Ketika menjadi mahasiswa, ia menjalani hidup prihatin. Tidak seperti teman-temannya yang selalu mendapat kiriman bulanan, Yuslim harus bertahan hidup untuk tetap melanjutkan dan menyelesaikan kuliahnya. Prihatin itu sudah dialami sejak masih kecil. Cobaan demi cobaan hingga menjelang menikahpun masih mengalami proses yang belum terlihat hasilnya.
Ia mendapat pekerjaan ketika sudah menikah. Ia mendapat kepercayaan berupa barang-barang perlengkapan sekolah. Dari pintu ke pintu, pekerjaan itu dilaluinya dalam menapaki kesuksesan.
Memang, penderitaan dalam teologi manusia Jawa akan cepat berlalu jika sudah dialami sejak-sejak awal. Ada orang yang diberi kenikmatan-kenikmatan sejak kecil, namun setelah dewasa harus mengalami tekanan hidup berkepanjangan.
Pendidikan modern demikian. Dengan menyajikan fasilitas-fasiltas dan kemudahan-kemudahan, lupa dengan penderitaan, maka ketika mengalami kesulitan hidup sedikit saja sudah mulai goyah.
Al-Quran surat Al-Insyirah ayat 5 menyebutkan;
فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”
Di balik kesulitan pasti disertai dengan kemudahan-kemudahan. Jika kesulitan itu datang bertubi-tubi, maka akan ada kemudahan-kemudahan bertubi-tubi pula sesuai dengan janjiNya.
Sifatnya yang tidak mau menunda-nunda waktu dengan sabar mungkin ada benar dalam tindakannya yang serba cepat. Taktis dalam mengambil keputusan. Namun, juga memiliki sisi kekurangan yang dapat berdampak pada cepat kehabisan energi. Gampang lelah.
Ia jarang bertindak seperti filosofi Jawa yang menyebutkan “alon-alon waton kelakon”, Yuslim melakukan tindakannya cepat dan tepat. Meskipun ada nada jumawa, namun cepat menjadi instrospeksi dirinya.
Ia tidak terlalu berperhitungan dalam bertindak. Kesempatan memang datang tidak dua kali. Ia tipe “struggle” yang tidak gampang menyerah. Kalkulasi untung rugi didapati setelah melakukan aksi. Selama masih muda mungkin ada salahnya, dan hak seorang anak muda pula untuk meminta maaf atas kesalahan itu. Demikian, ujarnya.
Yuslim berangkat tidak sendiri. Kebaikannya selalu menghormati yang lebih tua. Ada guru bisnis khusus yang mnegajarinya sehingga ia dapat belajar banyak dari pengalaman-pengalaman sebagai pelajaran. Bukan suatu kemustahilan jika kesuksesan yang diraihnya juga berkat orang-orang yang telah memberi pelajaran pengalaman-pengalaman hidupnya. Dan, sikap ini sudah jarang dimiliki oleh generasi-generasi milenial yang serba instan dan cenderung mengabaikan arti sebuah proses.