Gerakan agama dalam sejarah sejak masa Rasulullah Saw dapat mendirikan sebuah negara. Oleh karena itu, Michael H. Hart (lahir 1932), seorang astrofisikawan Yahudi-Amerika dan pengarang yang terkenal melalui bukunya “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History” menempatkan Rasulullah Saw sebagai sosok nomor satu paling berpengaruh di dunia. Memang, dalam diskusi-diskusi, model kepemimpinan Rasulullah Saw dapat ditafsirkan sebagai sebuah model negara ideal sehingga dapat pula ditiru oleh umat Islam. Namun, model kenegaraan Rasulullah Saw merupakan sebuah sistem yang tidak baku sehingga berbeda-beda dari masa-masa sahabat hingga sekarang.
Di samping didukung oleh kabilah-kabilah (suku-suku-bangsa) tegaknya sebuah dinasti memang memiliki figur agamawan yang berpengaruh, baik secara langsung seperti yang dilakukan oleh anak keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib maupun tidak langsung seperti di zaman Dinasti Umaiyah ketika kelembagaan ulama dan umara mulai terpisah.
Ketidakstabilan politik umat Islam pada umumnya memang mengakibatkan suku-suku-bangsa menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang diperkuat lagi oleh satu sistem berpikir radikal oleh seorang pemimpin (imam untuk sebutan bagi kalangan Syiah, sementara kalangan Ahlussunah wal Jama’ah terdapat varian-varian ragam seperti imam, syekh, amir, khalifah, atau maulana). Tergantung.
Dinasti Marin (1244-1465 Masehi)
Gerakan radikal yang dilakukan oleh Muhammad bin Tumart melalui organisasi keagamaan Al Muwahidun yang didukung penuh oleh suku-bangsa Barber Zaneta cukup lama mengambil peran selama hampir 150 tahun di sisi Barat Afrika Utara (Maghrib). Konfrontasi antaragama yang sudah diawali sejak Dinasti Al Murabithun terhadap Dinasti Alfonso di Kerajaan Kastilia, Spanyol, terus berlanjut hingga masa Dinasti Al Muwahidun. Dan, Dinasti Al Muwahidun pun melemah.
Dinasti Marin atau Marinid dibentuk pada 1244 Masehi, berpusat di Maroko. Mereka menggantikan Dinasti Al Muwahidun dalam menguasai Maghrib dari pertengahan abad ke-13 sampai abad ke-15. Dinasti Marin adalah penopang Dinasti Umaiyah di Granada, Andalusia. Sebagai penopang Dinasti Granada, tidak seperti Dinasti Al Murabithun dan Dinasti Al Muwahidun, Marin mewarisi kecakapan militer dan ketangguhan suku-bangsa Barber Zaneta.
Dinasti Marin berdiri sejak tahun 1248 Masehi ketika Abu Yahya berhasil menaklukkan Fez dan menjadikannya ibukota.
Dinasti Hafsin (1229-1574 Masehi)
Persaingan antar suku-bangsa yang didukung oleh gerakan keagamaan, dinasti-dinasti yang berkuasa di Afrika Utara sangat diwarnai oleh gejolak dan konflik di Timur Tengah. Terutama, pascakejatuhan Dinasti Umaiyah pada 750 Masehi dan Dinasti Abbasiyah pada 1258 Masehi. Kekuatan politik dan kekuasaan dengan pendekatan militer benar-benar sulit dibangkitkan lagi hingga masa kebangkitan Dinasti Turki Al Utsmani pada 1299 Masehi. Hal ini dipandang wajar karena jangkauan Hadarat Al Islam sudah sangat meluas dan tidak memungkinkan berada dalam satu genggaman kekuasaan politik.
Dengan demikian, perkembangan Hadarat Al Islam dari Cordova di Spanyol hingga Papua di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya yang dibangun oleh bermacam-macam suku-bangsa yang didukung oleh legitimasi agama.
Rasulullah Saw memang tidak meninggalkan jejak negara agama sebagaimana sistem “Kepausan” dalam tradisi Kekristenan. Tradisi Kepausan tidak cukup berhasil memengaruhi tradisi yang berkembang dalam Hadarat Al Islam sebagaimana Imamah (ulama sekaligus pemimpin politik, umara) hingga berdiri Negara Islam Iran di era pascakolonial, meskipun dalam pengertian tidak pernah benar-benar ada. Beberapa dinasti ada yang berhasil seperti Dinasti Al Fathimiyah dan Dinasti Al Muwahidun.
Hadarat Al Islam berkembang berdasarkan Al Quran yang telah dibukukan sejak mushaf Usmani tersebar. Salinan-salinan Mushaf Usmani yang dirujuk sebagai konstitusi utama atau “warisan” budaya yang disebutkan dalam sebuah hadis Rasulullah Saw, beserta tafsiran-tafsirannya di setiap masa dan waktu oleh ulama-ulama di kemudian hari. Meskipun terdapat varian-varian kecil kelompok yang secara radikal tidak menerima keabsahan dan kesahihan Mushaf Usmani tersebut. Mereka lebih mementingkan tafsiran-tafsiran personal sosok utama dari gerakan mereka daripada membuat suatu konstitusi baru untuk memperbaharui nalar sehat yang dibangun dalam mengakomodasi berbagai perbedaan dan perselisihan paham. Namun secara umum dan mayoritas, penerimaan Mushaf Usmani sebagai rujukan utama konstitusi berpikir umat Islam telah memisahkan otoritas ulama dan Umara sehingga perkembangan ilmu dan pengetahuan dapat cepat berkembang dan meluas. Dan, tujuan-tujuan politik-kekuasaan bukan satu-satunya tujuan utama sebagaimana cita-cita imamah.
Dinasti Marin dinisbatkan kepada Muhammad bin Abu Hafs, seorang Barber bersuku-bangsa Masmuda di Maroko. Semula, dia diangkat sebagai Amir Afrika (Ifriqiya) oleh Muhammad Al Nasir, salah satu pemimpin Al Muwahidun, antara tahun 1198-1213.
Dinasti Hafs merupakan kelompok yang kuat di antara suku-suku-bangsa pendukung Dinasti Al Muwahidun. Nenek moyang mereka adalah Omar Abu Hafs Al Hentati, anggota dewan sepuluh, sahabat dekat, yang dibentuk oleh Muhammad bin Tumart.
Nama asli Omar abu Hafs adalah “Fesga Oumzal”, tapi lebih populer dengan panggilan Abu Hafs Omar ibn Yahya Al Hentati atau Omar Inti. Ibn Tumart memiliki kebiasaan suka mengganti nama-nama sahabat pengikut ajarannya.
Pada abad ke-16, Dinasti Hafsiyun masuk ke dalam ruang perebutan kekuasaan antara Kerajaan Kristen Spanyol pasca-Reconquista (Perang Salib Pertama) pada 1492 Masehi dan Kesultanan Dinasti Usmaniyah.
Ketika suku-bangsa Turki Al Usmaniyah merebut Tunis pada 1534 Masehi.
Kedatangan suku-bangsa Turki ke Afrika membuat ancaman baru sehingga Dinasti Hafsiyun dilebur ke dalam wilayah Kerajaan Spanyol pada 1535 Masehi.
Suku-bangsa Dinasti Turki Al Usmaniyah kembali datang ke Tunis pada 1569 selama empat tahun. Kemudian, direbut oleh Don Juan dari Austria pada 1573 Masehi. Pada kuasa Don Juan, Muhammad IV, penguasa terakhir Dinasti Hafsiyun dibawa ke Konstantinopel dan dihukum mati karena telah bekerjasama dengan Spanyol dan keinginan Sultan Usmaniyah untuk menabalkan diri sebagai Khalifah yang telah menguasai Mekkah dan Madinah. Anak keturunan Dinasti Hafsiyun yang selamat dari ancaman Usmaniyah dibawa ke Pulau Tenerife di Kepulauan Kanari oleh Kerajaan Spanyol.