Ziarah memang belum menjadi wisata populer di masyarakat Indonesia pada umumnya. Kebanyakan dari para wisatawan selalu mengunjungi tempat tempat hiburan, taman taman, candi candi, pegunungan, sungai atau pantai pantai yang indah. Destinasi demikian menjadi tempat pavorit di akhir pekan atau musim liburan.
Wisata demikian bertujuan untuk plesure (plesiran) semata guna menghilangkan kepenatan. Tidak sedikit ketersediaan tempat tempat inap menjadi transaksi transaksi mesum. Juga, masih sedikit pula yang bernilai pendidikan dan pengetahuan. Seperti pengetahuan sejarah dan keunggulan yang dimiliki oleh objek wisata yang menjadi tujuan.
Demikian, kunjungan wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Candi Borobudur umpamanya menunjukkan jumlah pengunjung yang fantastis setiap tahun. Namun, masih sedikit wisatawan dalam negeri yang mengenal sejarah Candi Borobudur tersebut secara mendalam. Sehingga waktu yang dihabiskan terkadang tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam arti, biaya transportasi dan penginapan yang dihabiskan dalam satu perjalanan wisata hanya untuk memandang keindahan dan membuat foto foto yang bagus bagus, tanpa diisi dengan penambahan pengetahuan sejarah dan keunggulannya.
Dengan kata lain, wisatawan dalam negeri, ketika berkunjung ke destinasi wisata tertentu, tidak didorong oleh keingintahuan yang kuat. Tidak untuk melihat secara langsung objek destinasi yang didasari oleh rasa ingin tahu.
Sementara wisata ziarah masih dilakukan oleh sekelompok jamaah yang memiliki keyakinan akan barakah. Bagi kelompok yang tidak meyakini masih menganggap ziarah sebagai tindakan kufur, bid’ah, dan khurafat. Sehingga keengganan untuk melaksanakan ziarah kian menambah pengabaian pada arkeologi sejarah.
Saat itu pukul 14.30. waktu yang cukup untuk menempuh perjalanan menuju maqbarah Syekh Maulana Maghribi Kantil Kubra dari Desa Pulung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Karanganyar. Bukit Jabal Kanil berada di Dusun Jabal Kanil, Bandar Dawung, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Jika ditilik, memang ada banyak nama Maulana Maghribi yang datang dari Maroko tersebar di Nusantara. tidak kurang dari 200 makam. Salah satunya adalah di Bukit Kanil tersebut.
Karanganyar, 15/6/2017.