannya. Sehingga tidak dapat lagi dikendalikan. Ia tenggelam syathahat dan ketidakteraturan bahasa. Berikut sekelumit cerita yang dapat dihadirkan dari kitab Uqala Al Majanin;
Dikisahkan suatu hari kota Basroh dilanda kekeringan dan hujan telah lama tidak turun.
Atha Al Silmi bercerita : Saya pergi keluar untuk mengikuti shalat istisqa’, di tengah perjalanan saya bertemu dengan Sa’dun (orang yang dianggap gila oleh masyarakat Basroh). Maka terjadilah dialog di antara kami:
Sa’dun : wahai Atha’ hendak pergi kemana engkau?
Atha’ : pergi untuk mengikuti shalat istisqa’
Sa’dun : Engkau hendak sholat dengan hati yang melangit atau dengan hati yang kosong?
Atha’ : dengan hati yang melangit
Sa’dun : jangan pamer, sesungguhnya Dia maha melihat
Atha’ : ysng ada hanyalah apa yang ku katakan kepadamu. Mari memohon hujan bersama kami.
Sa’dun tidak menjawab, tapi menengadah ke langit dan berkata : Saya tidak akan bersumpah kepadaMu, kecuali Engkau menurunkan hujan untuk kami.
Lalu Sa’dun melantunkan sya’ir :
Wahai Zat yang apabila diminta selalu mengabulkan.
Dengan keagunganNya tercipta awan
Wahai Zat yang berbicara kepada Musa yang percaya.
Benar-benar bicara lalu mengilhamkan jawaban.
Wahai Zat yang mengembalikan Yusuf setelah sengsara,
Kepada Ya’kub yang telah menangis begitu lama
Wahai Zat yang mengutus Ahmad,
Memberinya kerasulan dan kitab.
Berilah kami hujan.
Tiba-tiba langit penuh dengan air hujan.
Sa’dun adalah Abu Atha’ Said Al Majnun
Dinukil dari kitab Uqala Al Majanin