Idul Adha atau perayaan sesembelihan diperingati oleh umat Islam sedunia dengan mengorbankan binatang ternak kambing, sapi, kerbau, atau onta. Korban ini ditujukan untuk berqurban (mendekatkan diri pada Allah Taala). Di dalam sejarahnya, Idul Adha merupakan ibadah napak tilas umat Islam terhadap Nabi Ibrahim as yang mengorbankan puteranya, Ismail as. Di dalam sejarah purba, pengorbanan dengan menggunakan media manusia adalah hal biasa. Sudah menjadi bagian penting dari prosesi ritual setiap suku-bangsa.
Selain udhiyah (sesembelihan qurban), Idul Adha juga merupakan ibadah haji. Ibadah fisik yang berprestasi ziarah (the pilgrims). Maka, salah besar, jika kemudian ziarah bukan merupakan ritual yang tidak diajarkan Rasulullah saw. Tujuan dari ziarah ini adalah menapaktilasi sejarah nabi-nabi, mulai dari Nabi Adam as di Padang Arafah, Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as di Mekkah, serta Nabi Muhammad saw di Madinah. Semua rangkaian ibadah haji adalah berbentuk ziarah.
Ibadah qurban merupakan salah satu dari tiga serangkai model ibadah. Sejak zaman purba, terdapat tiga model ibadah, yaitu yoga, mantra, dan korban. Semua agama mengajarkan tiga model ibadah ini. Hanya saja, berbeda dari segi bentuk, macam, waktu, tempat, dan bahasa yang digunakan.
Di dalam ibadah haji, umat Islam harus melakukan yoga (ibadah badaniah seperti puasa, sholat, sai, tawaf, wukuf, dan melempar jumrah), membaca mantra (doa dan Al Quran yang dibaca berulang-ulang), serta qurban atau dam (denda).
Sejarah qurban juga sudah berlangsung sejak masa Nabi Adam as. Ketika kedua puteranya, Qabil dan Habil, diperintahkan oleh Allah Taala untuk mempersembahkan hasil usaha mereka. Qabil yang bertani diperintahkan berqurban dengan sayur-sayuran dan hasil tanamannya. Sementara Habil diperintahkan berqurban dengan binatang-binatang ternaknya. Persembahan Qabil dan Habil tersebut diperintahkan untuk ditaruh di atas gunung. Korban yang dimakan oleh burung-burung, maka itulah qurban yang diterima oleh Allah Taala. Maka, juga salah, jika upacara labuhan tidak pernah diajarkan dalam Islam. Faktanya, pernah dilakukan oleh putera-putera Nabi Adam as.
Yang perlu dipertanyakan adalah kenapa ternak-ternak qurban Habil yang diterima oleh Allah Taala?
Ulama memberi tamsilan, karena yang dipersembahkan oleh Habil adalah hewan-hewan ternak yang bagus-bagus dan gemuk-gemuk. Dengan keikhlasannya, Habil rela melepas qurban terbaiknya. Sementara Qabil, ia kurang ikhlas dalam melaksanakan qurbannya. Sehingga ia mempersembahkan sayur-sayuran busuk sebagai pelaksana perintah Allah Taala tersebut.
Ali Syariati 1933-1977), seorang sosiolog Iran, menggambarkan kehidupan sosial antara Qabil dan Habil.
Sebagai seorang peternak, Habil memiliki peluang lebih besar untuk berqurban, karena mobilitasnya tinggi dan dinamis. Ia bergerak dari savana ke savana, dari oase ke oase, mencari padang rumput hijau, hingga sumber sumber air. Dari pola dinamis ini, Habil memiliki pandangan luas dan penuh keikhlasan. Berbeda dengan Qabil yang hidup dari ketergantungan. Pikirannya tidak luwes dan penuh syak wasangka. Padahal, dalam berqurban dibutuhkan kerelaan dan keikhlasan untuk membunuh atau meninggalkan nafsu-nafsu hewani yang bersemayam pada diri setiap manusia.