Kebesaran Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah dalam kurun 597 tahun telah didukung oleh kemampuan dalam mengakomodasi kekuatan-kekuatan kesukuan dan sejarahnya. Moderasi yang dibangun sejak masa Rasulullah Saw melalui Piagam Madinah telah memberi peran setiap suku-bangsa untuk turut berpartisipasi di dalam pemerintahan dan kemiliteran. Di samping, ilmu pengetahuan yang maju dengan pesat sehingga melahirkan karya-karya bermutu dalam Hadarat Al Islam.
Kendati terjadi kemunduran yang disebabkan oleh latar belakang sejarah masing-masing suku-bangsa yang terlibat, namun kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan ke dalam ragam dan bentuk tak pernah dicatat lagi dengan baik.
Dinasti Aghlabiyah (800-909 Masehi)
Al Aghlabiyyah adalah dinasti suku-bangsa Arab yang berkuasa di Utara Afrika dan Sisilia, Italia. Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin Al Aghlab (756-812 Masehi), seorang panglima militer yang mengakui kedaulatan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Pada 800 Masehi, Dinasti ini mendaku kekuasaan untuk wilayah Afrika di Tunisia. Sekarang, luas wilayahnya meliputi Algeria, Tunisia, Libya, Malta, dan Italia.
Masa petualangan Dinasti Aghlabiyah terbilang singkat, tetapi memiliki catatan-catatan militer yang fantastis. Tidak saja menjadi kepanjangan tangan kekuasaan Dinasti Abbasiyah di wilayah Barat, bahkan hingga ke Benua Eropa, bersaing dengan kekuasaan Dinasti Bizantium.
Selama berdirinya, Dinasti Aghlabiyah banyak menyisakannya peninggalan-peninggalan diantaranya adalah Masjid Agung Qayruwan oleh Amir Ziyadatullah I, Masjid Agung Tunis oleh Amir Ahmad, serta bangunan-bangunan waduk dan irigasi sehingga daerah yang semula tandus menjadi lahan pertanian yang subur.
Di samping sebagai sarana ibadah, Masjid Qayruwan juga berfungsi sebagai pusat pendidikan yang bisa dibandingkan dengan Universitas Paris pada Abad Pertengahan. Masjid Qayruwan pada mulanya didirikan oleh Uqbah bin Wafi ketika mendirikan kota, namun sempat dihancurkan oleh suku-bangsa Barber sebelum memeluk Islam.
Ulama Mazhab Maliki, Suhnun bin Malik (wafat 854 Masehi), pengarang kitab “Al Mudawwanah”, adalah nama besar yang dinisbatkan pada Kota Qayruwan. Di samping, terdapat pula nama-nama besar lain seperti Imam Zaid Al Qayruwani (seorang Barber yang diberi gelar Imam Malik Kecil, 922–996 Masehi), Yahya bin Salamah Al Bashri, dan pakar kedokteran, Ibn Al Jazzar (898-980 Masehi).
Fathimah Al Fihri (wafat 880 Masehi) disebut sebagai perempuan muslimah pertama dari Dinasti Aghlabiyah yang mendirikan Universitas Al Qarawiyin di Kota Fez, Maroko.