Dalam sejarah Perang Salib sedikit sekali atau barangkali tidak untuk memasukkan entitas Yahudi ke dalamnya. Dari kalangan sejarawan muslim, Perang Salib sering digambarkan dengan sosok Sultan Sholahuddin dari Dinasti Al Ayyubi yang menentang koalisi negara-negara Eropa, terutama Kekaisaran Bizantium. Sehingga yang muncul ke permukaan adalah perang antaragama (crusade). Padahal, suatu negara tidak memandang berapa banyak suku-bangsa atau agama yang berada di dalamnya. Misal, dalam koalisi yang dibuat oleh Rasulullah Saw pada Piagam Madinah terdapat beragam suku-bangsa dan agama. Bukan hanya kesepakatan di antara umat Islam saja. Kesulitan dalam memberi identitas pada Yahudi ini karena memang mereka tidak memiliki tanah air. Hal ini disebabkan karena Yahudi adalah sifat yang melekat pada suatu suku-bangsa dan agama. Dengan kata lain, orang beragama Yahudi sudah pasti orang Yahudi, sebaliknya (dalam alam yang lebih moderat) orang Yahudi belum tentu beragama Yahudi.
Yahudi merupakan suku-bangsa dan agama yang tertutup. Agama Yahudi hanya dianut oleh orang-orang suku-bangsa Yahudi saja. Garis keturunan Yahudi hanya bisa diambil dari garis keturunan bapak. Dari garis keturunan ibu, orang bisa dikatakan bukan Yahudi lagi, kecuali ia menikah dengan sesama orang Yahudi lagi. Secara kesukuan, Yahudi hanya dihitung dari garis bapak saja, tidak garis dari ibu.
Pemikiran Yahudi moderat membolehkan suku-bangsa asing untuk memeluk agama Yahudi. Sehingga belakangan mereka terbagi kepada tiga kelompok. Pertama, Kaum Ashkenazim (plural) atau Ashkenaz (singular) berarti “Jerman” atau suku-bangsa Jerman. Yahudi Ashkenaz atau Yahudi Eropa (Timur) menggunakan bahasa Yiddish. Kelompok Yahudi Ashkenaz ini sudah hampir punah kecuali masih terdapat di Amerika Serikat dan Israel. Mereka terbilang Kaum Yahudi Totok.
Kedua adalah Kaum Sefardim atau Safardi adalah kelompok suku-bangsa Tiberias yang mendiami semenanjung Iberia (Andalusia), Spanyol. Kelompok Safardim ini untuk membedakan dengan kelompok Ashkenazi.
Ketiga adalah Kaum Mizrahim atau “Orang-orang dari Timur”. Maksudnya, suku-suku-bangsa dari Timur seperti Irak, India, dan Persia yang memeluk agama Yahudi. Termasuk juga pada kategori suku-suku-bangsa yang mendiami wilayah Maghrib (Afrika Utara). Dari segi genetik, Yahudi Mizrahim merupakan komunitas peranakan orang Yahudi dari era Babilonia di Asia Barat, Timur Tengah, dan Kaukasus.
Istilah “Mizrahim” dapat pula dinisbatkan kepada orang-orang Yahudi pada zaman dahulu yang bermigrasi di wilayah bagian timur Israel seperti negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara, Asia bagian Tengah, India, dan sebagian kecil di Asia Timur. Mereka masih memiliki hubungan pertalian darah Yahudi sampai sekarang.
Asal Usul Yahudi
Baik agama maupun etnis (suku-bangsa) Yahudi berasal dari anak keturunan Nabi Ibrahim As. Nama Yahudi dinisbatkan kepada Yahuda putera Nabi Yakub As (saudara Nabi Yusuf As) putera Nabi Ishak As putera Nabi Ibrahim As. Nama lain dari Nabi Yakub As adalah Israel. Dengan demikian, nama Yahudi identik dengan sebutan bagi sebuah agama sekaligus suku-bangsa yang terikat dalam tradisi yang turun temurun.
Suku-bangsa/agama Yahudi tersebar luas secara genetik di dunia. Namun, secara eksklusif agama totok (Ashkenazi) Yahudi hanya diamalkan oleh kelompok yang tertutup. Meskipun, susastra yang berkembang dari suku-bangsa Yahudi juga menjadi landasan bagi susastra Islam maupun Nasrani.
Dalam pandangan Qabbala (Mazhab tertua agama Yahudi), suku-bangsa/agama Yahudi sama tuanya dengan sejarah Nabi Adam As. Meskipun mulai dapat tempat manakala Nabi Ibrahim As lulus dari ujian-ujian ketauhidan dari Allah Taala sehingga mendapat anugerah Tanah Kanaan (Israel) yang meliputi negara-negara Libanon, Palestina, Israel, Suriah, sebagian Yordania, dan sisi Timur Laut Mesir pada peta zaman sekarang. Tanah Kanaan tersebut diperuntukkan kepada Nabi Ishaq As dan anak keturunannya.
Israel Terpecah Dua
Kanaan bin Ham bin Nuh adalah nama yang disematkan untuk tanah Israel tersebut. Tanah Kanaan dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim (Abraham) sekitar 2000 sebelum Masehi.
Setelah Nabi Ibrahim As wafat, Tanah Kanaan dikuasakan kepada dua orang puteranya: Nabi Ismail As dan Nabi Ishaq As. Dari Nabi Ismail As kemudian menurunkan suku-bangsa Arab, sementara Nabi Ishaq As menurunkan dua orang putera, Esau dan Nabi Yakub As.
Nabi Yakub As memiliki empat orang istri yang melahirkan suku-bangsa Israel.
Dari Laya (istri pertama), melahirkan Raubin, Syam’un, Lawai, Yehuda, Yashaki, dan Zabuloun.
Dari Rahil (istri kedua), melahirkan Yusuf dan Benyamin.
Dari Zalfah (istri ketiga, budak dari Laya), melahirkan Jadd dan Ashir.
Sementara Balhah (istri keempat, budak dari Rahil), melahirkan Dann dan Naftaley.
Berikutnya generasi Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, Rehabeam (suku-bangsa anak turun dari Yehuda) dan Yerobeam (suku-bangsa Efraim dari Nabi Yusuf As).
Berikutnya generasi Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, Rehabeam (suku-bangsa anak turun dari Yehuda) dan Yerobeam (suku-bangsa Efraim dari Nabi Yusuf As).
Ketika Rehabeam menjadi raja Israel (922-915 SM), persekutuan raja-raja Israel terpecah menjadi dua. Pertama, Kerajaan Israel Utara (Samaria) yang dipimpin oleh Yerobeam. Kedua, Kerajaan Israel Selatan (Yerussalem) yang dipimpin oleh Rehabeam.
Dari ramalan Ahia, ahli nujum Nabi Sulaiman As, adalah, Yerobeam akan mendapat dukungan dari 10 suku-bangsa Israel sementara Rehabeam akan didukung oleh dua suku-bangsa Israel lainnya. Mendengar ramalan yang kurang adil tersebut, Nabi Sulaiman As pun memerintah bunuh Yerobeam. Namun, usaha tersebut gagal dan Yerobeam lari, meminta suaka kepada Sisak, Ptolemy (Firaun) di Mesir.
Pada masa berikutnya, setelah Nabi Sulaiman As wafat, anak keturunan Yeeobeam musnah, hanya sampai kepada puteranya, Nadab. Pada 909 Masehi, Nadab beserta anak keturunannya dibunuh oleh Baesa (suku-bangsa anak keturunan Isakhar bin Yakub).
Kutukan Ham
Bila melihat latar belakang sejarah yang bersumber dari Al Kitab, maka umat Islam pada dasarnya tidak memiliki keterlibatan apapun di dalam perang agama antara kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Umat Islam (terutama suku-bangsa Arab) melalui anak turunan Nabi Ismail As telah mendapat warisan Kakbah beserta tanah Jazirah Arab (Hijaz).
Invasi suku-bangsa Makedonia, Yunani, telah menempatkan Dinasti Ptolemy (Firaun), salah seorang Jenderal Alexander the Great, menduduki wilayah Mesir. Anak keturunan Yakub bin Ishak diperbudak di Mesir. Sampai akhirnya Allah Taala mengutus Nabi Musa As untuk membebaskan mereka, kembali ke Tanah Kanaan (Israel).
Di sana, Nabi Musa As menerima Wahyu di Bukit Tursina, sementara suku-suku-bangsa Israel mendirikan Kemah Suci di Kota Silo selama 300 tahun guna menghalau musuh. Dan, ketika keimanan suku-bangsa Israel mulai merosot, Allah Taala pun mengizinkan suku-bangsa Palestina merebut Kemah Suci tersebut.
Suku-bangsa Israel mengajukan permohonan kepada Nabi Samuel agar mereka dipimpin oleh seorang raja yang kuat. Nabi Samuel pun menobatkan Raja Saul (Tholut) dari suku-bangsa Benyamin. Dan, ketika Raja Saul terperangkap ke dalam pelanggaran hukum yang telah ditetapkan Allah Taala, akhirnya Nabi Samuel menggantikannya dengan Nabi Daud As dari suku-bangsa Yehuda.
Demikian, menurut kisah Israiliat, hal ini tidak terlepas dari kutukan Nabi Nuh As terhadap Ham, puteranya, yang telah melakukan maksiat. Namun, malah tertimpa kepada cucunya, Kanaan.