Apakah kata “Bizantium” telah menggugurkan kata “Al Rum” dalam Al Quran? Sementara, “qarinah”, makna konotatif yang dimaksud kata Al Quran tersebut adalah Bizantium sesuai fakta zamannya.
Meskipun demikian, eksistensi Bizantium sebagai sebuah imperium memang berlatar belakang dari Kekaisaran Romawi (Al Rum) Kuno yang berpusat di Kota Roma. Untuk sebutan, Kota Roma adalah Romawi Barat sementara Konstantinopel adalah Romawi Timur. Tidak masalah dari kronologi peristiwa sejarahnya meskipun komentator muslim menyebutnya telah terjadi pengaburan makna kata, dari Al Rum kepada Bizantium.
Pasang Surut Sejarah Suku-bangsa Yunani
350 tahun sebelum Masehi, suku-bangsa Makedonia (Yunani) melakukan ekspansi besar-besaran ke dunia Timur dan Mesir. Alexander the Great (356-323 sebelum Masehi) membuka babak baru filsafat bersentuhan dengan realitas yang beragam. Namun demikian, baik kalangan filosof maupun sejarawan sering membedakan dua kutub yang sebenarnya tidak ada. Antara akal (filsafat) dan rasa (mistik). Dalam sejarah filsafat, malah sering disebut filsafat berhenti setelah masa ekspansi (Hellenisme) ini sehingga memunculkan masa nabi-nabi yang lebih banyak mempersoalkan tentang teologi dan keimanan. Hellenisme sendiri bermakna pertemuan budaya dan filsafat antara Yunani dan Dunia Timur (Persia, India, dan China).
Suku-bangsa Yunani mengalami konflik peradaban cukup lama dengan Persia. Silih berganti saling menyerang.
Perang antara Yunani dan Persia disebut Perang Persia yang berlangsung sejak 499 sampai 449 sebelum Masehi atau selama 50 tahun. Perang tersebut terjadi antara Kekaisaran Akhemeniyah melawan negara-negara kota di Yunani. Pemicu perang besar ini diawali dari penaklukan Ionia oleh Koresh Agung (576-530 sebelum Masehi) pada 547 Masehi. Koresh menempatkan seorang Tiran di Ionia sehingga menjadi sumber masalah hubungan antara Yunani dan Persia.
Koresh Agung, namanya dikenang dalam Al kitab Ibrani sebagai pelindung dan pengirim suku-bangsa Yahudi. Namanya disebut sebanyak 23 kali baik secara terang maupun samar.
Koresh Agung disebut pula sebagai penguasa pada masa akhir pembuangan Babilonia. Ia mendapat perintah dari Allah untuk membangun kembali Baitul Maqdis dan memulangkan suku-bangsa Yahudi ke Tanah Kanaan (Israel). Ia mengembalikan barang-barang suci yang dirampas dari Baitul Maqdis Pertama, membelikan bahan-bahan bangunan, dan mengeluarkan dekrit untuk tatakelola Rumah Suci.
Masa akhir pembuangan Babilonia adalah peristiwa pengasingan dan pembuangan suku-bangsa Israel dari Kerajaan Yehuda kuno ke Babilonia oleh Nebukadnezar II pada 586 sebelum Masehi. Peristiwa pembuangan ke Babilonia dan kepulangan mereka ke Israel, serta pembangunan kembali Baitul Maqdis merupakan peristiwa penting dalam sejarah suku-suku-bangsa/agama Yahudi. Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi perkembangan budaya dan tradisi suku-bangsa Yahudi berikutnya.
Bintang Bulan Sabit
Perang Persia telah melibatkan banyak suku-bangsa dan wilayah, diantaranya adalah daratan Yunani, Thrakia, Kepulauan Aigea, Asia Kecil, Siprus, dan Mesir. Begitu pula, suku-bangsa Sparta dan Athena.
Seperti peradaban besar lainnya, Kekaisaran Romawi tidak berdiri sendiri. Dua suku-bangsa besar, Roma dan Yunani, pada hakikatnya adalah satu meskipun berbeda wilayah. Kisah legenda Aineias, pahlawan Troya, menyebutkan suku-bangsa Roma adalah kelanjutan dari kejayaan Yunani.
Namun demikian, tidak ada kata sepakat waktu Kekaisaran Bizantium mulai berdiri. Setidaknya, ada tiga pendapat yang mengatakan, pertama, masa Diokletianus (284-305 Masehi) yang melakukan reformasi pemerintahan yang membagi kerajaan menjadi Pars Orientis dan Pars Occidentis. Kedua, masa Theodosius I (379-395 Masehi), saat kekaisaran terpecah menjadi Timur dan Barat. Ketiga, pada 476 Masehi, ketika Roma dijajah untuk ketiga kalinya yang menandakan kejatuhan Barat, sehingga kekuasaan di Timur (Yunani) menjadi kekaisaran tunggal. Kaisar Konstantinus I memindahkan pusat pemerintahan dari Nikomedia (Anatolia) ke Bizantium (yang menjadi Konstantinopel) pada 330 Masehi. Kata Konstantinopel berarti “Kota si Konstantinus”.
Asal usul Kekaisaran Bizantium berawal dari legenda Byzas dari Megara, sebuah kota kecil dekat Athena. Setelah Byzas berlayar ke arah Timur Laut, melewati Laut Aegea, dalam rangka mendirikan sebuah kota baru, ia meminta petunjuk dari seorang paranormal. Setelah menemukan tempat yang dituju di dekat kota Khalsedon, Byzas pun mendirikan kota dengan namanya sendiri, Byzantion. Bizantion menjadi cepat ramai karena satu-satunya jalan menuju ke Laut Hitam.
Sebagai wilayah perlintasan dan pusat keramaian, antara Benua Eropa dan Benua Asia, Bizantium atau Konstantinopel merupakan kota heterogen budaya dan agama. Tidak saja peperangan antar suku-bangsa, konflik budaya dan agama juga sering terjadi.
Peristiwa penting yang pernah terjadi diantaranya adalah ikonoklas dan ikonodul. Sebagaimana Kaisar Leo III (685-741 Masehi) pada 726-730 memberikan maklumat untuk penghancuran simbol-simbol agama. Peristiwa ikonoklas pernah terjadi di Arab Saudi ketika paham ekstrimisme Wahabi-Salafi memberi fatwa penghancuran kuburan-kuburan sahabat Rasulullah Saw karena dianggap syirik. Perbuatan tersebut sudah mengarah kepada kuburan Rasulullah Saw, namun dicegah oleh umat Islam seluruh dunia, terutama dari Jawa.

Maklumat Kaisar Leo III tersebut dipengaruhi oleh tiga sebab diantaranya adalah, pertama, usaha kaisar untuk memperlemah pengaruh para pemuka agama yang sangat berperan penting dalam gerakan spiritual jemaat. Kedua, kebiasaan kaisar untuk menentukan kebijakan agama. Ketiga, kaisar bermaksud untuk menghilangkan praktik kultus terhadap simbol-simbol agama yang dipandang sesat.
Namun, gereja-gereja ortodoks menentang maklumat Kaisar Leo III tersebut. Sebagaimana Santo Yohanes (674-749 Masehi), Imam Gereja, di Damaskus, melakukan gerakan Ikonodul (mendukung simbol-simbol dan gambar orang-orang suci). Perbedaan yang menyolok antara gereja Barat (Roma) dan gereja Timur (Konstantinopel, kemudian Rusia, dan gereja-gereja Timur lainnya).
Penggambaran Bintang Bulan Sabit menjadi Ikonodul tersendiri bagi suku-bangsa Bizantium. Bulan Sabit merupakan simbol Dewi Bulan dan Bintang yang mewakili Dewa Matahari sebagaimana dewa-dewi yang sudah ada di zaman Yunani Kuno. Telusuran hasil penelitian mengungkapkan pula pada masa Hellenisme di lembah Mesopotamia sudah berkembang penggunaan Bintang Bulan Sabit untuk simbol-simbol kedinastian.