Sebagaimana telah dilansir oleh hanyasaya.wordpress.com, sejarah hidup K.H. Prof. Dr. Said Aqil Siroj (selanjutnya ditulis Kang Said) penuh dinamika. Tidak saja secara struktural (akademisi dan Ketua Umum PBNU), namun juga di wilayah kultural.
Dari segi struktural, sejarah perjalanan hidup Kang Said diawali dari pendidikan pesantren yang dilakoninya. Ia mengawali pendidikan dasarnya dari ayahnya dan Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon, tanah kelahirannya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Kang Said melanjutkan mesantren di Hidayatul Mubtadi’en Pesantren Lirboyo Kediri (1965-1970). Kang Said sempat mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Trbakti sebentar hingga kemudian melanjutkan ke IAIN Sunan Kalijaga dan Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (1972-1975). Selepas dari Pesantren Krapyak, Kang Said melanjutkan pendidikannya di Universitas King Abdul Aziz, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah (lulus 1982). Universitas Ummul Qura, Jurusan Perbandingan Agama (lulus 1987), dan memfokuskan studi akhirnya di bidang tasawuf di Universitas yang sama, Jurusan Aqidah / Filsafat Islam (lulus 1994).
Jenjang karir akademis dan organisasi Kang Said memang terbilang tidak tiba-tiba. Ia aktif di berbagai program yang turut mengasah “skill”nya dalam mengorganisir sebuah kepengurusan organisasi massa terbesar di Indonesia. Semasa kuliah di IAIN Sunan Kalijaga, Kang Said bersama sahabat-sahabatnya membuat “front” sebagai Sekertaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta (1972-1974). Aktivitas organisasinya terus terasah. Selama menjalani pendidikan di Mekah, ia menjadi Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987). Dan, setelah pulang dari Mekah, ia menempati posisi “previllage” di PBNU sebagai Wakil Katib ‘Aam PBNU (1994-1998), selanjutnya sebagai Katib ‘Aam PBNU (1998-1999), Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (Gandi) (1998), Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang), Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang), Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998), Ketua TGPF Kasus pembantaian Dukun Santet Banyuwangi (1998), Penasehat PMKRI (1999-sekarang), Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999), Anggota Kehormatan MATAKIN (1999-2002), Rais Syuriah PBNU (1999-2004), dan Ketua PBNU (2004-sekarang).
Dari segi kemampuan teknis, Kang Said melalui kegiatannya sebagai Tim Ahli Bahasa Indonesia di Surat Kabar Harian Al-Nadwah Mekkah (1991), dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Al-Quran (1995-1997), dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang), Wakil Direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999), MKDU Penasihat Fakultas di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang), Wakil Ketua dari tim Penyusun Rancangan AD/ART PKB (1998), Komisi Member (1998-1999), dosen luar biasa pada Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999 – sekarang), Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai anggota fraksi yang mewakili NU (1999-2004), Direktur Unisma (1999-2003), Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia (2001-sekarang), dosen Pascasarjana ST Ibrahim Makhdum Tuban (2003-sekarang), Dosen Universitas NU Solo (2003-sekarang), dosen Unisma (2003-sekarang), dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) 2010-2015 dan 2015-2020.