Seorang wali atau dalam terma yang lebih penting adalah orang yang sangat dekat kepada Allah sehingga semua keinginan dan hajatnya terijabah seketika. Namun, wali tersebut menjadi kajian serius ke dalam dua kategori, sosial dan Al Quran. Kebanyakan, wali banyak mewarnai khazanah kesantrian umumnya secara sosial daripada wali yang sudah nyata disebutkan oleh Al Quran. Berikut dapat disimak fenomena santri santri gondrong yang ditulis oleh Tuan Guru Dzulmanni Al Banjari. (Redaksi).
Menelaah yang Baik
Sejak lama, saya memendam sejumlah pertanyaan yang baru sekarang dapat dipublikasikan dalam rupa tulisan singkat dan sederhana ini, yakni: kenapa paragus bahkan habaib di negeri kita banyak yang gondrong rambutnya? Apakah sekadar hobi atau ada alasan tertentu yang kuat mendasarinya? Apakah gondrongnya rambut mereka membuat mereka merasa lebih macho dan percaya diri? Adakah dalil sahih yang bisa dijadikan untuk hal tersebut? Bukankah itu bisa dikatakan “tasyabbuh” (menyerupakan diri) dengan kaum wanita?
Barangkali, Anda, parapembaca sekalian, ada yang bertanya balik: “Kok, baru sekarang, sih? Bukankah fenomena pria berambut gondrong ini sudah sejak lama muncul di negeri kita? Apakah tidak terasa basi dan ketinggalan zaman membahas hal semacam ini? Apa relevansinya dengan masa sekarang, yakni era global dan zaman now ini?” Dan, mungkin masih ada pertanyaan lain di benak Anda. Tapi, saya pribadi merasa penting membahas hal dan fenomena yang tampak sepele ini selama paragus masih ada yang berambut gondrong.
Perlu saya tegaskan terlebih dahulu bahwa saya menaruh hormat dan takzim kepada paragus apalagi habaib yang merupakan zuriat Rasulullah saw. Pun, kepada paragus, mereka adalah putera putera kiai di negeri ini. Tulisan ini dibuat bukan untuk menilai satu dua gus dan/atau habaib, melainkan untuk keseluruhan secara umum. Tidak ada tendensi tertentu, selain niat untuk menelaah bersama sehingga ada nuansa dan kesadaran baru di masa mendatang.
Andaikan saja mereka yang berambut gondrong itu adalah anak anak punk, kelompok jalanan, paramusisi rock metal, paradukun dan paranormal, atau kaum awam secara umum sudah barang tentu tulisan ini tidak perlu dibuat. Maklum, kalau mereka begitu. Mereka dasar agamanya mungkin lemah. Tapi, kalau paragus alias anak anak kiai dan ulama, apalagi seorang habib, juga ikut berambut gondrong, nah ini baru suatu persoalan yang patut dijadikan bahan pembahasan. Meski, tidak mendalam alias masih dangkal. Tidak apa apa. Yang penting kita wacanakan dulu saat ini.
Secara normatif, dari kacamata agama khususnya Islam, saya tidak pernah mendapatkan ada dalil dari Al Quran maupun Sunnah dan juga pandangan paraulama tentang bolehnya pria muslim berambut gondrong. Nabi Muhammad saw sebagai teladan umat, beliau tidak pernah berambut gondrong, padahal zaman itu barber shop atau salon pangkas rambut belum ada. Sekarang? Di mana mana ada salon pangkas rambut dengan upah yang terjangkau. Jadi, kalau kita meneladani beliau hendaknya jangan ada pria muslim yang gondrong rambutnya, apalagi paragus dan habaib. Bukankah mereka paham hukum agama? Tidakkah mereka seyogianya meneladani Rasulullah saw?
Lebih jauh lagi, jika kita lihat sabda Nabi saw maka memanjangkan atau menggondrongkan rambut itu jelas termasuk kategori “tasyabbuh” dengan kaum perempuan. “Man tasyabbaha bi qawmin fahuwa minhum”; barang siapa menyerupai suatu kelompok maka ia termasuk bagian dari kelompok tersebut. Dalam konteks ini, apabila seorang lelaki muslim memanjangkan rambutnya maka ia sama atau identik dengan wanita. Dan, ini haram hukumnya.
Dari segi adat budaya, jelas tidak patut seorang lelaki muslim berambut gondrong, apalagi gondrongnya kelewatan, sampai ke pantat misalnya. Jelas, tidak pantas dan secara umum tidak nyaman dilihat. Sebab, rambut panjang itu pasnya hanya untuk kaum perempuan. Bukan laki laki. Apalagi muslim.
Dari segi ekonomis, pun juga bisa dilihat betapa rambut panjang itu perlu sampo yang banyak untuk keramas. Ini tentu pemborosan dan tidak ekonomis sama sekali. Belum lagi, soal ketombe dan kutu yang mudah dan senang berumah di kepala orang yang gondrong rambutnya. Ini tentu menjadi masalah tersendiri bagi si gondrong.
Sejujurnya, fenomena rambut gondrong tidak ada kaitannya dengan meningkatnya rasa percaya diri atau macho. Apalagi mitos kejantanan di atas ranjang dengan pasangan (isteri) kala berhubungan intim. Itu semua hanya mitos yang tidak ilmiah sama sekali.
Jadi, izinkan kami memberi saran kepada siapa pun pria muslim yang sekarang rambutnya panjang alias gondrong, hendaknya segera bercukur. Bagus lagi kalau dilakukan di hari Jumat. Sunnah dan berpahala. Sejauh yang kami ketahui, fenomena rambut gondrong adalah fenomena budaya Barat, terutama para-rocker yang memainkan musik metal dengan gaya dan semangat yang tinggi dan cadas. Tidak semua yang datang dari Barat itu baik, dan sebaliknya tidak semuanya buruk. Karena itu, kita perlu menyimak lagi sebuah lagu dari Bang Haji Rhoma Irama dalam lagunya yang berjudul Modern. “Saringlah dulu apa yang datang dari Barat! Jangan asal telan! Ambil isi dan campakkanlah kulitnya! Ambil yang baik dan campakkan buruknya!” Bagaimana, guys, sepakat?