“Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa tersebut mau mengubah nasibnya sendiri,” demikian Firman Allah dalam surah Al Ra’d ayat 11.
Ayat di atas adalah ayat “revolusioner”, ayat yang mendorong umat dan bangsa melakukan perubahan mendasar dan berkelanjutan. Tidak saja ayat di atas, semua ayat bagi kami adalah berwatak revolusioner. Karena, Al Quran bisa dibilang Kitab Revolusioner. Kitab perubahan besar besaran di segala bidang kehidupan.
Sebagai Kitab Revolusioner, tentu Al Quran banyak melakukan kritik kritik sosial maupun teologis. Sehingga, tidak mudah bagi suku-bangsa Arab pada saat itu untuk menerimanya. Namun, seiring berjalan waktu, Al Quran merupakan Kalam yang memiliki kualitas unggul bagi bahasa dan ilmu pengetahuan pada zamannya hingga sekarang. Dan, Al Quran senantiasa relevan dan aktual untuk dijadikan cerminan bagi akhlak dan perilaku umat manusia dari zaman ke zaman.
Sekarang, kita membuka matahati dan kepala kita tentang situasi di negara kita sendiri baru baru ini. Pemerintah kembali menaikan harga BBM. Bahasanya halus, penyesuaian harga. Eufimisme ini namanya. Intinya jelas, harga Solar, Pertalite, Pertamax dan gas LPG dinaikkan sejak Sabtu, 3 September 2022 lalu. Reaksi penentangan pun jelas. Paramahasiswa berdemo di mana mana, pun juga segenap tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kaum buruh. Mereka semua sepakat, menolak kenaikan BBM.
Alasan mereka pun jelas, kenaikan BBM pasti diiringi kenaikan harga barang, mulai sembako hingga bakso dan cemilan. Alhasil, semua harga pasti akan ikut naik, yang turun hanya hargadiri kita selaku bangsa yang sudah 77 tahun merdeka. Dengan dinaikkannya harga BBM, pantaskah kita bilang kita sudah merdeka? Rasanya kata tersebut terasa hambar di lidah kita semua.
Namun demikian, sekali kebijakan diambil, pantang ditarik kembali. Tak ada orang yang mau menjilat kembali ludahnya. Karenanya, ujung ujungnya bisa ditebak, rakyat pasti kalah dan atau terpaksa mengalah dengan rezim pemerintah yang ada. Sebuah drama politik ekonomi yang megah dan menakjubkan di tengah karut marutnya ekonomi dan sosial-politik di banyak negara di dunia.
Belum lagi, ketika berbicara Palestina yang masih terus berjuang untuk bisa merdeka dari penjajahan Is(z)rael. Masjidil Aqsa masih terus saja menjadi ladang konflik yang seolah abadi. Umat Islam memang diberi Allah musuh yang tangguh, setangguh zionis Is(z)rael. Ini menunjukkan bahwa umat Islam memang umat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Tidak seru pertandingan jika musuh yang jadi lawan tanding tidak selevel. Jadi kita patut bersyukur dijadikan Allah selaku umat terbaik dan umat yang tangguh, bahkan kelak terbukti menjadi yang paling tangguh di dunia sesuai dengan hadis Rasulullah: “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang membela kebenaran dan mereka tidak takut dengan risiko apa pun.”
Dunia memang terlanjur melangkah jauh melampaui kemampuannya mengatasi masalah masalah kemanusiaan yang kian lama kian mengerikan. Perang Rusia-Ukraina belum padam. Konflik Palestina Is(z)rael juga masih terus terjadi meski reaksi penentangan ada di mana mana. Bahkan, Iran, Turki, dan Rusia kabarnya bersekutu untuk meneruskan agenda lama, menghapus Is(z)rael dari peta dunia.
Perang Dunia III memang sedang berlangsung dengan akibat yang tak mudah diprediksi. Yang paling nyata ialah dampak kenaikan BBM di negeri kita yang segera akan disusul dengan kenaikan harga harga yang lain. Kondisi ini memang sangat mengkhawatirkan jika tidak bisa diatasi segera oleh pemerintah. Bisa bisa kita jadi negara bangkrut seperti Sri Langka.
Diakui atau tidak, negara ini sejak lama memang salah urus dan kelola. Sumberdaya alam yang melimpah bukannya menjadi Rahmat bagi seluruh rakyat, melainkan Rahmat bagi segelintir kaum elit yang rakus dan tidak peduli kepada nasib rakyat. Saatnya pemerintah total berpihak ke rakyat. Kembalikan hak hak rakyat, jangan hanya BLT saja. Itu, kan, hanya sekadar hiburan sementara bagi rakyat. Yang dibutuhkan adalah solusi permanen dengan cara pemberdayaan UMKM secara terus menerus, meningkatkan kesejahteraan paraguru, menguatkan bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta bidang keamanan dan kedaulatan NKRI.
Lebih dari itu, penegakan hukum juga tak kalah pentingnya. Kasus FS dan kanca kancanya harus tuntas. Juga kasus korupsi yang ada di Jiwasraya, Asabri, kasus Surya Darmadi, dan masih banyak kasus hukum yang lain. Kapan lagi, pemerintah akan menunaikan janji janji kampanyenya kalau bukan sekarang. Ingat, seluruh rakyat kini menagih janji pemerintah. Dan, untuk kesekian kali janji itu ternyata masih berupa pepesan kosong belaka.